Kamis, November 05, 2009

02. Berada di Dunia Tanpa Memperhambakan Diri Kepada Dunia

Senin, 26 Oktober 2009
Bacaan : Rom 8, 12-17
Tentang perhambaan atau perbudakan, kita semua pasti dengan tegas menolaknya. Lebih dari itu kita juga berusaha agar tak ada lagi orang yang menjadi korbannya. Gerakan dan usaha memerdekakan diri dari berbagai bangsa di dunia menunjukkan keseriusan manusia untuk memerangi perhambaan yang hidup di dalam masyarakatnya.
Tetapi bagaimana dengan perhambaan modern yang ada di depan mata kita, yang bahkan tengah kita hidupkan sendiri? Dunia jaman kita menawarkan berbagai hal, yang jika tidak dicermati dengan benar, justru akan menyeret manusia untuk menjadi budak-budaknya tanpa ampun. Gaya hidup yang 'ingin selalu lebih' telah membuat kita menjadi pelaku korupsi misalnya, atau melihat yang lain sebagai penghalang rencana kita. Juga tak dilupakan soal kenyamanan hidup yang kita mau sering pula membuat kita mempekerjakan yang lain dalam kondisi yang sering kali melanggar hak mereka.
Kepada semua yang percaya kepada Kristus, Santu Paulus hari ini meminta kita untuk mematikan perbuatan-perbuatan tubuh, karena berangkat dari kenyataan bahwa kita adalah anak-anak Allah, yang telah dikaruniakan Allah RohNya sendiri. Roh ini memampukan kita untuk menyapa Allah sebagai Bapa, dan Roh ini pula memberikan kepada kita semua untuk tindak takut kepada dunia dan kuasanya.
Apa yang disampaikan oleh Santu Paulus ini sesungguhnya mengajak kita untuk memperhatikan secara lebih sungguh kualitas keterlibatan kita dalam dunia. Bahwa kita mesti berada di dunia, itulah panggilan kita sebagai orang beriman. Tetapi berada di dalam dunia tidak otomatis mewajibkan kita untuk diperhamba oleh dunia dan kuasanya. Dunia kita orang beriman adalah dunia yang telah dibebaskan dan diselamatkan oleh Yesus Tuhan. Mengapa kita tak memiliki kekuatan dan kehendak untuk membawa aspek baru ke dalam dunia hidup kita yang telah dicemarkan dengan kekuasaan negatip lainnya?
Kita semua hari ini diajak sekali lagi untuk kembali kepada komitmen hidup dan panggilan sebagai anak-anak Allah. Dan komitmen itu tidak lain adalah janji untuk berjuang dengan kuasa dan kekuatan Allah melawan segala bentuk perhambaan.
Tuhan Yesus Kristus, di dalam Engkau kami telah menerima Roh Allah yang menjadikan kami anak-anak Allah. Kiranya rahmatMu memampukan kami saat ini untuk berusaha untuk mengubah mentalitas dunia kami menjadi Dunia Baru, yang memungkinkan semua anak Allah hidup bermartabat dan sederajat. Amin.
Copyright © 23 Oktober 2009, by Anselm Meo SVD

Tidak ada komentar: