Jumat, Oktober 23, 2009

02 - (I). "Kuatkanlah Hatimu, Tuhan Memanggil untuk Menyelamatkan

Minggu, 25 Oktober 2009
Hari Minggu Biasa XXX, Tahun B
Bacaan : Yer 31, 7-9; Ibr 5, 1-6 dan Mk 10,46-52
Yang namanya peneguhan, datangnya memang selalu diharapkan; biarpun dalam kenyataannya seringkali peneguhan itu tak dikenal dengan mudah ketika sedang terjadi. Mungkin saja ia datang lewat perkataan seorang sahabat yang tak bermaksud menasihati kita, mungkin juga datang ketika kita berdoa dengan khusuk, dan mungkin pula datang lewat kata-kata bijak orang yang sudah kita kenal reputasinya. Peneguhan bisa terjadi via kata-kata, tetapi bisa pula lewat suatu peristiwa yang luarbiasa. Dan boleh dijamin kebenarannya, bahwa peneguhan pada waktu dan tempat yang tepat selalu mengubah orang, mentransformasi orang yang menerimanya.
Bacaan-bacaan pada hari Minggu Biasa XXX hari ini sesungguhnya memuat peneguhan buat mereka yang kecil, "sisa-sisa kecil, yang kelihatan ketiadaan harapan tetapi memiliki kekuatan yang masih dapat mengubah hidup mereka, yakni kepercayaan akan kekuatan Allah yang mengasihi mereka. Betapa tidak. Yeremia membangkitkan harapan umat Israel dengan mengingatkan mereka bahwa Tuhan sungguh menyelamatkan mereka, macam apapun keadaan mereka, karena kata Tuhan, "Aku telah menjadi Bapa Israel...". Dan penulis surat Ibrani mengingatkan pembacanya tentang kenyataan keselamatan yang bermula selalu dari Allah, juga dalam pengangkatan Yesus sebagai PuteraNya, "Engkaulah PuteraKu, Engkau kuperanakan pada hari ini."
Peneguhan akan para murid Yesus berlanjut pula dalam Injil, ketika si buta Bartimeus mendengarkan seruan yang menguatkan hatinya dari mereka yang berada di sekitar dia saat itu, "Kuatkanlah hatimu, berdirilah, Ia memanggil engkau!". Bartimeus memang bukannya bersikap pasif dalam perjumpaannya dengan Yesus. Ia sesungguhnya sedang mencari Dia. Hanya saja keadaan fisiknya yang buta menjadi penghalang keinginannya untuk sampai kepada Yesus. Dalam kasusnya inilah, kita lihat betapa peran orang lain yang melanjutkan kata-kata keselamatan Yesus menjadi vital. Bartimeus melihat lagi, karena ia masih dapat mendengar ajakan peneguhan saudara-saudaranya, bahwa Tuhan memanggil dia, Tuhan menghendaki keselamatannya.
Merenungkan bacaan-bacan hari Minggu ini, kita sesungguhnya diajak untuk melihat kembali masihkah kata-kata yang meneguhkan dan membesarkan hati ditemukan juga di tempat kita berada? Masihkah kita menemukan orang yang bukan hanya berkata tetapi menyatakan dengan hidupnya bahwa kita bisa diselamatkan, kita bisa ditolong. Kalaupun kenyataan dan kata-kata itu sulit didengar lagi, kita semua para murid Yesus hari ini diundang sekali lagi untuk menjadi pewarta khabar gembira itu sekali lagi. Kita sekali lagi diminta untuk menjadi utusan yang menyatakan bahwa "Allah mau menyelamatkan engkau."
Sebuah panggilan ilahi yang perlu kita tanggapi dengan kesediaan hati dan kerelaan yang tulus untuk membantu. Tuhan membutuhkan kita untuk membangkitkan lagi harapan bagi yang hampir putus asa, untuk membawa penglihatan bagi yang telah menutup mata harapannya terhadap dunia baru di mana dia hidup dan berada. Bartimeus, sisa-sisa kecil Israel jaman ini masih membutuhkan anda dan saya untuk mendengarkan sekali lagi seruan peneguhan itu, "Kuatkanlah hatimu. Tuhan memanggilmu untuk menyelamatkan engkau." Amin.
Copyright © 23 Oktober 2009, by Anselm Meo SVD

01 - (I). Dibebaskan oleh Kekuatan Roh Allah

Sabtu, 24 Oktober 2009
Bacaan : Rom 8, 1-11
Orang bisa saja tertawa mendengar bahwa dalam dunia modern sekarang ini, masih saja ada praktek untuk mencelakakan orang lain lewat kekuatan magis. Lihat saja berita di dunia sepakbola, ketika ada orang yang disewa untuk mengguna-gunai Christian Ronaldo, Leonil Messi ataupun David Beckham. Tapi benar juga kalau kita bilang bahwa praktek seperti ini sering mempengaruhi orang secara negatif.
Kehadiran roh jahat dan semua praktek yang melingkunginya sesungguhnya lahir dari sebuah semangat dan keinginan untuk membelenggu orang, mencelakai orang. Dan bukan rahasia lagi kalau ada orang yang memiliki pekerjaan untuk itu dan selalu gembira ketika melihat orang baik berhasil dilukai, dihambat perkembangannya.
Santu Paulus dalam bacaan hari ini memberikan keyakinan baru buat semua yang mengakui Kristus sebagai Tuhan untuk menjadi tidak takut. Kepada orang Roma, ia menulis, "Roh yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut. ... Sebab [hal itu] telah dilakukan oleh Allah."
Bagaimana Paulus bisa begitu yakin bahwa orang yang percaya kepada Kristus tidak dibelenggu lagi oleh berbagai kekuatan yang jahat sekalipun? Dasarnya ialah karena Roh Kudus yang dianugerahkan oleh Kristus itu adalah Roh yang menghidupkan. Roh itu adalah kekuatan yang sangat dahsyat. Roh itu tidak mungkin mengarahkan kita kepada dunia kejahatan, tetapi kepada kekuatan Allah yang menghendaki kebaikan untuk semua orang. Roh yang sama inilah yang telah membangkitkan Yesus dari alam maut dan mematahkan segala kekuatan maut. Roh Allah memiliki kekuatan yang bisa membaharui kita.
Sebuah peneguhan yang membesarkan hati. Kendatipun dilingkungi oleh berbagai usaha kejahatan yang bisa menghancurkan kita, sebagai murid Yesus, kita hendaknya selalu ingat dan sadar bahwa pada kita semenjak dibaptis telah ada Roh Allah. Sadarilah selalu akan kehadiranNya dan mintalah selalu penyertaanNya. Roh itu membebaskan kita, dan bukan tidak mungkin orang seperti Ronaldo, Messi dan Beckham memiliki keyakinan seperti ini, sehingga tak pernah gentar menghadapi berbagai ancaman pengaruh roh jahat.
Tuhan Yesus, Engkau datang untuk menganugerahkan kami semua RohMu yang menghidupkan dan membaharui kami. Kiranya kami selalu sadar akan kehadiran dan kekuatanNya dan meminta penyertaanNya dalam hidup kami. Amin.
Copyright © 23 Oktober 2009, by Anselm Meo SVD

Kamis, Oktober 22, 2009

ISTIMEWA : SELAMAT HARI ULANG TAHUN STHI

Jumat, 23 Oktober 2009
HUT PERTAMA STHI
2008 * 23 Oktober * 2009
Tak terasa memang. Setahun kini berlalu, dan hari ini SABDA TUHAN HARI INI genap berusia setahun. Ibarat bayi mungil, ia masih teramat lemah - rapuh. Namun ia berbicara, ia menyapa, ia berkontak dengan hati siapapun yang menatap, menyentuh dan menyapanya.
Masih menyandang kepercayaan nan teguh bahwa SABDA TUHAN berdaya, membaharui dan menghapus dosa, STHI masih memiliki komitmen yang sama, "terus menyajikan permenungan akan Sabda Tuhan" berdasarkan bacaan liturgis Gereja. Tak ada janji bahwa ia akan terus menemani anda sekalian. Tetapi selama masih ada matahari, sabda yang ditaburkan itu akan menghasilkan buah.
Di tahun kedua ini, permenungan SABDA TUHAN HARI INI akan didasarkan pada Bacaan Pertama, Tahun I. Sekali lagi, STHI menawarkan satu dari sekian banyak tawaran untuk merenungkan SABDA TUHAN berdasarkan bacaan liturgi Gereja.
Besar harapan kami para pengasuh STHI bahwa anda semua yang menyinggahi pondok perjumpaan kami di STHI mengalami kekuatan yang membaharui dan kekuatan yang membawa pertobatan dari Sabda Tuhan.
Selamat Ulang Tahun STHI tercinta. Tuhan yang empunya Sabda itu akan memberkati pertumbuhannya dan akan memberkati para pembacanya.
Copyright © 22 Oktober 2009, by Segenap Pengasuh STHI

313. Api itu sudah Bernyala

Kamis, 22 Oktober 2009
Bacaan : Lk 12, 49 - 53
Mereka yang lagi bersemangat mengikuti Yesus saat itu pasti terperanjat mendengarkan apa yang disampaikan olehNya dalam Injil yang kita renungkan hari ini. Betapa tidak terperanjat? Yesus mengemukakan tentang konsekwensi yang bisa terjadi dalam hidup bersama berhadapan dengan kedatanganNya. "Aku datang untuk melemparkan api ke bumi," kata Yesus, "dan betapakah Aku harapkan, api itu telah menyala! .... Kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi? Bukan, kataKu kepadamu, bukan damai, melainkan pertentangan."
Tetapi apa arti ungkapan Yesus bahwa "Api yang diharapkanNya itu telah sungguh menyala"? Apakah Ia menimbulkan khaos dan ketidak beraturan dengan kedatanganNya? Dan apakah kehadiran damai yang dijanjikan para malaikat di Betlehem di saat kelahiranNya hanya sebuah pemberitaan kosong belaka, karena Ia sendiri mengatakan kini bahwa Ia membawa pertentangan?
Bersamaan dengan kehadiran Yesus dan pengajaranNya, orang-orang yang menyaksikan Dia saat itu merasakan adanya perbedaan suasana. Lebih dari waktu-waktu sebelumnya, mereka juga mengalami bahwa Allah yang mereka imani itu sekarang menjadi lebih nyata, kasih dan belaskasihanNya lebih dialami. Orang mengalami saat-saat rahmat Tuhan memenuhi mereka. Para murid Yesus juga merasakan kekuatan yang datang dari pemberitaanNya dan dari kasihNya yang menyelamatkan mereka.
Mereka memiliki kerinduan untuk senantiasa dekat denganNya, mendengarkan Dia dan diinspirasikan olehNya. Kenyataan seperti itu tentu bukanlah sesuatu yang biasa. Itu hanya mungkin karena mereka dipenuhi oleh kekuatan dan rahmat Allah. Mereka dipenuhi oleh RohNya yang adalah Api sejati yang turun ke bumi dan memenuhi hati manusia untuk mendekati Allah.
Roh inilah yang menguatkan manusia. Roh inilah yang menerangi jalan manusia untuk membedakan yang baik dari yang jahat. Dan roh ini pulalah yang membuat mereka mampu memilih untuk mengikuti Yesus sebagai jalan kebenaran, kendati untuk itu mereka harus bertentangan dengan anggota keluarga mereka sendiri yang tak memilih Dia.
Api itu juga sudah dinyalakan di hati kita semua yang mengakui diri kita sebagai muridNya. Karena permandian yang kita terima adalah permandian dari air baptis dan permandian dari Roh Kudus. Kalau kita sudah memiliki Roh itu, maka hendaknya kita membiarkan diri kita dikendalikan olehNya. Kiranya Roh itu menjadi Roh yang memungkinkan kita memilih yang baik di tengah pilihan sulit dunia ini.
Tuhan, terimakasih kepadaMu atas penganugerahan RohMu kepada kami. Kiranya hati dan budi kami terbuka terhadap arahanNya dan kami dibersihkan dari kesalahan kami. Amin.
Copyright © 22 Oktober 2009, by Anselm Meo SVD

312. Bersiap Sedialah Selalu Menyambut Putra Manusia

Rabu, 21 Oktober 2009
Bacaan : Lk 12, 39 - 48
Apa yang menjadi sikap Petrus hari ini sesungguhnya mewakili juga kebiasaan kita pada umumnya yang menganggap bahwa menjadi murid Yesus sudah menjadi jaminan untuk mendapatkan keselamatan. Benar bahwa ada jaminan dasar tetapi untuk mendapatkannya perlu sikap dasar ini, kesediaan untuk selalu menyambut kedatangan Tuhan, seperti kata Yesus, "hendaknya pinggangmu tetap berikat dan pelitamu tetap bernyala".
Undangan untuk siap sedia menyambut kedatangan Anak Manusia justru menjadi lebih serius ditujukan kepada mereka yang setiap hari hidup bersama dengan Tuhan, menjadi pelayanNya. Mengapa? Karena merekalah yang dipercayakan segala kemungkinan untuk membantu orang lain untuk bertemu dengan Tuhan. Mereka ini ibarat orang yang menerima talenta lebih banyak justru dituntut lebih banyak pula. Artinya dari mereka diharapkan lebih banyak, baik dalam hubungan mereka dengan Tuhan demi keselamatan mereka sendiri, maupun dalam hubungan tanggung jawab mereka untuk membawa orang lain kepada Tuhan.
Sebagai murid Yesus setiap orang Kristen sesungguhnya menjalankan tugas sebagai pengurus rumah tangga dalam perumpamaan hari ini. Karena itu, setiap orang Kristen tidak hanya harus peduli dengan keselamatannya sendiri tetapi diminta juga untuk peduli dengan keselamatan orang lain, baik yang ada bersama mereka maupun orang lain yang jauh dari lingkungan mereka. Karya dan doa kita hendaknya memiliki dua arah yang saling melengkapi ini.
Tuhan, kiranya kami siap sedia untuk menyambut Engkau yang datang pada saat yang tak kami duga. Kami mau menyatakan kesediaan ini dengan bekerja dan berdoa bukan hanya demi kepentingan kami sendiri tetapi juga untuk kepentingan orang lain, agar bersama-sama kami semua bisa menemui Engkau, Tuhan dan Juru selamat kami. Amin.
Copyright © 22 Oktober 2009, by Anselm Meo SVD

311. Pelayan yang Siap, Pelayan yang Berbahagia

Selasa, 20 Oktober 2009
Bacaan : Lk 12, 35-38
Pelayan yang siap sedia melayani tuannya setiap saat sering sekali menjadi gambaran tentang hidup kita sebagai orang beriman. Mengapa demikian? Karena menantikan Tuhan adalah salah satu karakter dasar dari hidup kaum beriman. Bahwa sebagai orang beriman, kita diminta untuk tidak terpaku pada penantian yang statis dan membosankan tetapi selalu terbuka dan aktif mencari kemungkinan baru untuk melayani Tuhan sesuai dengan keadaan zaman.
Kata Yesus hari ini, "Berbahagialah hamba-hamba yang didapati tuannya berjaga-jaga ketika Ia datang..." Mengapa perlu menjadi hamba yang berbahagia? Apakah tak cukup menjadi hambaNya saja? Yesus menekankan kesiap siagaan para muridNya justru karena pemahaman dasar bahwa Tuhan yang dinantikan itu bukanlah Tuhan yang datang hanya pada akhir jaman, tetapi Tuhan yang terlibat dalam hidup manusia, Tuhan yang datang saat ini, dan bisa ditemui saat ini pula. Tuhan yang demikian adalah Tuhan yang menyertai dan hadir bagi kita semua, Tuhan yang peduli dengan keadaan dan kebaikan kita.
Nah kalau Tuhan itu selalu ada di sini dan sekarang, maka wajarlah kalau para pelayannya diminta untuk siap sedia melayani Dia. Persis inilah karakter hidup Kristiani. Allah yang kita imani adalah Allah yang hadir saat ini dan di sini. Allah yang demikian telah menjelma dalam diri Yesus Kristus dan menjadi satu dari antara kita. Kiranya untuk Dia kita selalu siap sedia melayaniNya, karena itulah sumber kebahagiaan kita yang sesungguhnya.
Tuhan, kiranya kami menjadi hamba yang siap sedia melayaniMu, karena Engkau selalu hadir di sini dan sekarang ini. Amin.
Copyright © 18 Oktober 2009, by Anselm Meo SVD

Minggu, Oktober 18, 2009

310. Kekayaan Sejati untuk Dibagikan

Senin, 19 Oktober 2009
Bacaan : Lk 12, 13-21
Rasanya tak terlalu janggal menemukan kenyataan bahwa ketenaran Yesus juga digunakan juga oleh orang kaya untuk kepentingannya. Ia datang meminta Yesus untuk menjadi pembagi kakayaan antara dia dan saudaranya. Terlihat betapa pikiran orang kaya ini dipenuhi oleh urusan harta kekayaan semata-mata, sampai ia juga lupa bahwa Yesus memiliki hal lain yang jauh lebih penting yakni mewartakan Sabda Allah dan kepentinganNya.
Peringatan Yesus kepada murid-muridNya menunjukkan permasalahan yang dimunculkan di sini, ketika kekayaan menjadi tuan atas kehidupan yang semu dan orang melupakan hal terpenting yakni kekayaan sejati untuk dibagikan dengan orang di sekitarnya. Kata Yesus kepada mereka, "Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah bergantung pada kekayaannya itu."
Persoalan pokok di sini bukanlah kekayaan tetapi orientasi hati seseorang. Kekayaannya seharusnya tak boleh menjadi halangan kalau hati manusia tak terikat kepadanya dan orang menjadi tamak karenanya. Kekayaan seharusnya menjadi alat di mana orang yang memilikinya mengambil bahagian dalam karya dan keprihatinan Allah untuk anak-anakNya yang membutuhkan hal-hal mendasar dalam kehidupan ini. Kekayaan seyogyanya menjadi kesempatan di mana anak-anak Allah yang memilikinya turut serta dalam mewujudkan suatu masyarakat yang lebih adil dan sejahtera.
Nah, kalau di sinilah soalnya, maka pembinaan suara hati dan orientasi hati adalah sesuatu yang vital dalam hidup seorang murid Yesus ketika mereka berhadapan dengan kekayaan. Jadi kita para murid Yesus tak dilarang untuk menjadi kaya. Tetapi yang harus kita waspadai ialah kalau hati kita menjadi tertutup, tamak dan lupa akan Allah. Kekayaan sejati adalah relasi kita dengan sesama dan dengan Allah. Itulah orientasi kita sebagai anak-anak Allah. Jangan sampai kita memutuskan hubungan baik dengan sesama dan dengan Allah hanya karena persoalan kekayaan dan usaha untuk mendatangkan kekayaan itu.
Tuhan Yesus, hati kami Kauarahkan kepadaMu. Semoga kami tekun menjaga setiap hubungan personal antara kami dengan Dikau dan dengan sesama. Dan semoga kami mampu membagikannya sebagai harta terindah yang kami terima daripadaMu. Amin.
Copyright © 18 Oktober 2009, by Anselm Meo SVD

309. Pelayan untuk Masyarakat yang Lebih Beradab

Minggu, 18 Oktober 2009
Minggu Biasa XXIX, Tahun B (Hari Minggu Misi Sedunia)
Bacaan : Mk 10, 35-45
Hari ini Gereja kudus mengundang kita untuk merenungkan hakikat karya Gereja berkaitan dengan misi yakni membawa sebanyak mungkin orang kepada kehidupan sebagai murid Kristus. Berkaitan dengan aspek ini, Yesus berkata hari ini, "Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya."
Menjadi pelayan dan hamba untuk semua orang karenanya menjadi jalan kemuridan, dan jalan yang mesti ditapaki oleh semua mereka yang ingin mengabdikan dirinya sebagai misionaris di manapun mereka berada.
Kita bertanya, apakah jalan seperti ini masih layak dijalani hingga saat ini? Menelusuri hidup para misionaris, kita boleh dengan bangga mengamininya. Bahwa jalan pelayanan dan menjadi hamba bagi semua orang demi kebaikan mereka masih mungkin untuk dihidupi, bukan karena kita harus membuatnya, tetapi karena rupanya jalan inilah yang memampukan suatu masyarakat bisa berkembang menjadi lebih maju dan lebih beradab. Hidup para misionaris ditandai dengan usaha yang tak kenal lelah untuk mengabdi kepentingan masyarakat.
Gaya hidup seperti ini masih dibutuhkan hingga saat ini, bukan hanya diminta dari para misionaris Gereja, tetapi dari semua yang mengakui diri mereka pelayan dan murid Yesus. Karena hanya dengan demikianlah kita bisa mewujudkan masyarakat yang lebih beradab. Kitalah pelayan untuk masyarakat yang lebih beradab itu.
Tuhan, bersama para misionaris Gereja, kami menyadari bahwa kamipun dipanggil untuk menjadi pelayan dan hamba semua orang melalui pekerjaan dan karya kami. Semoga kami mampu menghidupkannya. Amin.
Copyright © 15 Oktober 2009, by Anselm Meo SVD