Sabtu, Januari 03, 2009

73. Mulai dengan Menyapa Sabda Allah

Minggu, 04 Januari 2009
Tambah Gambar
Minggu II Masa Natal
Bacaan : Yoh 1, 1-18

Setelah beberapa hari sejak perayaan Natal, kita membaca dan merenungkan lagi prolog Injil Yohanes. Membaca dan merenungkannya, kita mungkin merasa sedikit sulit memahaminya karena konsep yang terkandung di sana memang sulit juga untuk dicerna.

Tapi sesungguhnya terdapat keindahan di sana. Dan melebihi keindahan permainan kata-katanya, prolog Injil Yohanes ini menampilkan kepada kita sebuah dasar hidup, dasar di mana kita boleh berpijak dan membangun kehidupan kita, persis di saat kita memasuki tahun baru ini. Mengapa demikian?

Yohanes memulai Injilnya demikian, "Pada mulanya adalah Sabda." Ungkapan mulanya atau mulainya menunjukkan kita titik awal, titik berangkat, titik pijak yang mau tak mau mesti kita miliki untuk mengorientasikan hidup kita. Dan titik pijak itu adalah Sabda, yang tak lain adalah Allah sendiri. Artinya Sabda Allah hendaknya menjadi titik pijak kita, titik orientasi harian kita, yang menemani hari-hari kita.

Renungan SABDA TUHAN HARI INI yang kita temukan di blog sederhana ini bisa saja menjadi bantuan bagi kita. Hendaknya kita semua diorientasikan untuk senantiasa ingat, bahwa Sabda Tuhan, baik dalam kitab Suci maupun dalam kebijaksanaan di sekitar kita adalah Sapaan Allah kepada kita. Dan pada gilirannya, mari kita menyapa Dia sang Sabda dalam hari-hari hidup kita.

Kiranya Sabda Allah terus menjadi kenyataan harian kita. Kiranya ia menjadi prinsip yang membantu kita mewujudkan dambaan Allah dalam hidup kita. Semoga.

Copyright © 3 Januari 2009 by Ansel Meo SVD

Jumat, Januari 02, 2009

72. Anak Domba yang Menghapus Dosa Dunia

Sabtu, 03 Januari 2009

Bacaan : Yoh 1, 29-34

Kita temukan hari ini identitas Yesus sebagaimana diperkenalkan oleh Yohanes. Bahwa Yesus adalah Anak Domba Allah dan kepadaNya Roh Kudus berdiam karena Ia dibaptis oleh Roh Kudus. Karenanya Yesus juga dikenal sebagai Anak Allah. Injil mencatat bahwa Yohanes berkata: "Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia. Dialah yang kumaksud ketika kukatakan: Kemudian dari padaku akan datang seorang, yang telah mendahului aku, sebab Dia telah ada sebelum aku. Dan aku sendiri pun mula-mula tidak mengenal Dia, tetapi untuk itulah aku datang dan membaptis dengan air, supaya Ia dinyatakan kepada Israel."

Mesti kita akui bahwa ketika memperkenalkan Yesus dengan identitas demikian, Yohanes sebenarnya menampilkan sesuatu yang baru, yang belum pernah didengarkan orang sebelumnya. Tapi bagaimana ia sampai kepada kesimpulan bahwa Yesus adalah anak domba Allah, bahwa Yesus dipenuhi Roh Kudus dan bahwa Yesus adalah anak Allah?

Pengenalan yang demikian mestinya dikaitkan dengan tugas yang tengah dijalankan oleh Yohanes sendiri, yang sedang membaptis orang yang datang kepadanya demi mendapatkan penghapusan dosa. Dan di benak Yohanes, penghapusan dosa bagi Israel dihubungkan selalu dengan persembahan anak domba yang membebaskan dosa mereka.

Nah, ketika melihat Yesus, Yohanes memberikan kesaksian bahwa yang datang di tengah mereka adalah Dia yang menghapuskan dosa dunia karena padaNya Roh Kudus dianugerahkan yang membuat Dia sanggup hidup dalam relasi dengan Allah secara penuh.

Yohanes itu bentara yang menyampaikan kesaksian kepada dunia tentang Yesus. Kesaksiannya juga berlaku untuk kita, bahwa dalam Kristus, kita juga menerima Roh Kudus yang telah menjadikan kita anak-anak Allah. Kita adalah orang tertebus oleh darah Kristus sendiri. Dan kita semua dipanggil untuk menghasilkan buah-buah Roh yang telah kita terima.

Tuhan, itulah identitas baru kami, anak-anak yang ditebus Kristus anak Domba Allah. Kami syukuri ini dan kami mohon agar kami hidup sesuai dengan buah-buah Roh yang telah kami terima. Amin.

Copyright © 3 Januari 2009 by Ansel Meo SVD

Kamis, Januari 01, 2009

71. Yang Berseru buat Tuhannya

Jumat, 2 Januari 2009

Bacaan : Yoh 1,19-28

Kita jumpai hari ini tokoh pertama dalam Injil Yohanes dan dialah Yohanes Pembaptis. Siapa dia sesungguhnya? Injil melukiskannya sebagai seorang yang hidup di padang gurun, jauh dari kota dan pusat politik bangsanya. Banyak orang datang kepadanya dan melihatnya sebagai Mesias.

Tetapi kepada mereka dia mengatakan, “Aku bukan nabi, aku bukan Mesias,” dan tentang dirinya sendiri dia mengatakan, “Aku adalah suara yang berseru di padang gurun, ‘Persiapkanlah jalan Tuhan’.”

Satu suara? Tak lebih tak kurang, itulah bagaimana Yohanes melihat dirinya sendiri. Dan gambaran yang sejati tentang dirinya sendiri, yang keluar dari kemurnian hatinya dan menjangkau hati para pendengarnya, yang memilih untuk mendengarnya sungguh-sungguh.

Kita barusan ada di Tahun Baru 2009. Gambaran Yohanes sebenarnya membantu kita untuk merenungkan betapa perlu dan pentingnya memiliki hati yang mendengarkan. Lebih dari itu, lebih perlu lagi menjadi orang yang berfungsi sebagai suara yang menghantar orang kepada Tuhan.

Kiranya Tahun 2009 ini menjadi saat di mana orang lain kita tempatkan sebagai yang utama. Kiranya kita menyukai kerja di belakang layar dan membawa orang lain ke pusatnya.

Tuhan, semoga kami menjadi suara itu yang menghantar orang kepadaMu dan bukannya menjadi orang yang menarik orang kepada diri kami sendiri. Amin.
Copyright © 01 Januari 2009 by Ansel Meo SVD

70. Panorama Hidup Orang Kristen dalam Pengalaman Para Gembala

Kamis, 1 Januari 2009

Bacaan : Luk 2,16-21

Selamat Tahun Baru 2009. Kita masuki tahun baru 2009 dan Injil hari ini menyajikan kepada kita kisah tentang para gembala di Betlehem. Dalam masyarakat Yahudi, mereka merupakan kelompok orang yang sering digolongkan dalam kelompok orang berdosa. Merenungkan kisah mereka barangkali kita dibantu untuk merenungkan bagaimana kita memasuki Tahun Baru ini secara Kristiani.

Injil mengisahkan secara sangat gamblang, “Lalu mereka cepat-cepat berangkat dan menjumpai Maria dan Yusuf dan bayi itu, yang sedang berbaring di dalam palungan. Dan ketika mereka melihat-Nya, mereka memberitahukan apa yang telah dikatakan kepada mereka tentang Anak itu. Dan semua orang yang mendengarnya heran tentang apa yang dikatakan gembala-gembala itu kepada mereka.”

Apa yang bisa mereka tawarkan kita tentang pengalaman hidup Kristen? Saya kira dalam pengalaman mereka, kita bisa mengandaikan bagaimana hidup seorang Kristiani yang sebenarnya. Hidup seorang Kristen dalam salah satu segi sebenarnya menghidupkan kembali pengalaman para gembala di atas.

Dan sebagai bagian pengalaman berharga itu, jelas sekali bahwa ketika mereka bertemu Yesus, mereka bertemu juga MARIA, ibuNya. Dan dalam diri Maria, mereka sebenarnya sangat ditolong untuk mengerti tentang misteri Allah yang tengah mereka hadapi. Karena itulah sangat beralasan mengapa Gereja mendedikasikan hari ini kepada Maria Bunda Allah. Kita merayakan pesta Maria, yang membawa Yesus selalu dalam pangkuannya dan membagikan kegembiraannya bersama Yesus kepada para gembala dan dunia.

Bersama mereka, Maria, Yosef dan para gembala, kita sebagai orang beriman hendaknya membawa Yesus dan menghantarNya kepada dunia kehidupan kita. Di Tahun Baru 2009 ini kita membawa serta misi mulia ini, membawa Yesus dan menghadirkanNya kepada dunia, sehingga dunia kita menjadi dunia yang damai, dunia berTuhan.

Tuhan, dalam diri Maria Perawan dan Bunda, Engkau memberikan kepada kami manusia keselamatan kekal. Semoga kami dibantu oleh doanya boleh membawa serta Yesus dalam keseharian kami sepanjang tahun 2009 ini. Amin.

Copyright © 01 Januari 2009 by Ansel Meo SVD