Kamis, Januari 08, 2009

79. Mengamini Roh Tuhan yang Berkarya dalam Diri Kita

Sabtu, 10 Januari 2009

Bacaan : Luk 4, 14-22

Yesus pulang ke kampung halamannya dan seperti kebiasaannya sedari dulu, Ia juga masuk ke sinagoga mereka. Hanya kesempatan ini berbeda dari yang sudah-sudah. Lukas mengisahkan demikian, "Ia datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan, dan menurut kebiasaan-Nya pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri hendak membaca dari Alkitab. Kepada-Nya diberikan kitab nabi Yesaya dan setelah dibuka-Nya, Ia menemukan nas, di mana ada tertulis: "Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang." Kemudian Ia menutup kitab itu, memberikannya kembali kepada pejabat, lalu duduk; dan mata semua orang dalam rumah ibadat itu tertuju kepada-Nya. Lalu Ia memulai mengajar mereka, kata-Nya: "Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya."

Apakah yang membuat perbedaan itu? Saya kira soal kesadaran Yesus bahwa Roh Tuhan ada padaNya dan tengah bekerja secara sangat kuat dalam diriNya. Kesadaran itu ada pada Yesus bukan karena Ia pulang ke kampungNya, tetapi sejak dibaptis Yohanes, Yesus merasakan dan mengalami campur tangan Roh Allah begitu kuat. Dan lebih dari itu, Ia menyadari perutusanNya oleh karena Roh Allah yang berdiam di dalamNya.

Bagaimana dengan kita? Seperti Yesus, hendaknya kesadaran yang sama ada juga pada kita. Bahwa semenjak kita menyandang nama Kristen sejak pembabtisan, kita menerima Roh Tuhan yang bekerja secara luar biasa dalam diri kita. Soalnya apakah kita menyadariNya secara terus menerus dan bekerja sesuai dengan misi perutusan yang diserahkan kepada kita oleh kehadiran Roh itu.

Sebuah tantangan yang nyata untuk dijawabi. Mampukah kita menjadikan hari-hari kita sebagai hari berahmat sama seperti Yesus yang oleh kekuatan Roh Kudus menyatakan tahun rahmat Tuhan telah datang? Tantangan pasti ada, bahkan oleh orang dekat kita bahkan diri kita sendiri. Tetapi Roh Allah dan karyaNya tak bisa kita abaikan begitu saja, bukan. Kita mesti mengaminiNya dan menjadi alat karya Roh Allah di manapun kita hidup dan berada.

Tuhan Yesus, semoga seperti Engkau, kami menyadari kehadiran Ro Allah dan menyediakan diri kami bagi karyaNya di tengah dunia kehidupan dan pelayanan kami. Amin.

Copyright 9 Januari 2009 by Ansel Meo SVD

Rabu, Januari 07, 2009

78. Ketakutan Mesti Dikalahkan

Jumat, 09 Januari 2009

Bacaan : Mk 6, 45-51

Episode Injil Markus hari ini sungguh menampilkan aspek kerapuhan manusiawi para murid Yesus ketika dililiti ketakutan berhadapan dengan bahaya dan tantangan.

Markus mengisahkan, "Ketika hari sudah malam perahu itu sudah di tengah danau, sedang Yesus tinggal sendirian di darat. Ketika Ia melihat betapa payahnya mereka mendayung karena angin sakal, maka kira-kira jam tiga malam Ia datang kepada mereka berjalan di atas air dan Ia hendak melewati mereka. Ketika mereka melihat Dia berjalan di atas air, mereka mengira bahwa Ia adalah hantu, lalu mereka berteriak-teriak, sebab mereka semua melihat Dia dan merekapun sangat terkejut. Tetapi segera Ia berkata kepada mereka: "Tenanglah! Aku ini, jangan takut!" Lalu Ia naik ke perahu mendapatkan mereka, dan anginpun redalah. Mereka sangat tercengang dan bingung."

Membaca kisah singkat ini, terbayang di hadapan kita pengalaman hidup iman kita berhadapan dengan kesulitan, tantangan baik dalam kaitan dengan iman maupun dalam hal lainnya. Satu hal pasti kita alami bahwa mengarungi lautan kenyataan hidup, kita akan menghadapi kesulitan, tantangan dan lebih dari itu sebagai manusia lemah, ketakutan akan datang dan kita serasa kehilangan orientasi.

Namun iman kita akan Yesus hendaknya memberikan kepada kita kekuatan ekstra ini, bahwa dalam keadaan apapun, ada Dia yang memperhatikan kita. Injil tadi menulis, "Ketika Ia melihat betapa payahnya mereka mendayung karena angin sakal, maka kira-kira jam tiga malam Ia datang kepada mereka berjalan di atas air." Jadi Yesus pasti datang campur tangan langsung dalam kesulitan hidup orang beriman.

Keyakinan inilah yang membuat kita mesti mengalahkan ketakutan. Karena biasanya, ketika ketakutan meghampiri kita, segala sesuatu yang tampak di hadapan kita akan dilihat secara negatip. Yang mendatangi kita Tuhan, tetapi karena ketakutan sedang meliputi kita, maka kita melihatNya sebagai hantu. Kita diminta untuk tidak takuti, sebagaimana Yesus bersabda, "Jangan takut, ini Aku!".

Tuhan Yesus, kehadiranMu menghentikan badai, mengembalikan rasa percaya diri dan kenyamanan hidup. Anugerahkan kami keberanian untuk menanggalkan ketakutan kami, dan bersamaMu boleh membangun kembali kepercayaan diri bahwa ada masa depan yang lebih baik yang tersedia bagi kami. Amin.

Copyright © 08 Januari 2009 by Ansel Meo SVD

Selasa, Januari 06, 2009

77. Gembala yang Tak Membiarkan Mereka Tanpa Makanan

Kamis, 08 Januari 2009

Bacaan : Mk 6, 34-44

Judul di atas barangkali paling pas untuk kita berikan bagi bacaan Injil yang kita renungkan hari ini, tentang Yesus dan sikapNya terhadap mereka yang mengikutiNya siang dan malam. Markus melukiskan sikap Yesus yang menanggapi reaksi para muridNya, demikian, "Tetapi jawab-Nya: "Kamu harus memberi mereka makan!" Kata mereka kepada-Nya: "Jadi haruskah kami membeli roti seharga dua ratus dinar untuk memberi mereka makan?" Tetapi Ia berkata kepada mereka: "Berapa banyak roti yang ada padamu? Cobalah periksa!" Sesudah memeriksanya mereka berkata: "Lima roti dan dua ikan." Lalu Ia menyuruh orang-orang itu, supaya semua duduk berkelompok-kelompok di atas rumput hijau. Maka duduklah mereka berkelompok-kelompok, ada yang seratus, ada yang lima puluh orang. Dan setelah Ia mengambil lima roti dan dua ikan itu, Ia menengadah ke langit dan mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, supaya dibagi-bagikan kepada orang-orang itu; begitu juga kedua ikan itu dibagi-bagikan-Nya kepada semua mereka. Dan mereka semuanya makan sampai kenyang."

Orang banyak itu lelah dan kelaparan, setelah mereka mendengarkan ajaran Yesus sepanjang hari. Mereka memang lapar dan haus akan Sabda kehidupan yang menguatkan mereka sebagai umat pilihan Allah. Daya tarik Yesus begitu kuatnya sehingga tak seorangpun yang menarik dirinya dan pergi meninggalkan Yesus dan para muridNya. Di sinilah soal muncul. Sama seperti Yesus dan para muridNya butuh makanan dan minuman, demikianpun orang banyak itu. Ini pulalah keprihatinan para murid Yesus, sehingga mereka menghentikan ajaran Yesus, sambil mengatakan, "suruhlah mereka ini pulang dan membeli makanan di dusun sekitar sini".

Tapi Yesus, sang Gembala Sejati tak membiarkan mereka pergi tanpa makan, tanpa roti yang dibutuhkan untuk hidup harian mereka. Gambaran hati seorang pemimpin dan gembala, yang melihat secara seimbang dan integral kebutuhan para muridNya, bukan hanya makanan bagi jiwa berupa Sabda Kehidupan tetapi juga makanan bagi tubuh, roti dan rejeki sehari-hari.

Itulah sebabnya Yesus tidak membiarkan mereka pergi tanpa makan. Ia menyuruh mereka duduk berkelompok. Dan mereka semuanya diberi makanan oleh Yesus berkat lima roti dan dua ikan yang diucapkan syukur lalu digandakan oleh kekuatan Allah. Jadi Yesus tidak hanya mengajarkan Sabda Kehidupan untuk memenuhi rasa haus dan lapar mereka akan kebijaksanaan Allah, tetapi juga menggandakan roti untuk memuaskan rasa lapar dan haus jasmaniah mereka.

Sungguh seorang gembala yang tak membiarkan domba-dombaNya pergi tanpa makanan, baik makanan bagi jiwa yaitu Sabda Hidup maupun makanan bagi tubuh mereka, rezeki kehidupan sehari-hari.

Tuhan Yesus, kiranya kami mendapatkan berkat harian kami berupa makanan bagi jiwa kami berkat Sabda Kehidupan Kekal dan rejeki bagi tubuh kami, roti dan bekal jasmani kami. Amin.

Copyright © 07 Januari 2009 by Ansel Meo SVD

76. "Perjumpaan Injili"

Rabu, 07 Januari 2009

Bacaan: Mt 4,12-25

Mateus memulai kisah hari ini dengan menyebut tempatYesus memulai kehidupan publikNya, dengan pewartaan demikian: "Tetapi waktu Yesus mendengar, bahwa Yohanes telah ditangkap, menyingkirlah Ia ke Galilea. Ia meninggalkan Nazaret dan diam di Kapernaum, di tepi danau, di daerah Zebulon dan Naftali, ... Sejak waktu itulah Yesus memberitakan: "Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!" Dan ketika Yesus sedang berjalan menyusur danau Galilea, Ia melihat dua orang bersaudara, yaitu Simon yang disebut Petrus, dan Andreas, saudaranya. Mereka sedang menebarkan jala di danau, sebab mereka penjala ikan. Yesus berkata kepada mereka: "Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia." Lalu merekapun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia."

Andreas adalah seorang yang aslinya berasal dari Betsaida dan ia mulanya adalah murid Yohanes Pembaptis. Dia juga yang oleh Mateus diberitakan sebagai orang pertama yang dipanggil oleh Yesus untuk mengikuti Dia. Injil hari ini melukiskan panorama pertemuan khusus mereka dengan latar danau Galilea, di mana Petrus saudaranya sedang berusaha untuk menebarkan jala untuk menangkap ikan. Yesus bertemu dengan mereka di sana dan memanggil mereka untuk mengikuti Dia dan menjadi muridNya.

Pertemuan sederhana itu ternyata begitu penting dalam hidup Yesus di depan umum. Hidup Yesus di hadapan publik memang ternyata tak diwarnai oleh kejadian-kejadian hebat, tetapi di atas segalanya dibangun di atas rentetan pertemuan kecil, sederhana, yang terjadi di tempat sederhana. Hemat saya sebuah indikasi sederhana tentang bagaimana khabar Gembira Injil Yesus Kristus yang kita bawa dalam hidup, bisa menghasilkan perubahan dalam sejarah. Khabar gembira akan menghasilkan buah dan mengubah hidup masyarakat, bukan terutama dalam kejadian gegap gempita tetapi seri pertemuan antara orang dengan orang, antara komunitas dengan komunitas. Seri pertemuan yang kiranya menggerakkan orang yang bertemu untuk mengajak yang lain yang mereka kenal, untuk syering kegembiraan dengan mereka dan mengajak mereka melakukan yang sama. Jadi pertemuan menjadi media penting bagi upaya melanjutkan khabar gembira.

Kita ditanya hari ini, "Bagaimana kita mengisi dan mewarnai pertemuan-pertemuan kita? Apakah pertemuan - pertemuan itu menghantar orang kepada harapan hidup yang lebih baik, apakah ada dimensi iman di sana? Apakah pertemuanpertemuan kita punya kharakter Injili? Dan lebih penting lagi, "Apakah kita mau seperti Andreas mengayunkan langkah pertama untuk mengikuti Dia?"

Tuhan kiranya pertemuan - pertemuan yang kami miliki juga menjadi kesempatan untuk melanjutkan khabar InjilMu. Dan kuatkan kami untuk berani memutuskan untuk mengikuti Engkau, di manapun kami bertemu. AMIN.

Copyright © 6 Januari 2009 by Ansel Meo SVD

Senin, Januari 05, 2009

75. Mencari Tuhan Terus Menerus

Selasa, 06 Januari 2009
Pesta Penampakan Tuhan

Bacaan : Mat 2, 1 - 12

Injil Matius hari ini memulai kisahnya demikian, "Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman raja Herodes, datanglah orang-orang majus dari Timur ke Yerusalem dan bertanya-tanya: "Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia."

Para raja dari Timur mencari Kristus Sang Penyelamat dunia yang dalam pengetahuan mereka, Ia lahir sebagai seorang bayi di negeri Israel. Mereka meninggalkan kemapanan mereka sebagai raja dan pergi mencari sampai menemukan Dia yang dicari. Hampir pasti bahwa bersama mereka ada banyak juga banyak abdi atau rombongan raja. Artinya bersama para raja ini ikut serta juga banyak orang yang tentu antusias mencari bersama raja, walaupun mungkin hanya demi pelayanan kepada raja. Jadi sebenarnya peristiwa hari ini adalah sebuah peristiwa yang melibatkan banyak pihak, raja, serdadu, abdi, dan tentu juga para ahli yang mendampingi sang raja. Dan mereka semua datang untuk mencari dan menemukan Yesus Penyelamat dunia.

Apakah pencaharian mereka mudah? Ternyata tidak. Mereka temui banyak hambatan, mereka ditemani petunjuk bintang, yang sering tak selamanya di sana menuntun mereka. Ada saat kegelapan yang menghampiri mereka. Mungkin itulah sebabnya mereka menemui Raja Herodes untuk mencari kejelasan. Tetapi saat kegelapan itulah Tuhan menyapa mereka dan mereka dihantar kepada Yang mereka Cari : Yesus Juruselamat dunia.

Perjalanan rombongan para raja dari Timur ini bisa memberi gambaran kepada kita juga tentang bagaimana perjalanan iman kita. Tak ada sesuatu yang pasti. Beriman akan Kristus, kita alami sebagai sebuah perjalanan, kadang gampang tetapi banyak susahnya. Ada saat gelap dan juga saat gelap. Orang yang kita minta bantuan seringkali membantu dengan tulus, tapi ada juga yang membantu secara licik demi mencapai apa yang mereka dapatkan.

Tapi yang terpenting ialah seperti para raja itu, kita harus mampu keluar dari diri sendiri, dari kenyamanan semu yang kita miliki juga dalam berbagai praktek keagamaan yang telah kita jalankan bertahun tahun lama. Perjalanan iman kita harus tetap difokuskan pada penemuan akan Kristus secara personal. Jadi ada pertanyaan fundamental untuk kita jawab, "Apakah kita telah menemui Kristus secara pribadi, bukan menemuiNya karena aturan, karena hukum dsbnya?"

Itulah pencarian sejati. Mencari untuk menemukan Yesus yang kita jumpai dan kita imani secara pribadi. Mari kita mohon agar pada hari penampakan Tuhan ini, kita diberi rahmat untuk selalu menemukan Dia sebagai Penyelamat kita.

Tuhan Yesus, bintangMu membantu para raja dan rombongan mereka untuk menemui Engkau dan memberikan sujud dan hormat mereka kepadaMu. Kiranya kami juga tak henti-hentinya mencari dan bertemu denganMu dalam perjalanan iman dan rohani kami. Amin.

Copyright © 5 Januari 2009 by Ansel Meo SVD

Minggu, Januari 04, 2009

74. Pertemuan yang Mengubah Hidup

Senin, 05 Januari 2009

Bacaan : Yoh 1, 43-51

Injil Yohanes yang kita renungkan hari ini masih melanjutkan kisah tentang pertemuan dengan Yesus. Secara singkat, semua pertemuan ini merupakan pertemuan yang menghasilkan perubahan dalam diri orang yang bertemu dengan Yesus. Dan memang demikianlah semua pertemuan dalam Injil adalah seri pertemuan yang mengubah hidup seseorang.

Injil Yohanes secara singkat berkisah, "Pada keesokan harinya Yesus memutuskan untuk berangkat ke Galilea. Ia bertemu dengan Filipus, dan berkata kepadanya: "Ikutlah Aku!" Filipus itu berasal dari Betsaida, kota Andreas dan Petrus. Filipus bertemu dengan Natanael dan berkata kepadanya: "Kami telah menemukan Dia, yang disebut oleh Musa dalam kitab Taurat dan oleh para nabi, yaitu Yesus, anak Yusuf dari Nazaret."

Kisah singkat ini menegaskan kepada pembaca tentang banyak hal. Dan satu di antaranya adalah perlunya seseorang yang menemani kita dalam pertemuan itu. Yesus bertemu Filipus dan Filipus mengajak saudaranya Natanael untuk bertemu dengan Yesus. Peran seorang Filipus barangkali adalah sebuah peran penting yang membantu orang seperti Natanael untuk memutuskan sesuatu yang fundamental bagi hidupnya. Berkat bantuan seorang seperti Filipus, Natanael akhirnya mengenal Yesus sebagai Putra Allah, dan beriman kepadaNya.

Dan Natanael yang dikenal dengan nama Bertolomeus memang menjadi orang yang percaya bahkan mengikuti jejak hidup GuruNya dengan mengorbankan hidupnya sendiri.

Ini tentunya pengalaman yang berbicara juga secara langsung kepada kita. Benar bahwa Sabda Tuhan atau Injil selalu menawarkan kepada kita berbagai pertemuan yang mengubah hidup. Tetapi seperti Natanael, kebanyakan kita tak langsung menanggapinya. Banyak yang mengikuti tahap seperti halnya Natanael. Butuh orang lain yang menemani dalam perjalanan atau pertemuan itu. Dan seringkali bantuan seperti itu terasa fundamental dalam hidup.

Tuhan, kami juga sering membutuhkan orang seperti Filipus untuk menjelaskan tentang Engkau dan lebih lagi untuk menghantar kami kepadaMu. Terimakasih untuk pemberianMU dalam diri mereka. Engkau memang sedang mengubah hidup kami lewat berbagai orang yang menghantar kami kepadaMu. Kiranya Engkau memberkati mereka. Amin.

Copyright © 4 Januari 2009 by Ansel Meo SVD