Jumat, Januari 16, 2009

87. Marilah! Sebuah Undangan untuk Mengalami Hidup

Minggu, 18 Januari 2009

Minggu Biasa II

Bacaan : Yoh. 1,35-42

Kita berjumpa dengan Yohanes Pembaptis yang barusan memperkenalkan atau bersaksi tentang Yesus kepada orang banyak. Hari ini kesaksian yang sama Yohanes alamatkan bukan lagi kepada orang banyak tetapi kepada dua dari antara para muridnya. Penginjil Yohanes secara indah melukiskan demikian, "Pada keesokan harinya Yohanes berdiri di situ pula dengan dua orang muridnya. Dan ketika ia melihat Yesus lewat, ia berkata: "Lihatlah Anak domba Allah!" Kedua murid itu mendengar apa yang dikatakannya itu, lalu mereka pergi mengikut Yesus."

Bagi para murid peran Yohanes adalah sebuah peran vital yang diperlukan ketika mereka masih mencari orientasi dalam hidup. Mereka sedang mencari seorang guru kehidupan. Mulanya mereka menemukannya dalam diri Yohanes, namun kini Yohanes sendiri menunjuk kepada Yesus sebagai guru sejati yang harus mereka ikuti. Perjalanan mereka untuk menggapai kepenuhan dan kematangan dalam hidup kini dipercayakan kepada sang guru yang adalah kehidupan itu sendiri.

Pengesahannya kita temukan dalam jawaban Yesus kepada mereka yang mencari, "Marilah dan lihatlah!" Jawaban ini menunjukkan kepada mereka bahwa yang mereka dapatkan bukan lagi sekedar kumpulan ajaran dan doktrin tetapi sebuah pengalaman yang menemani mereka dalam perjalanan hidup mereka. Ajakan Yesus, "Marilah!" adalah sebuah undangan bagi mereka untuk mengalami hidup bersama Dia, untuk berada bersama Dia dan mengenyam kehidupan yang tengah diwartakanNya. Mereka diundang untuk masuk dalam persahabatan sejati denganNya, berbagi hidup denganNya dan diperkaya olehNya.

Dan benarlah, hidup kedua murid itu berubah. Hubungan mereka dengan Yesus membuka hubungan baru di antara mereka. "Kami telah menemukan Mesias," demikian mereka bersaksi kepada yang lain tentang kehadiran Yesus. Tugas Yohanes telah mereka ambil alih. Mereka menjadi saksi yang menghantar yang lain untuk bertemu dan mengalami hidup bersama Yesus.

Dalam hidup kita, hadir juga figur figur seperti Yohanes, yang dengan penuh kerendahan hati tahu apa inti tugasnya dan menunjuk kepada Yesus sebagai yang harus diikuti. Ketika mereka menghantar kita kepada pertemuan dengan Yesus, selanjutnya kita sendirilah yang mesti masuk ke dalam hidup bersama dengan Yesus. Sehingga pada saatnya dari kitapun masih mungkin terungkap kata-kata penuh harapan ini kepada dunia, "Kami telah menemukan Mesias, sang guru kehidupan."

Tuhan Yesus, semoga kami tak henti-hentinya belajar untuk mendengarkan ajakan orang lain untuk mengikutiMU dan pada saatnya ketika kami siap, kami boleh juga melanjutkan kepada yang lain bahwa Engkau ada untuk mereka juga. Amin.

Copyright © 17 Januari 2009 by Ansel Meo SVD

Kamis, Januari 15, 2009

86. Sadar lalu Mengikuti Dia

Sabtu, 17 Januari 2009

Bacaan : Mk 2, 13-17

Masih dengan latar yang sama di sekitar danau Galilea, Yesus melanjutkan pewartaanNya dan Ia bertemu dengan Levi, seorang pemungut cukai di tempat tugasnya. Tetapi siapakah Levi yang tengah dihadapi Yesus? Mengingat lokasi kejadian, Levi mestinya seorang dengan penghasilan luar biasa, tetapi di mata saudara-saudari sebangsanya adalah seorang yang dibenci karena tugasnya dinilai sebagai perpanjangan tangan penjajah. Tapi ia pasti seorang profesional yang mencintai tugasnya dan mencintai keluarganya. Dia inilah yang dipanggil Yesus dan dengan serta merta pula Levi meninggalkan segalanya dan mengikuti Dia. Kehadiran seorang Levi memperbesar pula jumlah murid yang mengikuti Yesus. Dan berarti juga komunitas para murid Yesuspun semakin besar jumlahnya.

Markus dalam upayanya mengisahkan pertemuan itu melukiskan sebagai berikut, "Kemudian ketika Ia berjalan lewat di situ, Ia melihat Lewi anak Alfeus duduk di rumah cukai lalu Ia berkata kepadanya: "Ikutlah Aku!" Maka berdirilah Lewi lalu mengikuti Dia."

Menarik untuk disimak inti pertemuan itu. Rasanya tak penting bagaimana mereka bertemu dan menjadi murid, dengan siapa Yesus bertemu dan orang macam mana yang Ia dapatkan. Yesus memang fokus dengan programNya untuk menjadikan siapa saja sebagai anggota komunitas muridNya. Karena yang terjadi pada Levi sungguh diluar perkiraan banyak orang, karena statusnya yang dipandang sebagai seorang pendosa.

Jadi yang diperhitungkan di sini rupanya sikap dasar ini: Levi terbuka untk mendengarkan Sabda Tuhan dan memutuskan untuk mengikuti Dia yang bersabda kepadanya, "Ikutilah Aku". Bagi Levi dan ke empat murid pertama dari Yesus, amatlah cukup untuk mendengarkan ajakanNya, "Ikutilah Aku" dan mereka memutuskan untuk berada bersama Dia.

Levi sadar akan keadaannya, sadar akan perbuatannya selama ini dalam kaitan dengan pekerjaannya dan mengikuti Yesus yang terus melanjutkan mewartakan Injil dan menyembuhkan banyak orang sakit dan menobatkan banyak orang berdosa.

Panorama yang sama rupanya sedang dialami mereka yang dipanggil pada abad ini. Yang terpenting adalah sadar akan nilai panggilan itu dan memutuskan untuk mengikuti Yesus. Yang sisanya, termasuk bagaimana sikap dan tingkah laku serta reputasi di masa yang lalu tak akan diperhitungkan lagi. Di tangan Tuhan, yang terburuk sekalipun di mata dunia bisa menjadi alat yang ampuh untuk pewartaan khabar GembiraNya. Santu Paulus, juga sebuah contoh dalam hal itu.

Tapi masihkah Tuhan mendapatkan hati yang mau mendengarkan SabdaNya dan terbuka untuk mengikuti panggilanNya? Sungguh pewartaan Sabda hari ini adalah sebuah undangan untuk mensyukuri betapa Tuhan rindu mengumpulkan semua manusia dalam komunitas para muridNya.

Tuhan terkasih, dalam diri Levi kami melihat cerminan hidup kami dan masa lalu kami. Dan Engkau tak peduli dengan masa lalu itu tetapi memanggil setiap kami untuk sadar dan mengikutiMU. Tuhan berkatilah usaha kemuridan kami. Amin.

Copyright © 16 Januari 2009 by Ansel Meo SVD

85. Hati yang MendengarNya Dipenuhi Harapan

Jumat, 16 Januari 2009

Bacaan : Mk 2, 1-12

Injil Markus hari ini memulai kisahnya demikian, "Kemudian, sesudah lewat beberapa hari, waktu Yesus datang lagi ke Kapernaum, tersiarlah kabar, bahwa Ia ada di rumah. Maka datanglah orang-orang berkerumun sehingga tidak ada lagi tempat, bahkan di muka pintupun tidak. Sementara Ia memberitakan firman kepada mereka, ada orang-orang datang membawa kepada-Nya seorang lumpuh, digotong oleh empat orang."

Bisa kita bayangkan, semangat yang menggebu-gebu yang memenuhi hati orang-orang yang mendengarkan Dia ke manapun Dia pergi. Hati mereka semakin dipenuhi harapan yang kuat dan mereka pun merindukan keadaan yang lebih baik dalam kontak mereka dengan Yesus. Orang sakit inginkan kesehatan dan kesembuhan, yang lapar ingin dikenyangkan, yang didiami roh jahat, ingin dibebaskan. Satu eforia yang kuat sedang menghinggapi semua orang oleh karena kehadiran Yesus.

Dan Yesus menggunakan kesempatan itu untuk terus fokus pada tugas perutusannya yakni menyampaikan Sabda Tuhan kepada siapapun yang ingin mendengarkan Dia.

Kembali kepada harapan yang memenuhi hati orang banyak, kita temui juga si lumpuh yang berharap akan kesembuhannya dan harapan teman-temannya akan kesembuhannya. Harapan itu begitu kuatnya, sehingga pintu yang tertutuppun tak jadi masalah buat mereka. Mereka menurunkan dia lewat atap. Dan melihat betapa besar iman mereka, Yesus mengampuni dosa orang itu dan menyembuhkan si lumpuh. Yesus tak hanya memenuhi kebutuhan jasmani seperti halnya pemenuhan rasa lapar dan penyembuhan dari sakit, tetapi juga menganugerahkan mereka pengampunan dan sapaan penuh cinta.

Sebuah ajakan untuk kita dalam hubungan dengan tugas pewartaan setiap kita untuk melanjutkan khabar gembira. Ajakan untuk secara seimbang memperhatikan baik kebutuhan fisik dan rohani maupun untuk tak mengabaikan sapaan yang menyejukkan hati dan pengampunan kepada mereka yang membutuhkannya. Dan lebih dari itu, seperti Yesus, hendaknya segala prosedur bukan lagi yang terpenting dalam pelayanan tetapi menyelamatkan manusialah yang menjadi kunci dalam pelayanan itu.

Tuhan, tatkala semua pendengar dan pengikutMu antusias mendengarkanMU, hati kamipun dipenuhi kekaguman sambil berdoa, semoga antusiasme iman yang sama menjadi milik kami juga. Amin.

Copyright © 15 Januari 2009 by Ansel Meo SVD

Selasa, Januari 13, 2009

84. Hati Penuh Cinta untuk Karya dan Tanah Misi

Kamis, 15 Januari 2009
Pesta St. Arnoldus Yanssen, Pendiri SVD, SSpS dan SSpS AP
Bacaan : Mk 1, 40-45

Injil Markus masih dilanjutkan dengan kisah seorang kusta yang disembuhkan Yesus karena ia memang meminta kepada Yesus. Injil hari ini menuturkan kisahnya demikian, "Seorang yang sakit kusta datang kepada Yesus, dan sambil berlutut di hadapan-Nya ia memohon bantuan-Nya, katanya: "Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku." Maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu dan berkata kepadanya: "Aku mau, jadilah engkau tahir." Seketika itu juga lenyaplah penyakit kusta orang itu, dan ia menjadi tahir.

Sebagai seorang penderita lepra, dia tentu takut berkontak dengan siapapun, tetapi tidak terhadap Yesus. Itulah pikiran si lepra ketika mendatangi Yesus. Penuh keberanian dan iman menyampaikan isi hatinya dan menyatakan dirinya sendiri kepada Yesus. Tak takut resiko? Tentu ia takut tetapi orang yang didatanginya ia percayai mampu membuat perbedaan yang membuat dia meremehkan segala resiko itu. Ia memintanya, berdoa kepadaNya dan Yesus menyembuhkan dia. Lepranya hilang, ia sembuh. Dan pada gilirannya, ia tak bisa menahan diri dari rasa bahagia dan gembira yang dimilikinya dan ia menyampaikannya kepada orang banyak, ia bermisi tentang karya cinta kasih Yesus kepadanya.

Membaca kisah si lepra, terutama keinginannya untuk melanjutkan kegembiraan akan apa yang dialaminya berkat campur tangan Yesus, membuat saya berpikir tentang Pater Arnold Yanssen yang pestanya kita rayakan hari ini. Seorang yang yakin bahwa Tuhan yang menjelma menjadi manusia itu adlah khabar gembira yang mesti disampaikan kepada semua orang. Ia mempromosikannya, dan pada waktunya iapun mendirikan serikat-serikat misioner yang juga memadukan aspek doa, kontemplasi dan karya misi aktif.

Seperti si lepra dalam bacaan hari ini Yanssen sebenarnya adalah orang yang mendoakan, meminta Tuhan campur tangan dalam penderitaan manusia dan setelah mengalami kebaikan Tuhan, iapun bergegas untuk menyampaikan berita khabar gembira itu kepada semua.

Tuhan, kiranya dengan bantuan doa Santo Arnoldus Yanssen, kami juga mampu memadukan episode pengalaman si kusta, yang berdoa kepadamu dan mewartakan Engkau setelah mengalami jamahan kasihMu. Amin.

Copyright © 14 Januari 2009 by Ansel Meo SVD

83. Doa Para Murid, Penyembuhan dan Pelayanan

Rabu, 14 Januari 2009

Bacaan : Mk 1, 29-39

Kesan pertama membaca Injil Markus hari ini adalah Yesus tidak sendirian lagi dalam pewartaanNya. Bersama Dia sekarang ada sebuah komunitas kecil para muridNya yang siap membantuNya kapan saja. Komunitas Yesus dan para muridNya inilah yang sekarang mengunjungi rumah Petrus. Hampir pasti bisa kita bayangkan bahwa inilah rumah, basis bagi mereka dalam pelayanan Yesus, karena bersama mereka Petrus ada di sini.

Memasuki rumah ini, para murid temukan kenyataan bahwa ibu mertua Petrus lagi sakit. Bayangkan saja sebuah rumah tanpa ibu atau nyonya rumah yang sigap melayani lantaran sakit menimpanya. Maka para murid berinisiatip untuk meminta agar Yesus menyembuhkan wanita yang sakit itu. Yesus tak tunggu lama, Ia menyembuhkan wanita itu. Selanjutnya, episode berikut muncul. Wanita yag telah sembuh itu tampil dan melayani Yesus dan rombongan para muridNya.

Suatu rangkaian episode kisah yang indah. Mulai dengan doa para murid yang lahir dari keprihatinan akan perlunya seorang nyonya rumah yang melayani, mereka meminta dan Yesus turun tangan menyembuhkan ibu mertua Simon dan selanjutnya sebagai ucapan trima kasih mereka dilayani olehnya dengan sepenuh hati.

Gambaran kisah kehidupan kita dan orang di sekitar kita. Penderitaan ada di mana saja, hanya kadang tak terlihat karena mereka yang menderita tak dibutuhkan. Lain soal kalau mereka dibutuhkan. Makanya perlu kepekaan para murid untuk melihatnya, mendoakan dan meminta Tuhan campur tangan. Jangan kaget, kalau proses seperti ini dialami, maka sikap seperti ibu mertua Simon akan kita temukan di mana saja. Orang akan sedia dan siap melayani karena mereka merasa diberkati.

Tuhan, kiranya rangkaian peristiwa Injili hari ini membuka mata hati kami untuk berkarya bersamaMu, sehingga banyak orang tergerak dengan penuh syukur menjadi pelayanMu. Amin.

Copyright © 13 Januari 2009 by Ansel Meo SVD

82.Yesus Bergegas Mewartakan Khabar Gembira

Selasa, 13 Januari 2009

Bacaan : Mk 1, 21-28

Kita temui Yesus yang sudah didampingi komunitas kecil para muridNya. Mereka memasuki Kafarnaum, sebuah kota yang rupanya adalah yang terbesar di wilayah Galilea masa itu. Dan di sinilah Yesus memilih sebagai tempat atau basis bagi karyaNya di depan umum.

Markus mencatat kisah Yesus dan para muridNya demikian, "Setelah hari Sabat mulai, Yesus segera masuk ke dalam rumah ibadat dan mengajar. Mereka takjub mendengar pengajaran-Nya, sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat."

Apa yang disampaikan teks singkat ini kepada kita pembaca masa ini? Saya kira satu pesan singkat ini bergema sangat kuat, bahwa Yesus tidak berlambat dalam memulai tugas perutusanNya. Dia tidak menunggu bahwa segala fasilitas dan pendukung bagi karyaNya lengkap baru mulai bertugas. Tetapi segera setelah tiba di sana, Ia bergegas memasuki sinagoga dan mewartakan tentang Injil Kerajaan Allah. Jadi segala perhatian Yesus ditujukan kepada pewartaan Khabar Gembira. Dan Dia menjalankanNya dengan begitu baik, sehingga semua yang mendengarNya heran dan mengagumi kebijaksanaan Allah dalam pewartaanNya, karena Ia mengajar mereka dengan penuh kuasa dan keahlian.

Sebuah indikasi untuk kita, bahwa kecintaan akan pelayanan seharusnya mengalahkan kecemasan akan dukungan, akan perlengkapan yang membantu karya. Yang terpenting ialah kita, manusia itulah yang siap melaksanakan karya Allah.

Tuhan, ajarilah kami untuk siap selalu menjalankan tugas dan pelayanan kami. Semoga kekurangan akan fasilitas yang mendukung karya tak menjadikan kami berlambat dalam pelayananMu. Amin.

Copyright © 13 Januari 2009 by Ansel Meo SVD

Minggu, Januari 11, 2009

81. Kerajaan yang diwartakan Yesus

Senin, 12 Januari 2009

Bacaan : Mk 1, 14-21

Kita bertemu dengan Yesus yang memulai karya pewartaanNya di depan umum. Dan Ia memulainya dengan menapaki jalan-jalan di daerahNya untuk mewartakan khabar Gembira kepada semua orang. Apakah yang diwartakan Yesus sesungguhnya? Injil hari ini menyatakan bahwa Yesus mewartakan khabar gembira tentang Kerajaan Allah sudah dekat. Bagi kita inilah khabar gembira yang berisi Sabda untuk dipercayai, Sabda yang dengannya manusia bisa mempercayakan diri dan hidup mereka sendiri. Dan Sabda itu tak lain adalah diri Yesus sendiri yang melalui pewartaan dan karyanya menunjukkan kepada manusia bahwa Kerajaan Cinta kasihNya tengah mengunjungi mereka.

Dan memang itulah yang terjadi pada para murid yang pertama. Mendengarkan Yesus yang memanggil mereka di tengah hidup dan pekerjaan mereka, merekapun mempercayakan diri dan hidup mereka kepada Yesus. Simon, Andreas, Yakobus dan Yohanes mendengarkan khabar gembira tentang Kerajaan Allah yang sudah dekat, mereka meyakininya dan menjawab panggilan Yesus dengan menyerahkan diri mereka untuk mengikuti Dia.

Seperti pada masa itu, kepada kita pada saat ini, pengalaman itu terulang. Pengalaman para murid sebenarnya adalah kisah kita. Hanya soalnya, apakah masih ada ruang dan waktu untuk mendengarkan, megikuti dan memutuskan untuk sungguh mengubah hidup.

Tuhan Yesus, semoga saat inipun, kami masih Kautemukan bersedia untuk mendengarkan SabdaMU dan mengikuti panggilanMu. Amin.
Copyright © 11 Januari 2009 by Ansel Meo SVD

80. Pesta Pembaptisan Tuhan Yesus

Pengungjung dan pembaca nan setia Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya karena berhubung terjadi kemacetan teknis pada komputer, kami tak sempat menyediakan renungan hari ini. Selamat Pesta Pembaptisan Tuhan kita Yesus Kristus. SELAMAT PESTA DAN SELAMAT HARI MINGGU. Terimakasih.