Sabtu, Januari 31, 2009

101. Menyelami kuasa Allah

Minggu, 01 Februari 2009 (Minggu Biasa IV, Tahun B)
Bacaan: Markus 1, 21-28

Peristiwa hari ini dilaporkan oleh penginjil Markus berkenaan dengan reaksi para pendengar Yesus. Mereka menilai cara mengajar Yesus amat berbeda dengan para pengajar yang sudah mereka kenal selama ini. Para pengajar yang sudah umum pada waktu itu mengajar dengan cara mengulangi apa yang telah diajarkan oleh para guru pendahulunya lalu memburikan sedikit tambahan sesuai dengan situasi pendengar saat itu. Sedangkan apa yang dibuat oleh Yesus adalah mengajar dari kedalaman rohani pribadi. Dengan itu para pendengar langsung merasakan perbedaan dengan para pemimpin agama mereka. Yesus mengajar dengan kewibawaan yang keluar dari pribadinya. Para pendengar masih belum sampai pada pengakuan akan Yesus sebagai Tuhan atau Mesias.

Reaksi kedua yang terjadi dalam laporan Markus hari ini adalah reaksi dari roh jahat. Roh jahat yang ada dalam diri seseorang tidak tahan dengan pengajaran Yesus. Roh jahat langsung merasakan adanya sesuatu yang luar biasa dari Yesus dan mengenal Yesus sebagai orang Kudus, orang yang memiliki kewibawaan besar, yang memiliki kerohanian yang dalam dan tinggi. Terhadap orang semacam ini roh jahat tidak bisa berbuat apa-apa. Kekuatan roh jahat tak sanggup menyaingi kekuatan yang dimiliki oleh orang yang berkerohanian tinggi dan dalam. Orang yang memiliki hubungan yang akrab dengan Allah dengan sendirinya memiliki kekuatan rohani yang besar. Dengan demikian kata-kata yang keluar dari mulutnya sanggup meluluhkan kekuatan roh jahat dalam hati orang-orang yang mendengarkan pengajarannya. Itu berarti pula bahwa kata-kata Yesus memang menyatu dengan pribadinya, tak ada pembedaan antara kata dan pribadi Yesus. Inilah kekuasaan Allah yang sesungguhnya yang mesti diselami oleh semua pengikut Yesus. Antara Sabda, kata-kata, pengajaran dan diri Allah sendiri tak ada keterpecahan. Keduanya utuh, integral.

Menyelami kekuasaan Allah dan membiarkan diri diubah olehnya merupakan tujuan dari perjalanan rohani kita. Dengan cara demikian kita dapat mengalahkan kekuatan jahat yang ada di dalam diri kita sendiri dan oleh kehadiran kita kejahatan di sekitar kita pun akan lenyap.

Ya Tuhan sabdaMu kekal abadi dan mengubah segala menjadi baru. Runtuhkanlah kekuatan jahat yang berkecamuk dalam diriku oleh perjumpaan dengan Sabda Kekal, Yesus Kristus sehingga aku menjadi penyaksi SabdaMu di dunia. Amin.

Copyright © 31 Januari 2009 by Paulus Tolo SVD

Jumat, Januari 30, 2009

100. Beralih : Ajakan Untuk Berubah

Sabtu, 31 Januari 2009

Bacaan : Mk 4, 35-41

Penginjil Markus hari ini mengisahkan, "Pada hari itu, waktu hari sudah petang, Yesus berkata kepada mereka: "Marilah kita bertolak ke seberang." 4:36 Mereka meninggalkan orang banyak itu lalu bertolak dan membawa Yesus beserta dengan mereka dalam perahu di mana Yesus telah duduk dan perahu-perahu lain juga menyertai Dia."

Ajakan Yesus untuk beralih ke seberang danau, mungkin saja cuma untuk mengajak murid-muridNya untuk menghilangkan rasa jenuh, tetapi mungkin juga sebua ajakan dari pihak Yesus supaya murd-muridNya tak hilang konsentrasi dan komitmen terhadap tugas mereka. Merekapun setuju dengan sang Guru dan bergegas dengan perahu menuju ke seberang danau. Seperti biasa terjadi di danau itu, kali ini angin sakal menghantam mereka. Yesus memang ada bersama mereka, tetapi kehadiranNya dirasa tak cukup menyelamatkan mereka.

"Maka murid-murid-Nya membangunkan Dia dan berkata kepada-Nya: "Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?" Iapun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu: "Diam! Tenanglah!" Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali."

Suatu episode yang menarik dalam pengalaman kemuridan. Setelah mengajak para muridNya beralih untuk melepaskan diri dari bahaya kehilangan orientasi, Yesus pun harus turun tangan sekali lagi karena ada angin sakal yang menggentarkan hati para muridNya. Dan menanggapi situasi itu, Yesus tak berdiam diri. Ia langsung turun tangan dan meredakan angin itu, sehingga mereka tak kembali lagi ke tempat yang lama.

Rupanya inilah pengalaman kebanyakan kita. Yang pasti bahaya kehilangan orientasi, fokus selalu ada. Ada keinginan untuk beralih seraya menanggapi ajakan sang guru. Tetapi dalam upaya beralih juga tak jarang ada bahaya lain mengancam yang membuat kita boleh jadi ingin kembali ke tempat semula dan terus kehilangan fokus dan orientasi dalam pelayanan. Kehadiran dan ajakan Yesus dalam Injil hari ini mengingatkan kita tentang perlunya menyampaikan kepada Tuhan, sang empunya misi, karya untuk selalu menguatkan orientasi kita.

Tuhan, betapa sering terdengar di telinga kami ajakan untuk beralih ke seberang, untuk bergerak maju. Semoga kami selalu ingat akan Dikau dan tetap fokus, biarpun seringkali angin sakal dunia ini ingin membawa kami ke tempat semula yang ingin kami lepaskan. Amin.

Copyright © 30 Januari 2009 by Ansel Meo SVD

Kamis, Januari 29, 2009

99. Berderap bersama langkah ilahi

Jumat, 30 Januari 2009

Bacaan: Markus, 4, 26 - 34

Hari ini Yesus menyampaikan dua perumpamaan kepada kita pendengarnya. Perumpamaan pertama tentang benih yang ditaburkan di tanah dan berkembang sendiri tanpa campur tangan dari penabur. Perumpamaan kedua tentang benih yang kelihatannya kecil pada saat menabur namun hasilnya begitu besar. Kedua perumpamaan ini menurut Yesus hendak menjelaskan cara kerja kerajaan Allah. Kerajaan Allah dipahami oleh Santo Paulus sebagai bukan makanan dan minuman tapi damai sejahtera, kasih persaudaraan, kebanaran, keadilan.

Bila kerajaan Allah dimaksudkan adalah demikian maka menjadi jelaslah bagi kita bahwa nilai-nilai itu tidak bisa dipaksakan kepada seseorang. Ia berkembang dengan caranya sendiri dan tidak tunduk pada hukum dan aturan ekonomi atau matematika. Kerajaan Allah itu tumbuh berdasarkan kehendak Allah dan bukan kehendak orang menaburkan nilai-nilai kerajaan Allah itu. Kehendak orang menaburkan selalu dihiasi oleh keinginan untuk secepatnya mendapatkan hasil yang dapat dilihat dan dirasakan. Dalam hal ini orang tersebut jatuh pada usaha menundukan kehendak Allah kepada kehendaknya sendiri. Dalam perumpamaan hari ini nampak jelas bahwa benih Kerajaan Allah itu tumbuh dan berkembang sendiri tanpa campur tangan dari penaburnya.

Para pewarta dan pegiat Kerajaan Allah dan nilai-nilainya yang kini semakin banyak entah dalam bentuk organisasi-organisasi dan gerakan-gerakan. Godaan yang seringkali muncul adalah menganut pikiran bahwa nilai-nilai Kerajaan Allah tersebut mesti segera terwujud dan tercapai dalam waktu yang singkat. Kita mesti berderap dan berlangkah seturut kehendak ilahi yang lebih suka membiarkan semuanya berjalan perlahan namun pasti dan berakar dalam. Perlulah para pewarta dan orang kristiani menyesuaikan diri dengan langkah ilahi.

Semoga aku ya Tuhan, semakin menyadari tugasku untuk melaraskan kegiatan kerasulanku untuk membangun kerajaanMu di dunia ini seturut kehendakMu dan bukannya kehendakku. Amin

Copyright © 29 Januari 2009 by Paulus Tolo SVD

Selasa, Januari 27, 2009

98.Yang Menerangi Jalan Kita Menuju Keselamatan

Kamis, 29 Januari 2009
Peringatan St. Yosef Freinademetz

Bacaan : Mk 4, 21-25

Membaca penggalan Injil hari ini, kita bisa langsung mengatakan bahwa Yesus sungguh berbicara tentang diri dan misi yang sedang dibawaNya. Sejak Ia memulai karya pewartaan khabar gembira, Yesus tak pernah lelah menyusuri jalan dan kota-kota di Galilea untuk menyatakan kepada semua yang mendengarNya bahwa Kerajaan Allah sungguh tengah mendatangi manusia. Bukan hanya itu, Yesus dengan pewartaan dan tindakanNya sedang menunjukkan kepada manusia yang menantikanNya, bahwa cinta kasih Bapa tengah merangkul mereka.

Itulah yang diwartakan Markus dalam Injil hari ini. "Yesus berkata kepada mereka: "Orang membawa pelita bukan supaya ditempatkan di bawah gantang atau di bawah tempat tidur, melainkan supaya ditaruh di atas kaki dian. Sebab tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak akan tersingkap. Barangsiapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!"

Yesus sesungguhnya adalah Terang yang tengah datang di dunia untuk memberikan penerangan, orientasi, dan petunjuk kepada siapapun yang menyaksikanNya. Karenanya, tidaklah mengherankan bahwa di manapun Dia berada semua bergerak ke sana, semua ingin menikmati kehadiranNya. Dan itulah hakekat Terang sesungguhnya. Dia adalah Terang yang sejati yang datang untuk menerangi langkah manusia, sebagaimana dikatakan oleh Yohanes dalam prolog Injilnya. Yesus datang bukan untuk mewujudkan misi pribadiNya sendiri, tetapi datang untuk menerangi langkah kaki manusia sepanjang zaman untuk terus berlangkah menuju keselamatan yang kekal.

Merenungkan Injil hari ini seraya mengingat hidup dan karya misi misionaris Serikat Sabda Allah yang dikirim ke tanah Cina, Yosef Freinademetz, kita sebenarnya diajak juga untuk meneropong kembali jejak misi kita dewasa ini. Siapapun kita, baik misionaris yang diutus ke tanah misi maupun setiap orang Kristen sebebnarnya diutus untuk melanjutkan Terang yang adalah Yesus Kristus itu kepada siapapun yang kita jumpai. Dan tugas terang itu adalah terus-menerus memberikan penerangan, orientasi dan petunjuk kepada siapapun. Dan Terang yang kita bawa saat ini tak lain adalah Sang Sabda Allah, yang kiranya kita wartakan sebagai upaya untuk memberikan orientasi kepada siapapun untuk berjalan menuju keselamatan.

Tuhan Yesus Kristus, bersama Santo Yosef Freinademetz yang pestanya kami peringati hari ini, kami ingin membaharui komitmen kami untuk melanjutkan Terang SabdaMu kepada siapapun yang kami jumpai. Kiranya Engkau memberkati karya dan misi kami. Amin.

Copyright © 28 Januari 2009 by Ansel Meo SVD

97. Sikap Pewarta Sabda Allah

Hari Rabu, 28 Januari 2009
Peringatan St. Thomas Aquinas
Bacaan: Injil Markus 4, 1 - 20

Bacaan hari ini mengisahkan tempat pewartaan Yesus di tepi danau. Dalam pengajaran yang panjang Yesus menampilkan diri sebagai seorang pewarta ulung yang menggunakan berbagai perumpamaan. Ia menggunakan itu agar para pendengar mengambil sikap terhadap pewartaan yang diberikan itu.

Dalam perumpamaan pertama ini kita dapat merenungkan pada sisi yang lain yaitu sikap penabur. Yang menarik darinya adalah ia bertugas menabur di mana-mana tanpa mempertimbangkan tempat ia menabur. Kelihatan sekali bahwa mengenai hasil tidak menjadi perhitungan dari penabur. Penabur menjalankan tugasnya untuk menabur sebanyak-banyaknya dan seluas mungkin. Sebab jika penabur mementingkan hasil tentu ia hanya memperhatikan tempat yang subur. Kenyataannya dia menabur di berbagai tempat: yang jelek, berbatu, berduri dan juga yang subur. Nampak sekali bahwa sikap penabur amatlah baik hati dan tidak mempertimbangkan tempat tapi panggilannya untuk menaburkan benih.

Sikap penabur yang demikian menjadi tantangan untuk para pewarta jaman sekarang yang mementingkan hasil. Kalau sikap itu yang diambil/dimiliki maka ada sikap terkotak-kotak dalam pewartaan. Pewarta hanya berani mewartakan di tempat yang menurut penilaiannya akan diterima baik dan menghasilkan banyak. Sedangkan di tempat yang tidak menjanjikan hasil, pewarta mengurungkan niatnya untuk mewartakan, menaburkan benih. Padahal di tempat lain St. Paulus menasihati Timotius "beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran". Jelaslah bahwa mewartakan Sabda kapan dan dimanapun merupakan sikap yang amat terpuji bagi seorang pewarta Sabda Allah. Tidak mudah menemukan orang yang seperti ini. St. Thomas Aquinas yang kita peringati hari ini sudah menjalankan itu dengan menulis banyak buku dan mengajar di berbagai universitas pada jamannya. Apakah saya mau memiliki sikap pewarta yang demikian sesuai dengan status hidup saya?

Tuhan, bantulah para pewarta SabdaMu untuk selalu menaburkan benih sabdaMu di tengah dunia ini: di manapun dan kapanpun, agar semakin banyak orang dapat mengenal benih itu. Semoga Engkau menggerakkan orang yang mendengarkan pewartaan itu untuk makin mengenal Engkau. Amin

Copyright © 27 Januari 2009 by Paulus Tolo SVD

Senin, Januari 26, 2009

96. Menjadi Pelayan dan yang Terkecil

Selasa, 27 Januari 2009
Pesta St. Titus dan S. Timoteus

Bacaan : Luk 22, 24-30

Jika di hari-hari kemarin, kita berkonsentrasi dengan apa yang dibuat Yesus dan reaksi banyak orang atas karya Yesus, hari ini persis pada pesta Santo Titus dan Santo Timotius, kita coba berhent sejenak untuk melihat situasi yang dihadapi oleh para murid Yesus ketika itu. Hemat saya situasi mereka bukanlah situasi yang mudah. Kesulitan yang mereka hadapi bersama Yesus berhadapan dengan tantangan dari luar, nampaknya diperparah lagi oleh kebanggaan semu yang menyelimuti mereka di dalam, hingga munculnya usaha untuk meraih posisi tentang siapa yang terpenting dalam komunitas baru di sekitar Yesus itu. Lukas mengisahkan peristiwa itu demikian: Terjadilah juga pertengkaran di antara murid-murid Yesus, siapakah yang dapat dianggap terbesar di antara mereka.

Usaha mencari posisi terpenting di antara mereka muncul dalam diskusi yang juga sampai ke telinga Yesus. Sebuah diskusi yang tentu saja menyedihkan Yesus, bahkan menjadi sesuatu yang melukai hati Yesus karena mereka belum memahami sama sekali tentang maksud Yesus memanggil mereka. Tetapi Yesus selalu dengan penuh pengertian dan kesabaran coba memahami mereka. Dia menjelaskan apa inti kemuridan dengan cara mengajarkan kepada mereka tentang jalan cinta kasih sebagai satu-satunya jalan kemuridan. Yesus berkata kepada mereka: "Raja-raja bangsa-bangsa memerintah rakyat mereka dan orang-orang yang menjalankan kuasa atas mereka disebut pelindung-pelindung. Tetapi kamu tidaklah demikian, melainkan yang terbesar di antara kamu hendaklah menjadi sebagai yang paling muda dan pemimpin sebagai pelayan."

Jadi jalan satu-satunya untuk menjadi murid Yesus adalah menjadi pelayan bagi sesama dan memilih untuk menjadi yang paling kecil di antara para murid. Dan jalan yang diajarkan Yesus itu pada ahirnya Ia tunjukkan dalam contoh hidupNya sendiri, ketika menjelang perjamuan terakhir, Ia mncuci kaki para muridNya dan menjadi pelayan bagi mereka. Cara satu-satunya untuk menjadi yang pertama dan terutama di antara saudara adalah jalan pelayanan tanpa pamrih, melayani tanpa kenal lelah.

Jalan utama yang sering dilakonkan juga oleh para orangtua kita, yang tak pernah berhenti mencintai dan memenuhi kebutuhan kita. Mereka yang tak bosan-bosannya mengasihi kita hingga akhir hayt mereka.

Tuhan Yesus, dalam hidup ini sering kami temukan kesamaan ajaranMu dengan contoh hidup orangtua kami yang tak pernah lelah mencintai anak-anak mereka, menjadi pelayan bagi mereka dan tak bosan untuk mencintai mereka. Kiranya kami tetap berterimakasih atas kenyataan bahwa jalan kemuridan yang Kauajarkan sesungguhnya adalah jalan mengasihi dan jalan pelayanan. Amin.

Copyright © 27 Januari 2009 by Ansel Meo SVD

Minggu, Januari 25, 2009

KHUSUS : SELAMAT TAHUN BARU IMLEK

Kepada para pembaca yang merayakannya, kami mengucapkan

SELAMAT TAHUN BARU IMLEK 2560

KIRANYA BERKAT TUHAN SENANTIASA MENYERTAI KALIAN

祝我身邊的每一位朋友都能 ~ 幸福! 快樂!富足 !

Kiranya semua sahabatku diberkati dengan keuntungan, kebahagiaan dan kesejahteraan!

這 是 會 為 你 帶 來 好 運 的 七 福 神 ~

7 dewa keberuntungan ini akan membawakan keberuntungan yang berlimpah buatmu.

只 要 把 他 轉! 寄 給 你 想 祝 福 的 人, 你 的 夢 想 便 會 實 現 唷!

Lanjutkanlah kepada semua sahabatmu, apa yang anda inginkan, maka mimpimu akan terpenuhi.

記 保 持 燦 爛 笑 容,好 運 就 會 追 隨 著 你。

Ingatlah selalu untuk tersenyum gembira akan keberuntungan akan datang untukmu.

願 幸 福.....! 跟 隨 你 左 右!

Kiranya kebahagiaan selalu mimihakmu!

願 煩 惱 隨 風 而 遠 逝!

Dan kiranya kecemasan-kecemasan akan terbawa angin jauh darimu.

95. Pentingnya kemampuan memahami apa yang sedang terjadi

Senin, 26 Januari 2009

Bacaan: Markus 3, 22-30

Dalam beberapa hari ini dunia diwarnai oleh pemberitaan mengenai pelantikan presiden ke-44 Amerika Serikat, Barack Obama. Banyak orang memberikan komentar akan peristiwa tersebut sebagai satu peristiwa yang amat penting untuk rakyat Amerika dan dunia umumnya karena Obama adalah seorang keturunan kulit hitam. Orang menjadi sadar bahwa setiap orang memiliki martabat yang sama dan memiliki kemampuan yang memadai untuk memimpin tidak didasarkan pada warna kulit. Demikianlah orang banyak mampu memahami peristiwa yang sedang terjadi pada hari-hari ini.

Injil hari ini memberikan kepada kita juga suatu ajakan untuk melihat peristiwa yang sedang terjadi di sekitar kita dan memahaminya berdasarkan apa yang kita yakini dalam iman kita. Pada hari-hari yang lalu kita mendengarkan kisah mengenai Yesus yang mengusir roh jahat, menyembuhkan penyakit-penyakit. Para pemimpin agama Yahudi pada masa itu berusaha membaca dan memahami peristiwa yang sedang terjadi di tengah masyarakat. Peristiwa-peristiwa luar biasa yang dikerjakan oleh Yesus dari Nasareth. Dalam pemikiran pemimpin agama waktu itu tidak sulit untuk memahaminya karena mereka tahu baik bahwa orang yang mampu mengusir setan, menyembuhkan penyakit hanyalah orang yang memiliki kekuatan dari Allah, orang tersebut mesti memiliki hubungan yang amat akrab dengan Allah. Itu sesuai dengan pengetahuan mereka tentang sejarah agama mereka. Dengan demikian mereka mesti mengakui bahwa Yesus dari Nasareth pasti memiliki hubungan yang khusus dengan Allah sehingga mampu melakukan mukjisat sepert itu.

Justru di sinilah letak soal. Para pemimpin agama itu masih terbelenggu dengan pandangan bahwa dari kota Nasareth, di daerah Galilea tidak mungkin menjadi asal dari orang yang memiliki hubungan khusus dengan Allah. Akibatnya mereka tidak bisa menerima bahwa Yesus dari Nasareth mesti digolongkan nabi atau almasih atau Mesias. Para pemimpin itu gagal melepaskan cara pandang mereka yang lama sehingga mreka tidak sampai pada pengakuan akan Yesus sebagai Tuhan, Almasih, Mesias. Inilah yang Yesus bilang kepada mereka "barangsiapa berdosa kepada Roh Kudus, tidak akan diampuni". Dengan kata lain Yesus mau sampaikan "kamu tahu bahwa orang yang mampu mengusir setan dan menyembuhkan penyakit hanyalah para nabi dan sahabat Allah seperti dibuat Samuel, nabi Elia, nabi Elisa dll. Mestinya kamu akui saya seperti para nabi itu malah lebih dari pada para nabi. Tapi kamu tidak mau mengakui saya sebagai nabi, Tuhan".

Amat pentinglah bagi kita untuk membuka mata dan memahami semua peristiwa yang terjadi di sekitar kita dengan menggunakan iman kita agar kita mampu mengakui bahwa Tuhan sedang berkarya di dalam dunia ini. Dengan cara demikian kita akan menjadi semakin merasakan betapa Tuhan selalu membimbing dan menghantarkan kita kepada satu tujuan yang baik untuk kita.

Tuhan, bantulah aku untuk mampu mengenal rencanaMu dalam seluruh peristiwa hidup yang sedang aku alami saat ini. Amin

Copyright © 25 Januari 2009 by Paulus Tolo SVD