Senin, Januari 26, 2009

96. Menjadi Pelayan dan yang Terkecil

Selasa, 27 Januari 2009
Pesta St. Titus dan S. Timoteus

Bacaan : Luk 22, 24-30

Jika di hari-hari kemarin, kita berkonsentrasi dengan apa yang dibuat Yesus dan reaksi banyak orang atas karya Yesus, hari ini persis pada pesta Santo Titus dan Santo Timotius, kita coba berhent sejenak untuk melihat situasi yang dihadapi oleh para murid Yesus ketika itu. Hemat saya situasi mereka bukanlah situasi yang mudah. Kesulitan yang mereka hadapi bersama Yesus berhadapan dengan tantangan dari luar, nampaknya diperparah lagi oleh kebanggaan semu yang menyelimuti mereka di dalam, hingga munculnya usaha untuk meraih posisi tentang siapa yang terpenting dalam komunitas baru di sekitar Yesus itu. Lukas mengisahkan peristiwa itu demikian: Terjadilah juga pertengkaran di antara murid-murid Yesus, siapakah yang dapat dianggap terbesar di antara mereka.

Usaha mencari posisi terpenting di antara mereka muncul dalam diskusi yang juga sampai ke telinga Yesus. Sebuah diskusi yang tentu saja menyedihkan Yesus, bahkan menjadi sesuatu yang melukai hati Yesus karena mereka belum memahami sama sekali tentang maksud Yesus memanggil mereka. Tetapi Yesus selalu dengan penuh pengertian dan kesabaran coba memahami mereka. Dia menjelaskan apa inti kemuridan dengan cara mengajarkan kepada mereka tentang jalan cinta kasih sebagai satu-satunya jalan kemuridan. Yesus berkata kepada mereka: "Raja-raja bangsa-bangsa memerintah rakyat mereka dan orang-orang yang menjalankan kuasa atas mereka disebut pelindung-pelindung. Tetapi kamu tidaklah demikian, melainkan yang terbesar di antara kamu hendaklah menjadi sebagai yang paling muda dan pemimpin sebagai pelayan."

Jadi jalan satu-satunya untuk menjadi murid Yesus adalah menjadi pelayan bagi sesama dan memilih untuk menjadi yang paling kecil di antara para murid. Dan jalan yang diajarkan Yesus itu pada ahirnya Ia tunjukkan dalam contoh hidupNya sendiri, ketika menjelang perjamuan terakhir, Ia mncuci kaki para muridNya dan menjadi pelayan bagi mereka. Cara satu-satunya untuk menjadi yang pertama dan terutama di antara saudara adalah jalan pelayanan tanpa pamrih, melayani tanpa kenal lelah.

Jalan utama yang sering dilakonkan juga oleh para orangtua kita, yang tak pernah berhenti mencintai dan memenuhi kebutuhan kita. Mereka yang tak bosan-bosannya mengasihi kita hingga akhir hayt mereka.

Tuhan Yesus, dalam hidup ini sering kami temukan kesamaan ajaranMu dengan contoh hidup orangtua kami yang tak pernah lelah mencintai anak-anak mereka, menjadi pelayan bagi mereka dan tak bosan untuk mencintai mereka. Kiranya kami tetap berterimakasih atas kenyataan bahwa jalan kemuridan yang Kauajarkan sesungguhnya adalah jalan mengasihi dan jalan pelayanan. Amin.

Copyright © 27 Januari 2009 by Ansel Meo SVD

Tidak ada komentar: