Jumat, Februari 06, 2009

108. Sebuah Panorama "Hari Yesus" yang Penuh Kejutan

Minggu, 08 Pebruari 2009
Minggu V Masa Biasa

Bacaan : Mk 1, 29-39

Markus membawa kita ke Kapernaum untuk menyaksikan bagaimana Yesus mejalankan hari-hari penuh kesibukan baik dalam hal mengajar orang banyak, maupun dalam hal menyembuhkan orang sakit serta menyeimbangkannya dengan saat hening dalam doa kepada BapaNya di tempat yang sunyi. Rupanya itulah panorama yang biasa yang menggambarkan bagaimana Yesus menjalankan hari-harinya selama aktif dalam pewartaan tentang Kerajaan Allah.

Mungkin tak mirip dengan hari-hari dalam pekerjaan dan pelayanan kita dewasa ini, namun baik juga menyimaknya seraya memasukkannya ke dalam hari-hari normal kehidupan kita. Untuk apa? Saya kira bukan cuma untuk membandingkannya saja, tetapi lebih dari itu untuk mendapatkan kekuatan darinya dan memberikan inspirasi bagaimana seyogyannya hari-hari hidup kita dijalani.

Hari-hari Yesus di Kapernaum juga diwarnai oleh satu karakter dasar ini, 'belaskasihan yang tak terbatas bagi yang lemah, yang sakit dan miskin'. Inilah misi yang Yesus emban yang oleh Gereja diteruskan kepada kita.

Injil hari ini mengajak kita tentang bagaimana seharusnya hari-hari hidup kita diisi. Ada karya pelayanan, ada saat refleksi dan doa. Ada saat berada bersama orang banyak, tetapi mesti ada juga saat untuk menarik diri ke tempat yang sepi. Dan seperti halnya komunitas Yesus, hendaknya kita tetap memiliki belaskasihan, simpati dan perhatian kepada yang kecil, yang lemah dan yang sakit.

Tuhan, semoga irama dan kesibukan harian kami tak membuat kami kehilangan berbagai karakter penting yang perlu untuk mengisinya, seperti Engkau dan murid-muridMu telah menjalaninya. Amin.

Copyright © 06 Pebruari 2009 by Anselm Meo SVD

Kamis, Februari 05, 2009

107. Saat Istirahat yang Memberi Inspirasi Bagi Karya

Sabtu, 07 Pebruari 2009

Bacaan : Mk 6, 30-34

Merenungkan peristiwa dalam Injil hari ini, kita bisa merasakan sebuah kebutuhan yang sangat manusiawi yang diperlukan para murid setelah pulang dari tugas perutusan mereka. Yesus berkata kepada mereka: "Marilah ke tempat yang sunyi, supaya kita sendirian, dan beristirahatlah seketika!" Yesus mengenal kebutuhan mereka akan istirahat setelah pekerjaan yang melelahkan. Dan Markus melukiskan bahwa saking sibuknya, makanpun mereka tidak sempat. Maka berangkatlah mereka untuk mengasingkan diri dengan perahu ke tempat yang sunyi.

Bila mencoba merenungkan lebih jauh, rupanya saat-saat istirahat seperti itu adalah saat yang vital dalam membangun hubungan pribadi di antara mereka, dan di antara mereka dengan Yesus. Karenanya, saat mengambil jarak dari pekerjaan dan pewartaan menjadi juga kesempatan pertemuan di antara mereka, kesempatan saling meneguhkan dan tentu juga kesempatan evaluasi terhadap berbagai karya yang telah mereka lakukan.

Bukan hanya itu. Saat istirahat bersama Yesus ternyata juga menjadi saat mereka saling memaafkan, saling menguatkan dan tentu juga saat mereka merayakan hidup dan pelayanan mereka. Karena itu "saat istirahat" mereka bersama Yesus adalah kesempatan yang sangat inspiratif, memberi orientasi baru bagi karya mereka. Itulah sebabnya, di akhir Injil hari ini Yesus tergerak hatinya oleh belaskasihan kepada banyak orang dan kembali mengajarkan banyak hal kepada mereka.

Kembali ke situasi kita dewasa ini, kita juga memerlukan saat di mana kita mesti berhenti sejenak, saat beristirahat setelah pekerjaan yang melelahkan. Ajakan Yesus kepada para muridNya dalam bacaan hari ini adalah juga ajakan buat kita untuk menjadikan saat istirahat kita sebagai kesempatan berguru kepada Yesus, kesempatan membina hubungan akrab dengan Dia melalui doa, liturgi, tetapi juga saat untuk membuat evaluasi dan koreksi persaudaraan. Sehingga usai istirahat, cara kerja dan mentalitas karya kita bisa menyerupai mentalitas Yesus dan metodeNya yang hatiNya selalu dipenuhi belaskasihan kepada siapapun yang dijumpaiNya.

Bila itulah yang kita usahakan, maka istirahat dari kerja kita sesungguhnya adalah saat-saat inpiratif dalam hidup kita.

Tuhan, kiranya Engkau tetap berada bersama kami ketika kami mengaso dari pekerjaan kami. Semoga kami memiliki hati seperti hatiMu yang selalu berbelaskasihan terhadap orang yang kami jumpai dalam pelayanan kami. Amin.

Copyright © 06 Pebruari 2009 by Anselm Meo SVD

106. Kesinambungan isi pewartaan Kerajaan Allah

Jumat, 6 Februari 2009

Bacaan: Markus 6, 14 - 29

Menarik sekali apa yang dilukiskan oleh Markus dalam Injil hari ini. Pada awalnya Markus mengisahkan reaksi Herodes dan orang banyak atas karya-karya dan pengajaran Yesus. Kemudian Markus memberikan keterangan mengenai mengapa sampai Herodes memiliki pandangan bahwa Yohanes Pembaptis telah bangkit kembali dan berkarya. Alasan pandangan Herodes ini adalah bahwa Yohanes telah dibunuh dengan alasan tidak kehilangan muka di hadapan para undangan dan sumpah yang diucapkan.

Herodes memberikan pandangannya mengenai Yesus dengan bertolak dari pengalamannya yang kurang bagus berkenaan dengan Yohanes Pembaptis. Dengan demikian Herodes menafsir siapakah Yesus berdasarkan pengalaman pahitnya masa lalu sehingga ia tidak sanggup masuk dalam diri Yesus sendiri. Herodes hanya sampai pada tingkat mengenal adanya kesinambungan isi pewartaan dan kekuatan-kekuatan yang dimiliki oleh Yohanes Pembaptis dan Yesus dari Nasareth. Bisa jadi Herodes juga menafsir peristiwa Yesus berdasarkan pandangan bangsa Romawi waktu itu mengenai kemungkinan penjelmaan kembali jiwa orang yang telah mati untuk membalas dendam atas perlakuan buruk yang dialami selama hidup. Kalau penafsiran yang terakhir ini ia miliki maka dengan demikian Herodes rupanya takut berhadapan dengan Yesus yang menurutnya adalah penjelmaan Yohanes Pembaptis. Kasian sekali, Herodes hanya sampai pada titik ini saja, tidak melampauinya.

Bagi kita yang hidup pada jaman sekarang pengalaman Herodes bisa juga menjadi pengalaman kita. Kita seringkali menafsir pewartaan menurut apa yang kita alami sebelumnya. Bila pengalaman baik yang kita miliki maka kita dengan mudah menerima pewartaan mengenai Kerajaan Allah. Sebaliknya kalau kita mengalami hal yang buruk maka kita sulit menerima pewartaan tentang kerajaan Allah itu. Apalagi kalau pewartaan itu menyentuh perbuatan buruk yang pernah kita lakukan sebelumnya maka kita akan menafsirkan macam-macam: entah rahasia sudah dibocorkan secara sepihak, entah pewarta telah bersekongkol dengan orang yang menginginkan kejatuhan.

Kita mesti belajar untuk terbuka terhadap isi warta tentang Kerajaan Allah yang akan menghasilkan kedamaian hati dan ketenangan hidup.

Tuhan berikanlah aku rahmatMu untuk membiarkan diriku disinari oleh terang SabdaMu dan menerimaMu dengan hati yang tulus. Amin

Copyright © 5 Februari 2009 by Paulus Tolo SVD

Rabu, Februari 04, 2009

105. Tolok Ukur Keberhasilan Karya Pewartaan

Kamis, 05 Pebruari 2009

Bacaan : Mk 5, 7-13

Bacaan Injil hari ini menampilkan kepada kita semua ajaran Yesus yang amat mendasar tentang misi. Markus melukiskan secara singkat, "Ia memanggil kedua belas murid itu dan mengutus mereka berdua-dua. Ia memberi mereka kuasa atas roh-roh jahat, dan berpesan kepada mereka supaya jangan membawa apa-apa dalam perjalanan mereka, kecuali tongkat, rotipun jangan, bekalpun jangan, uang dalam ikat pinggangpun jangan, boleh memakai alas kaki, tetapi jangan memakai dua baju."

Yesus mengutus para muridNya supaya mereka melanjutkan kepada semua orang yang mereka jumpai khabar gembira yang telah mereka terima, yang tak lain adalah Sabda Tuhan itu sendiri, yang sesungguhnya adalah harta yang amat berharga bagi kehidupan kekal bersama Allah. Tentunya suatu tugas teramat penting yang harus dilengkapi juga dengan berbagai sarana pendukung yang memadai.

Tetapi apa yang terjadi dalam episode perutusan para murid sungguh di luar dugaan kita. Walaupun mereka membutuhkan banyak perlengkapan, oleh karena perjalanan yang jauh, masa tinggal di misi yang lama, tantangan alam yang sulit, para murid diminta membawa serta hanya apa yang paling perlu bagi mereka. Itupun bukan menurut kebutuhan yang mereka lihat atau anggap perlu, tetapi menurut pandangan Tuhan sebagai yag paling mendasar bagi keberhasilan karya pewartaan itu.

Apakah itu? Rupanya inilah yang menentukan keberhasilan karya para murid. Itulah yang menjadi tolok ukur untuk menilai bahwa karya pewartaan Injil berhasil atau tidak berhasil. Bahwa seorang yang diutus untuk mewartakan khabar gembira, seyogyanya tidak mempercayakan keberhasilan misinya pada berbagai sumber kekayaan, baik materi maupun personil ataupun pada jaminan kenyamanan menurut ukuran manusia. Misi pewartaan khabar gembira harus dipercayakan kepada Tuhan sendiri sebagai sumber kekuatan satu-satunya, dan Injil iulah satu-satunya alat yang perlu dibawa bersama kita.

Mengapa? Karena misionaris sesungguhnya adalah seorang yang atas nama Kristus membawa khabar keselamatan dan harapan. Yang dicarinya hendaknya bukan keberhasilan personal. Hanya dengan demikian, ketika tak tersedia segalanya, kita akan tetap bertahan dalam pewartaan.

Tuhan Yesus, semoga kami tetap yakin bahwa pewartaan Injil di dunia modern ini masih tetap memiliki Engkau sebagai sumber kekuatan satu-satunya. Amin.

Copyright © 04 Pebruari 2009 by Anselm Meo SVD

Selasa, Februari 03, 2009

104. Kekecewaan seorang pewarta Sabda

Rabu, 04 Pebruari 2009

Bacaan: Mk 6, 1 - 6

Kisah karya Yesus yang disampaikan oleh penginjil Markus hari ini memang menyedihkan. Seorang pewarta yang sudah harum namanya di berbagai tempat, malah ditanggapi dengan sikap menganggap remeh oleh orang-orang seasal. Yesus tidak jengkel atau marah. Markus mencatat perasaan Yesus atas sikap yang ditunjukkan oleh orang-orang sekampungnya: "Ia merasa heran atas ketidakpercayaan mereka". Apakah ungkapan yang dipakai oleh Markus untuk menghaluskan apa yang sebenarnya terjadi dalam hati Yesus?

Pengalaman Yesus merupakan sesuatu yang amat umum ditemukan oleh para pewarta Sabda kapan dan dimanapun. Kalau kita melihat seluruh perjalanan hidup Yesus, akan nampak bahwa reaksi Yesus atas sikap para anggota keluarga dan kampung halamannya manjadi gambaran umum penolakan manusia atas pewartaan Yesus. Di dalam kasus orang sekampung dan anggota keluarga ini, mereka menyatukan antara isi pewartaan dan pribadi Yesus sendiri. Karena Yesus berasal dari keluarga yang biasa-biasa maka pewartaanya pun ditolak juga.

Seorang pewarta yang sejati memang menunjukkan kesatuan antara apa yang diwartakan dan pribadi orang tersebut. Dengan demikian kemungkinan akan ditolak besar sekali. Bukan hanya penolakan atas isi pewartaan tapi juga pribadi orang tersebut. Reaksi yang mesti dimiliki oleh seorang pewarta sejati adalah reaksi yang Yesus tampilkan: tidak marah, tidak mengutuk.

Tuhan Yesus, jadikanlah hatiku seperti hatimu terutama ketika aku mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugas pewartaan yang engkau percayakan kepadaku. Amin

Copyright © 3 Februari 2009 by Paulus Tolo SVD

Senin, Februari 02, 2009

103. Berkat Doa Sang Ayah

Selasa, 03 Pebruari 2009

Bacaan : Mk 5, 21-43
Membaca penggalan Injil Markus hari ini, sebuah pertanyaan muncul, “Mengapa Yairus mau mengambil resiko untuk meminta Yesus menyembuhkan puterinya? Bukankah sebagai pemuka agama Yahudi, upayanya untuk mendekati Yesus bisa membuat orang menilainya sebagai orang yang membelot dari agamanya?”

Sudah tentu, sebagai kepala sinagoga ia mesti kenal Yesus di sinagoga ketika Yesus pernah mengajarkan orang banyak di sana. Dan mungkin saat itulah saat terpenting dalam hidupnya, Ia yakin orang yang didengarnya bisa bertindak menyelamatkan hidup dan keluarganya. Berdasarkan fakta inilah dia tak ragu mendekati Yesus untuk meminta datang menyembuhkan putrinya.
Yairus yakin hanya Yesus mampu memenuhi harapan hidupnya, mampu menyelamatkan puteri satu-satunya dan mengembalikan keharmonisan dalam keluarganya (klik ini juga: KOMUNITAS UNTUK SAUDARA & PELAYANAN (2)

Karena itulah Yairus bertindak dengan penuh keberanian, meminta dan berdoa kepada Yesus. Dan Markus mengisahkan demikian, sesudah Yesus menyeberang lagi dengan perahu, orang banyak berbondong-bondong datang lalu mengerumuni Dia. Sedang Ia berada di tepi danau, datanglah seorang kepala rumah ibadat yang bernama Yairus. Ketika ia melihat Yesus, tersungkurlah ia di depan kaki-Nya dan memohon dengan sangat kepada-Nya: "Anakku perempuan sedang sakit, hampir mati, datanglah kiranya dan letakkanlah tangan-Mu atasnya, supaya ia selamat dan tetap hidup."
Membaca peristiwa ini, kita sebenarnya sedang menyaksikan seorang bapa keluarga yang menumpahkan segenap harapannya kepada Tuhan, lantaran ia tak bisa bersandar lagi pada kekuatannya sendiri. Dan di kedalaman hatinya, ia percaya bahwa Yesus tak mungkin menutup hati dan telinganya terhadap jeritan doanya. Dan lebih dari itu, peristiwa penyembuhan itu lahir terutama dari kontak personal dengan Yesus, yang tak lain merupakan bentuk doa yang berkanjang hingga mendapatkan pengabulan dari Allah. Maka pengabulan doanya oleh Yesus sesungguhnya mengembalikan harmoni ke dalam keluarganya, harmoni dengan tugasnya dan lingkungannya.

Tuhan Yesus, Yairus percaya kepadaMu dan karenanya ia berdoa bagi kesembuhan putrinya. Kami berdoa bagi para bapak keluarga terutama mereka yang sibuk dengan berbagai tugas publik, agar tak melupakan tugas mereka untuk mendidik dalam iman anak-anak mereka dan memohon kepada Tuhan bagi hadirnya damai dalam keluarga mereka. Amin.

Copyright © 02 Pebuari 2009 by Anselm Meo SVD

Minggu, Februari 01, 2009

102. Memuji Allah Bersama Para Lansia

Senin, 02 Pebruari 2009
Pesta Tuhan Yesus Dipersembahkan di Bait Allah

Bacaan : Luk 2,22-40

Injil yang kita baca pada hari pesta Tuhan Yesus dipersembahkan ke Bait Allah hari ini, amat sering dilukiskan sebagai “khabar gembira tentang masa kanak-kanak Yesus”. Dan dua bab pertama Injil Lukas memang yang paling sering menemani permenungan kita selama masa Natal, bahkan memberikan inspirasi bagi banyak sekali karya seni di sepanjang sejarah gereja.

Hari ini kita bertemu dengan dua figur orangtua yang tengah menantikan kedatangan Tuhan yaitu Simeon dan Anna yang bersama Zakarias dan Elisabeth merupakan tokoh PL dengan peranan yang penting. Simeon dan Anna menerima kehormatan untuk menatang Yesus, Sang Juruselamat yang dijanjikan dengan kedua tangan mereka seraya memuji Allah. Mengapa mereka memuji Allah? Karena mereka merasakan penghiburan, kekuatan yang luar biasa. Bukan cuma itu. Mereka dengan usianya yang tua justru menjadi orang pertama yang mewartakan kepada dunia tentang khabar gembira yang mereka rangkul dengan tangan dan hati mereka.

Penginjil Lukas mengisahkan demikian, "Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel. Roh Kudus ada di atasnya, dan kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus, bahwa ia tidak akan mati sebelum ia melihat Mesias, yaitu Dia yang diurapi Tuhan. Ia datang ke Bait Allah oleh Roh Kudus. Ketika Yesus, Anak itu, dibawa masuk oleh orang tua-Nya untuk melakukan kepada-Nya apa yang ditentukan hukum Taurat, ia menyambut Anak itu dan menatang-Nya sambil memuji Allah, katanya: "Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel."
Pertemuan para lansia yang terwakili dalam diri Simeon dan Anna dengan Yesus karenanya menjadi pertemuan yang mengembalikan kekuatan dan harapan untuk hidup terus, walaupun usia mereka sudah sangat tua.
Merenungkan Injil hari ini dan merayakan pesta persembahan Yesus ke Bait Allah yang juga menjadi pesta yang dibaktikan kepada kaum religius, kita sebenarnya diajak untuk mensyukuri sebuah panggilan kepada pewartaan Sabda Allah tanpa batasan umur dan periode pensiun. Setiap kita menerima Tuhan Yesus dan khabar gembiranya seraya merangkulnya dengan penuh syukur. Tapi tidak pernah berhenti di sana. Ada tugas lanjutan selalu: Memuji Allah dalam doa dan karya yang berkanjang dan menjadi pewarta Injil itu kepada siapapun dan di manapun hingga Tuhan menjemput kita ke dalam kehidupan abadi.

Tuhan Yesus, ketika merangkulmu Simeon dan Anna mengangkat hati dan memuji Allah. Dan dengan menatangMu mereka menemukan kekuatan untuk mewartakan tentang Engkau kepada dunia. Kiranya bersama para lansia di sekitar kami, kamipun mencontohi sikap mereka, untuk setia mewartakan SabdaMu kapanpun. Amin.

Copyright © 01 Pebuari 2009 by Anselm Meo SVD