Rabu, Februari 04, 2009

105. Tolok Ukur Keberhasilan Karya Pewartaan

Kamis, 05 Pebruari 2009

Bacaan : Mk 5, 7-13

Bacaan Injil hari ini menampilkan kepada kita semua ajaran Yesus yang amat mendasar tentang misi. Markus melukiskan secara singkat, "Ia memanggil kedua belas murid itu dan mengutus mereka berdua-dua. Ia memberi mereka kuasa atas roh-roh jahat, dan berpesan kepada mereka supaya jangan membawa apa-apa dalam perjalanan mereka, kecuali tongkat, rotipun jangan, bekalpun jangan, uang dalam ikat pinggangpun jangan, boleh memakai alas kaki, tetapi jangan memakai dua baju."

Yesus mengutus para muridNya supaya mereka melanjutkan kepada semua orang yang mereka jumpai khabar gembira yang telah mereka terima, yang tak lain adalah Sabda Tuhan itu sendiri, yang sesungguhnya adalah harta yang amat berharga bagi kehidupan kekal bersama Allah. Tentunya suatu tugas teramat penting yang harus dilengkapi juga dengan berbagai sarana pendukung yang memadai.

Tetapi apa yang terjadi dalam episode perutusan para murid sungguh di luar dugaan kita. Walaupun mereka membutuhkan banyak perlengkapan, oleh karena perjalanan yang jauh, masa tinggal di misi yang lama, tantangan alam yang sulit, para murid diminta membawa serta hanya apa yang paling perlu bagi mereka. Itupun bukan menurut kebutuhan yang mereka lihat atau anggap perlu, tetapi menurut pandangan Tuhan sebagai yag paling mendasar bagi keberhasilan karya pewartaan itu.

Apakah itu? Rupanya inilah yang menentukan keberhasilan karya para murid. Itulah yang menjadi tolok ukur untuk menilai bahwa karya pewartaan Injil berhasil atau tidak berhasil. Bahwa seorang yang diutus untuk mewartakan khabar gembira, seyogyanya tidak mempercayakan keberhasilan misinya pada berbagai sumber kekayaan, baik materi maupun personil ataupun pada jaminan kenyamanan menurut ukuran manusia. Misi pewartaan khabar gembira harus dipercayakan kepada Tuhan sendiri sebagai sumber kekuatan satu-satunya, dan Injil iulah satu-satunya alat yang perlu dibawa bersama kita.

Mengapa? Karena misionaris sesungguhnya adalah seorang yang atas nama Kristus membawa khabar keselamatan dan harapan. Yang dicarinya hendaknya bukan keberhasilan personal. Hanya dengan demikian, ketika tak tersedia segalanya, kita akan tetap bertahan dalam pewartaan.

Tuhan Yesus, semoga kami tetap yakin bahwa pewartaan Injil di dunia modern ini masih tetap memiliki Engkau sebagai sumber kekuatan satu-satunya. Amin.

Copyright © 04 Pebruari 2009 by Anselm Meo SVD

Tidak ada komentar: