Kamis, Juli 30, 2009

248. Lebih Baik Sehari Di Rumah Tuhan

Kamis, 30 Juli 2009
Peringatan Santu Petrus Krisologus
Masa Biasa
Bacaan: Kel 40:1.4.15-16.27.34-37; Matius 13: 47-53
Bacaan pertama hari ini diambil dari bagian terakhir Kitab Keluaran, dokumen pembentukan bagi iman orang-orang Yahudi. Besok kita akan memasuki Kitab Imamat dan selanjutnya Kitab Bilangan.
Tetapi bacaan hari ini menggambarkan dengan sangat hidup, tidak hanya tentang Tabut Perjanjian, tempat Diam Allah, tetapi juga tujuannya dalam membimbing orang-orang Israel, yang tengah berziarah menuju Tanah Terjanji. Rupanya ini merupakan suatu penglihatan yang mengagumkan kepada umat dan suatu tanda yang menegaskan perihal penyelenggaraan Allah. Dan ini sekaligus diharapkan dapat mengundang kita untuk merefleksikan pertanyaan-pertanyaan dalam hidup harian kita. Di mana aku telah mengenali kehadiran Allah, Tabernakel Allah dalam hidupku sepanjang rentang waktu 24 jam yang lalu? Apakah aku dengan tulus mengizinkan Tuhan untuk membimbing aku? Dalam hal-hal apa saja aku menemukan diriku tidak pantas untuk memasuki tempat diam Allah? Dan bagaimana aku mengizinkan hal itu bersinar dalam kata-kata dan perbuatan-perbuatanku?
Selanjutnya dalam Injil, Santu Matius masih mengundang kita untuk merenungkan perumpamaan Yesus tentang Kerajaan Surga. Dalam perumpamaan hari ini pun kita diingatkan bahwa Allah tidak tergesah-gesah bertindak sebagai seorang hakim yang memisahkan orang-orang baik dari orang-orang jahat. Allah membiarkan, mengizinkan keduanya hidup, hingga tiba suatu pengadilan final pada akhir zaman.
Kebaikan dan kejahabatan merupakan kenyataan-kenyataan yang tak terpisahkan dari hidup kita manusia. Ada sisi gelap dan terang dalam diri kita masing-masing dan di antara kita. Oleh karena itu, Injil hari ini sekaligus mengusung ajakan kepada kita untuk menguji tingkat kesadaran kita: “sisi mana dari kedua sisi itu yang menang dalam diriku? Keadilan Allah dan kebaikan manusia atau kerajaan Setan dan kejahatan manusia? Adalah lebih baik mengambil sikap saat ini untuk memilih kehidupan dan cinta kasih daripada melanggengkan hingga pada hari pengadilan terakhir.
“Betapa indah tempat kediam-Mu ya Tuhan, semesta alam. Jiwaku hancur karena merindukan pelataran-pelataran Tuhan. Jiwa dan ragaku bersorak-sorai kepada Allah yang hidup. Bahkan burung pipit pun mendapat sebuah rumah, dan burung-burung layang-layang sebuah sarang, tempat menaruh anak-anaknya. Mezmab-Mu ya Tuhan, semesta alam, ya Rajaku dan Allahku. Berbahagialah orang-orang yang diam di rumah-Mu, yang senantiasa memuji-muji Engkau. Berbahagialah orang-orang yang kekuatannya di dalam Engkau, yang berhasrat mengadakan ziarah. Mereka berjalan makin lama makin kuat hendak menghadap di Sion. Lebih baik satu hari di pelataran-Mu daripada seribu hari di tempat lain; lebih baik berdiri di ambang pintu rumah Allahku, daripada diam di kemah-kemah orang fasik” (Mzm 84). Amin.
Copyright@ 30 Juli 2009, by: P. Paskalis B. Keytimu, SVD

247. Mari....Mendengarkan Tuhan

Rabu, 29 Juli 2009
Peringatan Santa Martha
Masa Biasa
Bacaan: Kel 34:29-34; Lk 10: 38-42
Pada hari ini kita merayakan peringatan Santa Martha, saudari Lazarus dan Maria. Kita tentu mengenal baik kepribadiannya. Injil mengungkapkan bahwa Marta adalah seorang pribadi yang sungguh mencintai sesama dan menghendaki mereka bahagia. Ia diberkati dengan sikap murah hati dan kepribadian yang penuh entusias. Ketika mendengar bahwa Yesus akan datang untuk suatu kunjungan keluarga, ia langsung mulai mempersiapkan segala sesuatu untuk sebuah perjamuan. Itulah cara yang pantas dalam menerima dan memperlakukan orang-orang penting. Dan itulah yang dilakukan Martha. Padahal, apa yang seharusnya Martha upayakan adalah terlebih dahulu mengetahui apa sesungguhnya Yesus harapkan. Dan benar bahwa kegembiraannya yang besar dalam mempersiapkan segala sesuatu demi menjamu Yesus justru merupakan kekeliruannya.
Santu Matius memperlihatkan hal ini dengan jelas. Sesudah Martha menyadari bahwa waktu terlampau cepat bergeraki dan bahwa ia tidak akan sanggup memperhatikan segala pekerjaannya, ia pergi kepada Yesus dan memohon: “Tuhan, tidakah Engkau peduli bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku” (Lk 10:40). Tetapi Yesus menjawabnya: “Martha, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu, Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil daripadanya” (Lk 10:41-42). Syukur bahwa Martha langsung menyadari kekeliruannya. Ia memahami makna kata-kata Yesus. Karena itu, Martha segera meninggalkan kesibukkan di dapur, melupakan perjamuan, dan mengambil bagian untuk duduk di bawah kaki Yesus. Hal seperti ini, biasanya terasa berat dan sulit sekali bagi orang-orang yang cenderung berpikir mapan tentang rencana-rencana mereka dan cenderung berakar di dalam rencana-rencana tersebut.
Seringkali kita seperti ketiga murid yang sedang menyaksikan transfigurasi Yesus di atas puncak gunung, yang enggan mau turun dari sana. Kita begitu senang dan bangga dengan pelayanan-pelayanan kita dan mengalami begitu banyak keberhasilan, sehingga terasa sulit untuk melepaskan atau mengalihkan kepada orang lain pun ketika kita sudah tak mampu atau begitu lemah untuk melanjutkan karya tersebut. Selalu saja ada kecurigaan bahwa tak ada orang yang memiliki kualifikasi istimewa untuk menggantikan kita. Tak ada kompetensi, juga menjadi alasan yang sering menjadi pergumulan. Begitu berakarnya kita dalam cara pandang demikian hingga akhirnya menghantar kita untuk menuai ketidak-efektifnya karya kita pun bisa menjadikan kita orang-orang yang membosankan bahkan memuakkan.
Adalah menjadi suatu berkat memiliki sikap murah hati dan entusias. Dan kita berdoa agar sikap-sikap itu terus menjadi nilai-nilai yang menarik dan kooperatif dengan harapan dan kebutuhan umum. Juga, adalah menjadi suatu berkat apabila pada waktunya kita menjadi sadar bahwa kita tidak punya kekuatan abadi dan kompetensi yang tak pernah kendur dan dengan hati lapang tunduk dan membiarkan orang-orang lain mengambil alih tugas-tugas kita.
“Tuhan Yesus, Engkau adalah Kebangkitan dan Kehidupan. Kuatkanlah iman dan harapanku sesuai dengan janji-janji-Mu, agar aku boleh menyemarakan kegembiraan Injil kepada sesama di sekitarku.” Amin.
Copyright@ 29 Juli 2009; by: P. Paskalis B. Keytimu

246. Orang Benar Akan Bersinar Bagai Matahari Dalam Kerajaan Bapa

Selasa, 28 Juli 2009
Masa Biasa
Bacaan: Matius 13: 36-43
Selalu menarik membaca perumpamaan Yesus tentang Kerajaan Surga. Gambaran yang Yesus gunakan umumnya akrab dengan kehidupan para petani, seperti menanam, membersihkan, memetik dan memisah-misahkan buah-buah yang baik dari buah-buah yang rusak. Rumput liar, atau ilalang dapat mengganggu bahkan merusakkan benih yang baik jika tidak dipisahkan dan dibersihkan pada waktu yang tepat. Kendati demikian, membersihkan secara dini rumput-rumput liar, dapat juga mengganggu proses pertumbuhan benih-benih yang baik.
Sebagaimana realitas alamiah mengajarkan kita untuk bersabar, demikian kesabaran Allah, juga mengajarkan kita untuk melindungi Sabda-Nya yang telah ditanamkan dalam hati kita dan selalu berwaspada terhadap dosa dan kejahatan yang merusakkan Sabda Allah. Sabda Allah membawa kehidupan, sementara Setan selalu berusaha untuk menghancurkan-Nya. Memang, Allah tidak akan terburu-buru mengadili tetapi hari dan saat pengadilan itu akan tiba. Dan pada hari pengadilan itu, Allah akan mengganjari masing-masing orang sesuai dengan apa yang telah mereka taburkan dan tuai dalam hidup ini. Yang pasti bahwa Allah akan memisahkan yang baik dari yang jahat. Apakah anda mengizinkan Sabda Allah berakar secara mendalam dalam hatimu?
Perumpamaan Yesus pada hari ini pun mengajarkan kita untuk tidak terlampau bersemangat mengadili orang lain, yang menurut kita jahat, tidak kudus seperti kita yang kekudusannya pun tidak nampak. Yesus mengingatkan kita bahwa kebaikan dan kejahatan – keduanya ditaburkan dalam hati setiap orang bagai benih yang berkecambah, dan pada waktunya menghasilkan buah-buah yang baik atau buah-buah yang rusak. Charles Read pernah berkata: “Menabur suatu tindakan dan engkau menuai suatu kebiasaan. Menabur suatu kebiasaan dan engkau menuai suatu watak/karakter atau sifat. Menabur suatu karakter dan engkau menuai suatu nasib/takdir.” Pada hari pengadilan, masing-masing kita akan menuai apa yang telah kita taburkan dalam hidup ini. Mereka yang menaburkan yang baik akan bersinar dalam Kerajaan Bapa. Mereka akan menyinarkan cahaya keindahan, kegembiraan dan keutuhan cinta Allah. Karena itu, jangan terlampau cepat atau keburuh mengadili. Tetapi, marilah kita bahu-membahu dalam perjuangan untuk mengizinkan cinta Kristus meraja dalam hati kita, sehingga terpantul cahayanya dalam tindakan-tindakan kita.
“Tuhan Yesus, semoga cinta-Mu yang meraja di hatiku dan membarui hidupku sehingga aku boleh menabur apa yang baik, pantas dan berkenan kepada-Mu.” Amin.
Copyright@ 28 Juli 2009, by: P. Paskalis B. Keytimu, SVD

245.Yesus Menyingkapkan Apa Yang Tersembunyi

Senin, 27 Juli 2009
Masa Biasa
Bacaan: Matius 13: 31-35
Perikop Injil hari ini menuturkan kepada kita dua perumpamaan Yesus antara lain: “Biji sesawi yang ditaburkan di ladang dan ragi yang diadukkan ke dalam terigu.” Yesus menggunakan realitas-realitas alamiah ini untuk menjelaskan tentang makna Kerajaan Allah. Kerajaan Surga itu seumpama biji sesawi yang ditanam dan ragi yang diadukkan dalam hati kita. Ia berawal dari bentuk yang paling kecil dan sederhana dalam hati pria dan wanita yang menerima Sabda Allah. Cara kerjanya pun hampir tak kelihatan dan memungkinkan terjadinya suatu perubahan dari hati.
Kerajaan Allah menghasilkan suatu pembaharuan di dalam diri orang-orang yang menerima kehidupan baru yang Yesus tawarkan. Ketika kita mempercayakan kehidupan kita kepada Yesus dan memungkinkan Sabda-Nya berakar dalam hati kita, kita dibarui dan dijadikan kudus oleh kekuatan Roh Kudus yang berdiam di dalam diri kita. Santu Paulus berkata: “Harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, untuk menunjukkan bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah dan bukan dari diri kita” (2Kor 4: 7). Percayakah anda akan kekuatan yang membaharui dari Roh Kudus?
Kisah Injil ini sebetulnya juga mau mengingatkan kita tentang bagaimana caranya kita menerima anugerah keselamatan, Kerajaan Surga. Sepanjang rentang waktu hidup kita berusaha untuk melaksanakan kehendak Allah, tetapi sering juga kita gagal oleh karena kelemahan dan kebodohan kita. Sekarang kita hanyalah anggota-anggota Gereja yang yang mungkin tidak diperhitungkan, namun apabila kita menghayati suatu kehidupan yang baik dengan mengikuti dan mencontohi Kristus, kita akan menjadi seperti biji sesawi dan ragi yang terkecil namun membuahkan hasil yang tak terkirakan.
“Allah, Bapa di Surga, penuhilah aku dengan Roh Kudus-Mu dan baharuilah hidupku seturut rencana dan kehendak-Mu sendiri. Perbaharuilah selalu semangatku untuk Kerajaan-Mu dan tanankanlah di dalam diriku suatu keinginan yang kudus untuk hidup demi kemuliaan-Mu yang lebih agung.” Amin.

Copyright@ 27 Juli 2009, by: P. Paskalis B. Keytimu, SVD