Kamis, April 30, 2009

Tuhan, Kepada Siapakah Kami Akan Pergi?

Sabtu, 02 Mei 2009
Masa Paskah
Bacaan: Yohanes 6: 60-69
Dalam hubungan dengan iman, kita sampai pada kenyataan di mana kita menemukan, bahwa tidak ada pertimbangan “atau-atau”, tidak ada argumen mengenai “di satu pihak atau di pihak lain”, tidak ada opsi untuk mempertimbangkan, tidak ada cara lain. Hanya ada jalan yang benar atau jalan yang salah. Hal inilah yang kita lihat dalam jawaban Santu Petrus dan keduabelas murid ketika krisis iman lagi merasuki hati dan pikiran para pengikut Yesus yang lain.
“Sesudah mendengar semua itu, banyak dari murid-murid Yesus yang berkata ‘Perkataan ini keras, siapakah yang sanggup mendengarkannya”….Mulai dari waktu itu banyak murid-murid-Nya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikuti Dia (Yoh 6:60, 66). Yesus sedang mengajar para murid-Nya doktrin tentang Ekaristi, sebagai wujud kehadiran-Nya di antara para murid dalam rupa Roti dan Anggur. Banyak dari murid-murid itu tidak sanggup menerimanya bahkan ada yang bertanya dalam hati “Pikir-Nya kami ini pemakan daging manusia dan minum darah manusia?” Gagal memahami ajaran Yesus melahirkan krisis iman yang nampak dalam jawaban untuk meninggalkan status sebagai pengikut-pengikut Kristus. Kini, tinggal keduabelasan, murid-murid terdekat Yesus yang bertahan. Kepada mereka pun Yesus bertanya: “Apakah kamu tidak mau pergi juga?” Petrus menjawab mewakili para sahabatnya yang lain: “Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal, dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah” (Yoh 6: 67-69).
Apa yang membedakan antara Petrus dan keduabelasan yang setia mengikuti Yesus dan pengikut-pengikut lain yang meninggalkan Yesus? Petrus dan kawan-kawannya tidak terlalu memahami doktrin tersebut sementara murid-murid lain memahaminya dengan baik. Petrus dan kesebelas sahabatnya barangkali juga mengalami sedikit masalah dengan gagasan mengenai makan daging dan minum darah, sebagaimana dialami juga oleh murid-murid lain yang meninggalkan Yesus. Namun Petrus dan sahabat-sahabatnya sungguh menyadari bahwa kesulitan dalam memahami suatu ajaran khusus dari Yesus tidak berarti harus meninggalkan Yesus. Pengikut-pengikut lain barangkali berpikir tentang Yesus hanya sebagai salah satu dari sekian banyak guru lain, karena itu, jika mereka tidak setuju dengan ajaran Yesus, mereka bisa beralih untuk mendengarkan ajaran guru-guru lain. Petrus dan kesebelas saudaranya justru sebaliknya. Mereka melihat Yesus sebagai satu-satunya Jalan, Utusan yang istimewa dari Allah. Mereka menyadari sungguh bahwa lebih baik mengikuti Yesus sekalipun tanpa memiliki kegemilangan intelek daripada kehilangan Yesus.
Dewasa ini banyak orang Kristen yang mengikuti tapak langkah dari murid-murid yang meninggalkan Yesus karena mereka tidak setuju dengan beberapa ajaran atau karena alasan lain. Kita tahu bahwa iman dimengerti sebagai suatu komitmen dan penyerahan diri yang utuh kepada Allah dan bukan sebagai suatu persetujuan intelektual terhadap pernytaan-pernyataan diktrinal. Injil hari ini, karena itu, merupakan suatu undangan untuk menempatkan iman dihadapan dan mengatasi pemahaman sebagaimana dilakukan Petrus dan kawan-kawannya, dan bukan pengetahuan dan pemahaman mengatasi iman sebagaimana dilakukan oleh pengikut-peingkut yang tidak setia yang meninggalkan Yesus.
copyright@30 Mei 2009 by P. Paskalis B. Keytimu

Tidak ada komentar: