Rabu, April 29, 2009

Roti Yang Telah Turun Dari Surga

Kamis, 30 April 2009
Masa Paskah
Bacaan: Yohanes 6: 44-51
Kiranya kita semua boleh sepakat kalau dikatakan bahwa gagasan yang dominan dalam bacaan Injil hari ini terumus dalam kalimat ini: “Roti yang telah turun dari Surga.” Pokok pikiran ini malah lebih jauh bisa dikatakan sebagai tema sentral Injil yang selanjutnya dapat membantu kita untuk memahami seluruh kisah Injil. Bangsa Israel sedang menantikan kedatangan Mesias, yang secara literer, turun dari surga. Penantian mereka akan perwujudannya harus nampak dalam dan melalui peristiwa-peristiwa yang spektakular dan supernatural di langit manakala mereka menyaksikan Mesias turun dalam awan. Maka, ketika Yesus datang dan mengklaim bahwa “Akulah Dia” (Yoh 8:24, 28) mereka tidak dapat menerima realitas di hadapan mereka karena bertentangan dengan harapan yang menghantui pikiran mereka.
Yesus mereka kenal dengan baik. Mereka tahu, kapan dan di mana serta bagaimana Yesus datang. Menurut mereka Yesus adalah anak Maria dan Yosef. Pengenalan atas latar belakang hidup Yesus inilah mendorong mereka bersungut-sungut manakala mendengar lagi Yesus berkata bahwa “Akulah Roti yang telah turun dari surga.” Mereka berkata: “Bukankah Ia ini Yesus, anak Yosef, yang ibu-bapa-Nya kita kenal? Bagaimana Ia dapat berkata: Aku telah turun dari Surga?” (Yoh 6:41-42). Sikap penolakan ini malah semakin diperkuat lagi oleh pemahaman mereka bahwa “tentang Yesus mereka tahu dari mana asal-Nya, tetapi bilamana Kristus datang tidak ada seorang pun yang akan tahu dari mana asal-Nya” (Yoh 7:27).
Karena itu kita dapat memahami bahwa sesungguhnya problem orang-orang Yahudi pada zaman Yesus berakar pada ide tentang daging menjadi roti yang pada dasarnya merupakan perluasan dari masalah mereka tentang sabda menjadi daging. Tetapi, jika kita dapat menghubungkan dengan misteri cinta Allah bagi kita, tentang Allah yang agung dan kekal berkenan menjelma menjadi Manusia yang biasa, sederhana dan dapat mati seperti kita, kemudian kita akan menjadi mampu memahami misteri Putra Manusia menjadi Roti, yang juga merupakan ungkapan teragung cinta-Nya bagi kita. Namun, jika kita bersikeras/menuntut agar Allah harus menjawabi harapan-harapan kita dan sesuai dengan pengetahuan kita, sebelum kita dapat percaya, kita sebetulnya tengah berada dalam pencarian akan suatu kejutan yang besar yang tak akan pernah menjadi kenyataan.
Bagaimana Allah turun dari surga? Bagaimana Allah datang dalam kehidupan kita? Injil hari ini menunjukkan kepada kita bahwa Allah datang kepada kita justru melalui orang-orang sederhana yang kita jumpai dalam kehidupan kita setiap hari. Pertanyaannya adalah bukan pada apakah Allah datang kepada kita atau tidak, tetapi pada apakah kita mampu mengenali Allah dalam hidup dan karya kita. Pada hari ini, hendaklah kita sisihkan satu menit waktu kita untuk memperhatikan orang-orang yang kita kenal dengan baik, atau sekurang-kurangnya mereka yang mungkin selalu hadir dalam pikiran kita. Orang-orang ini, laki-laki, perempuan dan anak-anak barangkali sungguh menjadi duta-duta yang Allah dalam penyelenggaraan-Nya yang ilahi telah mengutus kepada kita untuk mendidik dan mempersiapkan kita untuk kehidupan abadi.
Copyright@29 April 2009, by P. Paskalis B. Keytimu, SVD

Tidak ada komentar: