Kamis, September 17, 2009

283. Iman yang Nampak dalam Airmata Pertobatan

Kamis, 17 September 2009

Bacaan : Lk 7, 36-50

Sebuah pemandangan yang tentunya memilukan hati, tatkala kita melihat seorang yang bersimpuh di kaki seseorang lain, menangis terisak seraya memohonkan pengampunan atas kesalahan masa lalu yang telah dibuatnya. Biasanya hal seperti itu hanya bisa lahir dari sebuah penyesalan yang amat dalam, bahwa hubungan baik yang pernah ada telah terputus sama sekali. Lebih dari itu terlahir juga sebuah keinginan untuk kembali menjalin hubungan yang putus itu, dengan syarat utama, ia yang bersalah mesti menunjukkan kemauan baiknya itu.

Inilah yang terjadi dalam pemaparan Injil suci hari ini, tatkala Yesus mengunjungi rumah Simon, seorang yang terpandang, dan persis di rumah inilah seorang wanita menciumi kaki Yesus dan mengurapinya dengan minyak wangi. "Ketika perempuan itu mendengar, bahwa Yesus sedang makan di rumah orang Farisi itu, datanglah ia membawa sebuah buli-buli pualam berisi minyak wangi. Sambil menangis ia pergi berdiri di belakang Yesus dekat kaki-Nya, lalu membasahi kaki-Nya itu dengan air matanya dan menyekanya dengan rambutnya, kemudian ia mencium kaki-Nya dan meminyakinya dengan minyak wangi itu."

Airmata pertobatan memang perlu sekali untuk menunjukkan betapa kita mau kembali ke jalan yang benar, ke jalan yang dikehendaki Tuhan kita. Airmata dari banyak ibu yang berharap mendapatkan kembali anak-anak mereka yang tersesat. Karena itu tak heran kenapa kita selalu menemukan banyak orang berdoa sambil mencucurkan air mata. Orang ingin doa mereka didengarkan Tuhan, dan agar didengarkan mereka juga mau bertobat dan menunjukkannya dengan airmata.

Yesus menggarisbawahi perlunya pertobatan yang sungguh, yang bahkan mesti terungkap dalam tindakan demonstratip, seperti yang terjadi pada wanita tadi. Pertobatan harus nampak dalam tindakan, bukan soal berkata-kata, atau pernyataan secara tertulis yang dilihat orang. Ia harus dinampakan dalam tindakan nyata. Dan belaskasihan Yesus kepada wanita ini menjadi jelas, sebagai jawaban atas tindakan pertobatannya. Ia pantas mendapatkannya, karena dengan air mata pertobatannya, ia menunjukkan betapa besar imannya kepada Dia yang sedang diurapinya.

Tuhan, semoga kami tak malu menyembah Engkau sebagai Tuhan yang menyelamatkan kami. Berilah kami iman yang sejati, agar di jalan kami yang sesat, kami mampu memandang kerahimanMu dan memohonkan pengampunanMu. Amin.
Copyright © 15 September 2009, by Anselm Meo SVD

Tidak ada komentar: