Rabu, Desember 10, 2008

50. Bebas Mengimani Tuhan

Jumat, 12 Desember 2008

Bacaan : Yes: 48, 17-19 dan Mat 11, 16-19

“Akulah Tuhan Allahmu, yang mengajar engkau tentang apa yang berfaedah, yang menuntun engkau di jalan yang harus kautempuh.”

Penyampaian Nabi Yesaya ini menunjukkan bahwa: Tuhan memberikan diriNya sebagai keselamatan bagi kita. Dia mengajar, menuntun dan terus memanggil, agar kita tetap percaya padaNya. Percaya yang berarti merasa aman dan pasti hanya dalam Tuhan sendiri. Memang Tuhan tak pernah memaksa kita untuk percaya, untuk mengikutiNya. Tapi Dia mengundang dan mengajak. Seperti yang dikatakanNya melalui nabi Yesaya hari ini: “Sekiranya engkau memperthatikan, perintah-perintahKu, maka damai sejahtera akan seperti sungai yang tidak pernah henti.”

Kita mestinya merasa bebas untuk percaya pada Tuhan. Bebas dengan seluruh kekuatan kita, juga ketika kita merasa putus asa dan menderita. Hanya mereka yang tak merasa bebas untuk percaya pada Tuhan, mereka yang takut akan mengatur Tuhan seturut kehendakNya.

Lihatlah orang-orang yang tidak melihat keselamatan yang datang baik dalam diri Yohanes Pembaptis maupun dalam diri Yesus Kristus dalam Injil Matius hari ini. Yesus dinilai mereka sebagai pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa. Tuhan dalam keyakinan mereka mestinya yang bertindak sebaliknya: bukan pelahap dan peminum, bukan sahabat pemungut cukai dan pendosa. Singkatnya Tuhan mesti seperti yang saya pikirkan dan rasakan. Inilah kesalahan besar manusia. Tuhan mesti mengikuti kemauan saya, kesukaan saya atau seperti yang saya ingini. Jika tidak, maka saya tak akan percaya padaNya.

Tidak! Ini bukanlah iman yang sejati. Tuhan kita adalah satu-satunya penebus, penyelamat yang penuh kasih dan belaskasihan. Inilah kebenaran yang ada dalam diri Tuhan sendiri Dan inilah Tuhan yang sedang kita nantikan kedatanganNya pada masa Advent ini.

Kalau Tuhan mengajak kita menaati perintah-perintahNya, itu semata-mata karena Dia menghedaki agar kita menikmati kebahagiaan yang tak pernah berhenti. “..dan kebahagiaanmu akan akan terus berlimpah seperti gelombang-gelombang laut yang tidah pernah berhenti.” Jadi, mengapa kita masih menaruh kepercayaan dan harapan kita pada dunia dan manusia? Yang semuanya fana dan akan berlalu? Letakkanlah kepercayaan dan harapanmu pertama-tama dan terutama dalam Tuhan dan semua yang lain akan berjalan dalam terang Tuhan sendiri. Sebab nama kita tetap ada di hadapanNya.

Copyright © 10 Desember 2008 by Paskalis Lina SVD

Tidak ada komentar: