Minggu, Juli 19, 2009

Sumbu Yang Pudar Nyalanya Tidak Akan Dipadamkan, Hingga Ia membawa Keadilan Kepada Kemenangan

Sabtu, 18 Juli 2009
Masa Biasa
Bacaan: Matius 12: 14-21
Santu Matius dalam Injil hari ini, memaparkan perihal meruncingnya konfrontasi antara Kaum Farisi dan Yesus. Para pemimpin Agama itu menjadi semakin tidak toleran dengan Yesus karena prasangka. Segala sesuatu yang Yesus lakukan dan katakan, tidak benar di mata mereka. Mereka bersekongkol, tidak hanya untuk menentang Yesus, tetapi malah berencana untuk membunuh-Nya. Tetapi Yesus menghadapi tantangan ini dengan keberanian dan ketetapan hati untuk melakukan kehendak Bapa-Nya. Ia malah menggunakan momen yang tampak kritis ini untuk mengajarkan para murid-Nya perihal jalan Allah untuk mencapai keberhasilan dan kemenangan. Satu-satunya cara menuju kemuliaan dalam Kerajaan Allah ialah melalui salib – salib penderitaan dan penghampaan diri yang Yesus tanggung demi keselamatan kita. Kita pun dipanggil untuk memikul salib hidup kita setiap hari – untuk mati terhadap dosa, kebodohan, iri hati, kesombongan, kebencian dan percekcokan – dan mempertaruhkan hidup kita sendiri dalam pelayanan yang rendah hati dan cinta kepada sesama, sebagaimana Yesus lakukan untuk kita.
Santu Matius mengutip dari kisah tentang “hamba yang menderita” yang dinubuatkan oleh Nabi Yesaya untuk menjelaskan bagaimana Yesus, Mesias akan memenuhi misi-Nya – bukan dengan menghancurkan atau meremukkan kekuasaan – tetapi melalui cinta dan pelayanan yang penuh pengorbanan (Yes 42:1-4). Ia memilih ditinggikan pada kayu salib dan mengenakan mahkota duri. Ia disalibkan sebagai Tuhan dan Raja (Yoh 19: 19; Fil 2:11). Tak ada bukti yang lebih besar dari cinta Allah bagi kita daripada korban kematian Putra Allah sendiri demi kepentingan keselamatan kita (Yoh 3:16).
Yesus wafat tidak hanya untuk orang-orang Yahudi tapi bagi semua bangsa kafir. Nabi Yesaya telah meramalkan hal ini berabad-abat sebelumnya, bahwa Mesias akan membawa keadilan bagi bangsa-bangsa kafir. Keadilan menurut pemikiran Yunani berarti memberikan kepada Allah dan kepada sesama apa yang menjadi hak Allah dan hak sesama. Yesus mengajarkan para murid-Nya untuk tidak hanya memberikan kepada Allah apa yang menjadi hak Allah tetapi juga untuk mencintai Allah tanpa batas sebagaimana Ia mencintai kita tanpa syarat, tanpa batas dan tanpa pamrih.
Yesus membawa keadilan Kerajaan Allah dengan cinta dan belas kasih ilahi. Ia tidak menyakiti kaum lemah atau memperlakukan mereka dengan remeh tetapi menunjukkan pemahaman dan belaskasih. Ia tidak mengecilkan hati para pengecut tetapi memberikan harapan, keberanian dan kekuatan untuk teguh berjuang dalam segala kondisi/situasi. Tak ada pencobaan, kegagalan dan kelemahan dapat menjauhkan kita dari belas kasih dan bantuan yang Yesus tawarkan kepada setiap orang yang memohonnya. Rahmat-Nya adalah cukup pada setiap saat, segala situasi dan setiap tantangan yang kita hadapi. Ketika anda berhadapan dengan pencobaan dan kesulitan, apakah anda berseru memohon bantuan Allah dan rahmat-Nya?
“Tuhan Yesus, cinta dan belas kasih-Mu tidak mengenal batas. Anugerahkanlah kepadaku kekuatan ketika aku lemah; harapan ketika aku dilanda putus asa; damai ketika aku dalam keadaan tertekan; penghiburan ketika aku dalam kesedihan; dan pemahaman ketika aku dalam kebingungan. Jadikanlah aku alat cinta dan damai-Mu kepada mereka yang berada dalam kesulitan dan tanpa pengharapan.” Amin.
Copyright@18 Juli 2009, by: P. Paskalis B. Keytimu, SVD

Tidak ada komentar: