Kamis, Juli 23, 2009

242. Hukum Tuhan Itu Sempurna, Menyegarkan Jiwa

Jumad, 24 Juli 2009
Masa Biasa
Bacaan: Kel 20: 1-17; Matius 13: 18-23
Bacaan-bacaan hari ini tidak hanya berbicara tentang hukum Tuhan yang tidak hanya tersurat dalam Kitab Keluaran, tetapi juga ketika kita mendengar dan menerima “Sabda Kerajaan….” Santu Matius berkata bahwa Sabda Allah, yang seharusnya aku terima dalam kegembiraan, juga tidak berakar karena kurangnya pemahaman atau karena faktor lingkungan: “kecemasan akan hal-hal duniawi dan iming-iming atau bujuk-rayu kekayaan mencekik pertumbuhan Sabda Allah.
Apa sebetulnya yang tidak dipahami? Perintah-perintah yang dijumpai dalam Kitab Keluaran nampak sangat jelas. Benar bahwa Sepuluh Perintah Allah itu ditujuhkan kepada bangsa Israel, sebuah komunitas pengembara dan kesukuan – bukan kepada komunitas-komunitas terdidik di abad ke-21 ini. Namun apa yang tersurat dan diungkapkan tetaplah sama, yakni tentang kebenaran-kebenaran keselamatan; dan yang harus dibaca dengan mata dan hati yang terbuka. Allah bersabda: “Aku Tuhan, Allahmu….jangan menyembah dewa-dewa lain selain Aku…Aku adalah Allah yang cemburu, yang membalas kesalahan….tetapi Aku menunjukkan kasih setia kepada mereka yang mengasihi Aku dan yang berpegang pada perintah-perintah-Ku” (Kel 20: 5). Hukum-hukum dan perintah-perintah Allah dialamatkan kepada bangsa Israel, sebagai bangsa kepilihan, yang lagi dicobai dan mengarahkan perhatian pada dewa-dewa ciptaan manusia. Mereka yang lagi dihantui pencobaan untuk memutuskan relasi cinta dengan Yahwe. Hukum dan perintah-perintah ini diberikan sebagai bukti atau tanda dukungan Yahwe yang harus dijawab sebagaimana mestinya. Hingga dewasa ini, kita mengenali taman para dewa yang bersaing menarik perhatian dan penyembahan – uang, ketenaran, status, narkotik, seks, kemolekan atau keindahan tubuh dan ketagihan-ketagihan lain dalam segala bentuknya.
Di abad ke-21 ini, zaman canggih dan global ini, kita masih tetap mendengar Sabda Allah ini: “Aku adalah Allahmu, Aku adalah Allah yang cemburu…Aku mencintaimu. Aku adalah Allah yang merindukanmu. Ketika aku sadar akan keterlibatanku dalam suatu relasi yang penuh akrab dan cinta dengan Allah, perintah-perintah ini meninggalkan. Sebagaimana Santu Matius pengingil mengingatkan bahwa, cobaan-cobaan akan menjadi semakin tak terasakan atau licik sejalan dengan aku bertumbuh dalam kematangan spiritual. Saya tidak lagi membutuhkan atau menggunakan Sepuluh Perintah Allah untuk menguji kesadaranku. Sebagaimana aku memasuki tahap intimasi dengan Tuhan Yesus, Roh Kudus, Allah, Sang Cinta, aku diundang untuk menguji kesadaranku. Menguji hariku, hidupku, relasiku, dalam terang relasiku dengan Allah. Relasiku dengan Allah menjadi landasan kokoh untuk segala relasiku dengan yang lain: keluarga, sahabat, anak-anak, tetangga dan rekan kerja. Secara bertahap, aku menjadi semakin akrab dengan Yesus, dengan Bapa dan Roh Kudus, aku menjadi semakin menyadari kerinduan dan cinta Allah bagiku dan kehadiran Allah dalam semua relasiku. Dengan penuh kelembutan, Allah akan menampakkan kesalahan-kesalahanku, kelemahan-kelemahanku dan luka-lukaku yang membutuhkan penyembuhan dan cenderung membebaskan sakit pada diriku dan pada orang-orang lain.
Ketika aku bertumbuh dalam keakraban dengan Allah, aku bertumbuh dalam kesadaran akan diriku dan bertumbuh dalam relasi cinta dengan sesama. Ketika aku mencintai, aku sebetulnya hanya menginginkan untuk hidup dan bernapas dan memiliki keberadaanku dalam Kristus. Hukum Tuhan itu sempurna dan, menyegarkan jiwa…”
“Tuhan, bantulah aku untuk menjaga dan melindungi Sabda yang Engkau tanamkan dalam hatiku sehingga tak kebimbangan atau pencobaan boleh menjauhkan aku dari percaya dan mentaati Dikau. Semoga ku menghasilkan buah-buah berlimpah dalam pelayananku dan tidak cemas apalagi takut untuk berbicara tentang Dikau kepada sesama dan berbagi dengan mereka Kabar Gembira Injil.” Amin.
Copyright@ 23 Juli 2009, by: P. Paskalis B. Keytimu, SVD

Tidak ada komentar: