Minggu, Juli 19, 2009

Prinsipiil Lawan Belas Kasih

Minggu Biasa Ke-16
Minggu, 19 Juli 2009
Yer 23: 1-16; Ef 2:13-18; Mrk 6: 30-34
Injil hari ini merupakan sebuah kisah yang menarik bagi mereka yang hanya membaca Kitab Suci demi mencari landasan bagi pembenaran diri atau untuk meloloskan diri. Kisah ini memberikan kepada kita dua gambaran tentang Yesus yang nampaknya saling bertentangan. Pertama, gambaran tentang Yesus sebagai Seorang Pribadi yang tegas, tak tahu kompromi bahkan Seorang yang tidak pekah, yang tidak peduli terhadap kebutuhan orang banyak yang tengah mengharapkan bantuan-Nya. Kedua, gambaran tentang Yesus sebagai Seorang yang peduli, empati, berbelas kasih yang mengundang murid-murid-Nya untuk sejenak menyepi ke tempat yang tenang untuk beristirahat, jauh dari hingar-bingarnya massa yang memohon bantuan Yesus pada saat-saat yang seharusnya tidak perlu.
Berdasarkan pengamatan sekilas, muncul pertanyaan-pertanyaan berikut. Apakah Yesus adalah Seorang yang keras dan tidak fleksibel dalam prinsip, seorang yang sangat disiplin, terpaku pada program; atau apakah Dia seorang yang penuh perhatian, terbuka terhadap program-Nya berdasarkan kebutuhan dan tuntutan kondisi? Apakah Kitab Suci semisal cermin dalam mana pembaca hanya terpaut melihat dan merefleksikan tentang apa yang mereka hadapi? Apakah Kitab Suci hanya menyediakan suatu justifikasi berdasarkan prasangka dan gaya hidup pembaca? Jika demikian, kita tidak lebih baik dari seorang kriminal yang divonis mati yang tengah mencari jalan untuk meloloskan diri.
Kenyataan adalah, di dalam Kitab Suci kita menemukan tidak hanya ajaran dan nasihat yang meneguhkan kita tetapi juga ajaran-ajaran dan nasihat-nasihat yang menantang kita, menantang kita untuk bercermin diri secara jujur. Jika kita membaca Kitab Suci dengan harapan agar Sabda Allah menantang dan mengundang kita untuk mengkritisi gaya hidup kita, maka kita akan dengan mudah melihat bahwa apa yang terpancar keluar dari Injil hari ini adalah gambaran tentang Yesus sebagai Pribadi Yang Berbelas Kasih. Meskipun Yesus barusan tiba demi memenuhi tuntutan untuk istirahat bersama para murid-Nya, Yesus masih juga sanggup memandang wajah mereka yang letih-lesu, memahami kebutuhan mereka, mengubah program-Nya dan menjawabi kebutuhan mereka. Tentu Yesus berhak atas waktu untuk beristirahat, tentu massa tidak punya hak mengganggu privasi-Nya. Tetapi Yesus tidak menuntut hak-hak-Nya itu. Ia tahu bahwa massa membutuhkan Dia untuk membebaskan mereka dari penderitaan mereka.
Bagaimana anda dan saya menanggapi situasi seperti ini? Barangkali kita akan mencaci-maki massa, menuduh mereka sebagai orang-orang yang tidak pekah. Barangkali kita akan meminta para murid untuk mengusir massa dan jika perlu mengadukan mereka ke pengadilan dengan tuduhan melanggar hak-hak privasi kita. Barangkali kita juga akan segera diserang virus amarah yang tak berperikemanusiaan dan melemparkan kritik pedas daripada berusaha untuk mengerti kebutuhan massa. Barangkali dan sebaiknya kita perlu ingat bahwa, belaskasih berarti menempatkan diri sendiri dalam posisi orang lain dan berusaha untuk melihat dan memahami hal-hal tersebut dari kacamata mereka. Belas kasih adalah “jangan mengeritik saudaramu atau sesamamu hingga anda telah berjalan 100 km dengan memaki sandalnya.”
Maka, jika Yesus begitu berbelas kasih, mengapa Ia berusaha untuk menghindar dari massa? Pun bahwa tindakan itu dapat dilihat sebagai tindakan belaskasih bukan kepada massa tetapi untuk para murid yang sungguh membutuhkan istirahat. “Ia berkata kepada mereka: ‘marilah ke tempat yang sunyi supaya kita sendirian; dan beristirahatlah sejenak. Sebab begitu banyak orang yang datang dan yang pergi sehingga makan pun mereka tidak sempat” (Mrk 6: 31). Keputusan pertama dimotivasi oleh belaskasih kepada para murid, keputusan selanjutnya dimotivasi oleh belaskasih kepada massa. Namun kedua-keduanya dimotivasi oleh kepedulian Yesus sendiri, minat-Nya sendiri. Itu meluluh karena belas kasih dan belas kasih.
Pada hari ini, marilah kita memohon kepada Yesus agar menganugerahkan kepada kita semangat belas kasih, sehingga kita dapat menjadi lebih pekah dan tanggap terhadap kebutuhan sesama di sekitar kita. Dan semoga kita siap untuk menghidupi kehidupan belas kasih, sekalipun itu menuntut kita untuk mengubah program-program kita, termasuk saat untuk istirahat.
"Tuhan Yesus, Engkau menjaga dan melindungi kami dari segala kejahatan. Bantulah aku untuk teguh dan setia pada Sabda-Mu dan percaya akan pertolongan-Mu pada segala situasi. Semoga aku selalu menemukan istirahat dan tempat perlindungan di hadirat-Mu.” Amin.
Copyright@19 Juli 2009, by: P. Paskalis B. Keytimu, SVD

Tidak ada komentar: