Rabu, Juli 22, 2009

Mata Dan Telinga Yang Terbuka Dan Siap Sanggup Melihat Dan Mendengar Sabda Kehidupan

Kamis, 23 Juli 2009
Pesta Santa Bergita Dari Swedia
Masa Biasa
Bacaan: Matius 13: 10-17
Santu Agustinus dari Hippo pernah berkata: “Aku percaya, agar dapat memahami; tetapi dengan memahami kepercayaanku makin sempurna.” Baik iman maupun pengertian, keduanya adalah hadiah dari Roh Kudus. Karunia-karunia ini akan menyanggupkan kita untuk mendengarkan Sabda Allah dan memahaminya dan dengan demikian sekurang-kurangnya kita dapat dibantu untuk mengenal Alah dengan lebih baik dan bertumbuh dalam pengetahuan tentang cinta dan kebenaran Allah.
Dalam Injil hari ini, Yesus mengingatkan para murid-Nya bahwa tidak semua orang akan sanggup memahami ajaran-Nya tentang misteri-misteri Kerajaan Surga. Karena sebagian menutup mata dan telinga mereka bahkan melarikan diri dari kebenaran. Namun ada pula yang melihat dan mengalami secara langsung sehingga menyelami kebenaran dari misteri tersebut. Ironisnya ialah, orang-orang yang menutup mata dan telinga mereka adalah kelompok orang terdidik, kaum cerdik pandai, para profesional di bidang karya mereka. Kaum skeptis ini adalah para ahli Taurat dan orang-orang Farisi yang terlampau sombong, kelewatan membangga-banggakan pengetahuan mereka tentang Kitab Suci dan Hukum Taurat Musa. Mereka mendengar perumpamaan Yesus, juga menyaksikan mukjizat-mukjizat yang dilakukan-Nya, tetapi menolak untuk mengakui Yesus dan menolak untuk menerima Sabda-Nya. Secara spiritual mereka buta dan tuli karena hati mereka tertutup dan pikiran mereka diblokade oleh kesombongan dan prasangka. Bagaimana mungkin, kata mereka, pemuda dari Galilea yang sederhana ini, apalagi anak seorang tukang kayu memiliki pengetahuan yang begitu luas dan dalam, bahkan mengetahui segala sesuatu tentang Allah, daripada para mereka yang dikenali sebagai ahliahli yang mengabdikan diri sepanjang hidup untuk belajar dan mengajar?
Hanya ada satu-satunya hal yang dapat membuka apa yang tertutup, yang membingungkan dan mengacaukan pikiran, yakni hati yang remuk redam dan kehampaan jiwa. Kata “murid” berarti seseorang yang ingin untuk belajar dan dan siap untuk memasrahkan diri kepada kebijaksanaan dan kebenaran yang berasal dari Allah. Mazmur 119 mengungkapkan kegembiraan dan sukacita seorang murid yang mencintai Sabda Allah dan yang berpegang teguh pada Sabda Allah dengan iman dan ketaatan. “Betapa kucintai Taurat-Mu. Aku merenungkannya sepanjang hari. Perintah-Mu membuat aku lebih bijaksana daripada musuh-musuhku, sebab selama-lamanya itu ada padaku. Aku lebih berakal budi daripada semua pengajarku, sebab peringatan-peringatan-Mu kurenungkan” (Mzm 119: 97-99).
Allah hanya menampakkan misteri-misteri Kerajaan-Nya kepada orang yang rendah hati dan percaya yang selalu merindukan Allah dan kebenaran-Nya. Perumpamaan Yesus akan menerangi kita jika kita mendekatinya dengan keterbukaan hati dan pikiran, serta siap membiarkan perumpamaan-perumpamaan itu menantang kita. Jika kita mendekati Sabda Allah dengan sikap acuh tak acuh, skeptis dan tidak percaya, maka kita juga tergolong orang yang punya hati tetapi memahami dan tidak menerima. Sabda Allah hanya dapat berakar dalam sebuah hati yang terbuka dan siap untuk percaya dan memiliki kehendak untuk menghayatinya. Adalah suatu berkat berharga jika kita dapat memiliki mata dan telinga yang terbuka sehingga kita boleh melihat dan memahami misteri-misteri Kerajaan Surga. Semoga Allah membantu kita untuk menjadi terbuka dan siap menerima Sabda Kehidupan yang diberikan kepada kita dengan cuma-cuma sehingga kita akhirnya boleh tinggal dalam Kerajaan itu dengan saudara dan saudari kita.
Ya Roh Kudus, jadilah Guru dan Pembimbingku. Bukalah telingaku untuk mendengarkan Sabda Allah dan juga mata hatiku untuk melihat dan memahami tindak kasih Allah dalam hidupku. Semoga hatiku tidak menjadi tertutup dan telingaku tidak kelelahan mendengarkan suara Kristus.” Amin.
Copyright@ 22 Juli 2009, by: P. Paskalis B. Keytimu, SVD

Tidak ada komentar: