Selasa, Juli 21, 2009

Saudara Dan Saudari-Ku Adalah Dia Yang Melakukan Kehendak Bapa Di Surga

Selasa, 21 Juli 2009
Peringatan Santu Laurensius - Imam Dan Doktor Gereja
Masa Biasa
Bacaan: Matius 12: 46 - 50
Allah tidak bermaksud agar kita berada sendirian, tetapi berada bersama orang-orang lain, berada bersama yang lain. Ia memberikan kepada kita banyak kesempatan, peluang untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas relasi kita dengan keluarga, para sahabat, para tetangga, rekan kerja dan sesama kita pada umumnya. Tapi, mengapa Yesus tampaknya mengingkari keluarga-Nya sendiri ketika mereka berusaha untuk bertemu dengan Dia? Santu Matius mencatat dalam Injil hari ini: “Siapakah ibu-Ku? Dan siapakah saudara-Ku” (Mt 12:48).
Patut dicatat dan perlu diingat bahwa cinta dan respek Yesus terhadap ibu-Nya dan saudara-saudara-Nya tidak dapat disangsikan lagi. Ia juga tidak pernah kehilangan kesempatan untuk mengajarkan para murid-Nya suatu pendidikan spiritual dan kebenaran tentang Kerajaan Allah. Pada kesempatan itu, ketika orang-orang banyak berkumpul untuk mendengar pengajaran-Nya, Yesus menunjuk kepada suatu realitas relasi yang lebih tinggi – relasi kita dengan Allah dan dengan orang-orang yang percaya dan hidup sebagai putra-putri Allah. Dan itulah makna kata-kata Yesus tadi, yang tentu menurut kita aneh, bahkan tak akan pernah mungkin kita terima.
Menurut anda, apa sesungguhnya esensi menjadi seorang Kristen Katolik? Sudah pasti bahwa bahwa jawaban kita tentu lebih dari sekedar doktrin, ajaran-ajaran, perintah-perintah, hukum-hukum. Dan memang, pertama-tama dan terutama adalah suatu relasi – suatu hubungan kepercayaan, afeksi atau cinta kasih, komitmen, loyalitas, kesetiaan, kebaikan, kebijaksananaan, belas kasih, kesabaran, nasihat, dukungan, penguatan, perlindungan dan banyak lagi kualitas lain yang mengikat-satukan umat dalam cinta kasih dan kesatuan. Allah menawarkan kepada kita relasi yang paling agung – kesatuan hati, pikiran dan spirit dengan Diri-Nya sendiri, Sang Cinta itu sendiri (1Yoh 4: 8.16). Cinta Allah tak pernah tahu kegagalan, tak ada yang terlupakan, tak tahu kompromi dan tak pernah menipu, tak pernah membiarkan kita terus terbelenggu oleh kekecewaan. Cinta-Nya abadi, kokoh, dan tanpa syarat. Tak pernah yang dapat menghalangi Allah untuk meninggalkan kita, mengingkari kita atau memperlakukan kita secara tidak manusiawi, dan tidak adil. Ia mencintai kita apa adanya kita. Itulah hakikat cinta-Nya. Itulah sebabnya Allah menciptkan kita, mempersatukan kita dengan diri-Nya dan syering dalam cinta dan persatuan-Nya. Allah adalah Tritunggal – Bapa, Putra dan Roh Kudus dan itulah komunitas cinta. Itulah sebabnya Yesus menantang para pengikut-Nya dan sanak famili-Nya sendiri untuk mengenali dan mengakui bahwa Allah adalah sumber sejati dari segala relasi. Allah menghendaki segala relasi kita diurat-akarkan dalam cinta-Nya.
Yesus adalah Cinta Allah yang menjelma, Cinta Allah yang dibuat nampak dalam wujud manusia (1Yoh 4:9-10). Itulah sebabnya Yesus menggambarkan diri-Nya sebagai Gembala yang baik yang mempertaruhkan hidup-Nya bagi domba-domba-Nya dan Gembala yang mencari domba-domba yang nyasar dan tersesat. Yesus malah, menyerahkan hidup-Nya untuk dipaku dan digantung pada Kayu Salib. Semua ini dilakukan-Nya demi kepentingan kita, agar kita dapat diampuni dan dibaharui dalam persatuan dan persahabatan dengan Allah. Justru melalui Yesus kita diperkenankan menjadi putra-putri angkat Allah, saudari dan saudara-Nya sendiri. Itulah sebabnya Yesus menegaskan kepada para murid-Nya bahwa mereka akan memiliki banyak sahabat baru dan hubungan keluarga baru dalam Kerajaan-Nya. Maka Ia berkata: “Barangsiapa melakukan kehendak Allah, dia adalah saudara Allah dan seorang anggota keluarga-Nya – putri-putra-Nya yang telah ditebus oleh darah agung Kristus sendiri.” Ia mengubah tata aturan tentang sebuah relasi dan menunjukkan bahwa relasi yang benar bukanlah berdasarkan hubungan darah dan daging. Pengangkatan kita sebagai putri-putra Allah membarui semua relasi kita dan menuntut suatu tata aturan baru dalam kesetiaan, pertama-tama kepada Allah dan selanjutnya kepada Kerajaan-Nya yang adil dan damai. Apakah anda ingin bertumbuh dalam cinta dan persahabatan? Izinkanlah Roh Kudus untuk membaharui hati, pikiran dan kehendakmu sehingga anda disanggupkan untuk mencintai dengan bebas dan penuh dermawan sebagaimana Ia mencintai kita.
“Bapa di Surga, Engkau memberkati kami dengan banyak hubungan dan mengundang kami ke dalam komunitas putra-putri-Mu yang telah ditebus oleh Putra-Mu, Yesus Kristus, Tuhan kami. Bantulah aku untuk mencintai sesamaku dengan penuh kemurahan, kebaikan dan belas kasih, seperti Engkau mencintai aku. Dalam segala relasiku dan dalam segala sesuatu yang aku katakan dan perbuat, semoga aku selalu mencari untuk membawa rasa hormat dan kemuliaan.” Amin.
Copyright@21 Juli 2009, by: P. Paskalis B. Keytimu, SVD

Tidak ada komentar: