Sabtu, Maret 21, 2009

150. Perbuatan Baik, Jalan Hidup kita

Minggu, 22 Maret 2009
Minggu Ke-4 Masa Puasa

Bacaan : 2Taw 36:14-17.19-23; Ef 2:4-10; Yoh 3:14-21

Memasuki Minggu keempat Masa Puasa ini, saya mengajak kita untuk merenungkan dan mendalami ajaran sebagaimana termuat dalam Surat Efesus. Kalau kita baca dengan cermat, maka akan disadari bahwa ada dua ajaran yang mungkin membuat kita heran, terkejut. Salah satunya adalah “Allah telah membangkitkan kita di dalam Kristus dan memberikan tempat bersama-sama dengan Dia di surga” (Efesus 2: 6). “Apakah kita sudah berada di Surga?” Bukan kan! Kedua, adalah, “Sebab karena kasih karunia, kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu; jangan ada orang yang memegahkan diri” (Efesus 2:8-9). Di sini pun pesannya jelas yakni, perbuatan baik janganlah diperhitungkan sebagai tiket untuk keselamatan. Mengapa? Karena “kita adalah ciptaan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya” (Efesus 2:10). Jika kita diciptakan di dalam Kristus untuk melakukan perbuatan baik; dan jika perbuatan baik itu seharusnya menjadi cara hidup kita, mengapa perbuatan-perbuatan baik tidak diperhitungkan sebagai modal untuk keselamatan? Sia-sia, bukan? Itulah soalnya. Tapi, benarkah! Marilah kita membuka hati dan pikiran bagi karya Roh Kudus, agar kita dapat dibantu untuk memahami kedua persoalan ini.

Santu Paulus telah mengajarkan bahwa semua orang beriman membentuk satu tubuh di dalam Kristus. “Kamu semua adalah tubuh Kristus dan kamu masing-masing adalah anggotanya” (1Kor 12:27). Doktrin ini kemudian dikembangkan secara lebih logis di dalam Surat kepada orang Efesus. “Jika kita adalah bagian dari tubuh Kristus, dan tubuh Kristus telah dibangkitkan, dan Kristus telah naik ke surga dan duduk di sebelah kanan Allah Bapa, maka kita akan dibangkitkan dan berdiam bersama Kristus di surga.Suatu pendalaman terhadap ajaran terdahulu, sekaligus suatu kesimpulan yang menunjukkan perbedaan di antara keduanya. Dan karena itu, beberapa ahli Kitab Suci menganggap bahwa Surat kepada Umat di Efesus bukan ditulis oleh Santu Paulus, melainkan seorang muridnya, yang menulis atas nama gurunya. Dan apa yang mau ia soroti bukanlah suatu pengalaman kokrit kini, tetapi suatu pernyataan iman dengan gaya bahasa seolah-olah kita sudah mengalami saat ini.

Lebih lanjut, Santu Paulus adalah orang yang konsisten dalam ajarannya. Ia mengajarkan bahwa “tak seorang pun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus (bdk Gal 2:16 atau Rom 3:28). Ia berbicara tentang pembenaran, yang terjadi pada saat seseorang bertobat, percaya dan dibaptis dalam nama Yesus. Kita akan diselamatkan, kata Paulus (1Kor 1:18), keselamatan kita sudah dekat (Rom 13:11) dan kita seharusnya mengerjakan karya keselamatan itu dengan takut dan gentar (Fil 2:12). Bagi Paulus, keselamatan bagi orang-orang beriman di dunia ini adalah suatu pengharapan (1Tes 5:8) dan bukan suatu realitas yang kini dihadapi. Keselamatan harus dilihat sebagai suatu realitas kesempurnaan yang nanti menjadi milik para beriman.

Dengan membaca Surat Efesus, akan tampak jelas ada suatu perbedaan penting lainnya, dengan ajaran Santu Paulus sendiri. Paulus berbicara tentang “perbuatan hukum” sementara Surat Kepada umat di Efesus omong tentang “perbuatan baik.” Kedua hal ini mirip saja tidak apalagi sama. Di satu pihak, perbuatan-perbuatan hukum adalah tindak ritual yang ditentukan oleh hukum, seperti khitanan, tidak bekerja pada hari Sabbat, (hari Sabtu) dll. Hakikat perbuatan-perbuatan ini, barangkali baik pun tidak, tetapi harus dilakukan karena hukum telah merumuskan dan menuntut untuk dilakukan (Bdk. Dengan Undang-Undang Pornografi di negara kita tercinta, Indonesia). Perbuatan-perbuatan baik, di pihak lain, adalah baik pada dirinya. Perbuatan-perbuatan itu memberi manfaat atau menguntungkan umat. Contoh-contoh seperti memberi makan kepada yang lapar, memberi pakaian kepada orang-orang yang telanjang, mengunjungi orang-orang yang kesepian, dll. Santu Paulus tidak menyangkal atau tidak meremehkan perbuatan-perbuatan baik, tetapi dia hanya menolak perbuatan-perbuatan hukum.Sementara Surat kepada umat di Efesus tampaknya mengabaikan perbuatan-perbuatan baik.

Pada akhirnya pertanyaan kita adalah: “Bagaimana sikap kita berhadapan dengan dua model ajaran yang tampak sulit ini, yang bisa melemahkan semangat juang kita untuk melakukan perbuatan-perbuatan baik? Kita mendengar seolah-olah kita sudah dimuliakan dan berdiam di surga. Kita juga mendengar bahwa perbuatan-perbuatan baik tidak diperhitungkan bagi keselamatan, tetapi seharusnya menjadi cara hidup kita. Pertama-tama, kita hendaknya tidak berusaha untuk memadukan ajaran dalam Surat kepada umat di Efesus dengan ajaran-ajaran Santu Paulus lainnya. Tetapi, hendaknya kita melihat dan memahaminya sebagai ajaran-ajaran yang berbeda. Di Efesus kita sedang mendengarkan seorang guru baru yang menyoroti aspek-aspek baru dari iman, sedangkan Paulus tidak membicarakannya. Apa yang kita miliki dalam pengharapan, dilihat sebagai sudah nyata kini di dalam Efesus. Dalam konteks inilah seharusnya kita memahami ajaran bahwa kita sudah berdiam bersama Kristus di Surga.

Selanjutnya, untuk memahami ajaran ini, hendaklah kita mengarahkan perhatian pada ajaran praktis yang terungkap dalam ayat 10, yakni bahwa “Perbuatan Baik Seharusnya Menjadi Cara Hidup Kita.” Iman kita akan Kristus dibuat mungkin hanya melalui rahmat Allah. Menjadi orang-orang kepunyaan Kristus dibuat mungkin hanya melalui iman. Tetapi, cara hidup kita sebagai umat yang telah percaya akan Kristus seharusnya ditandai oleh perbuatan-perbuatan baik. Sebagai umat Allah di dunia ini, Perbuatan-perbuatan Baik seharusnya menjadi Cara Hidup Kita. Inilah tantangan kita.

Mari kita berdoa: “Ya Allah, kami memiliki pengharapan di dalam Dikau karena Engkau adalah setia. Kami percaya akan kedermawanan cinta-Mu, ya Bapa. Sanggupkan kami untuk menghidupi kebaikan-Mu ya Bapa, melalui cara hidup kami. Semoga kami dimampukan untuk mengelak kegelapan dan berjalan di dalam terang Kristus, Putra-Mu dan Tuhan kami. Ya Bapa, penuhilah pula kami dengan Terang yang hanya datang dari-Mu. Amin.

Copyright © 21 Maret 2009 by Paskalis B. Keytimu, SVD

Tidak ada komentar: