Senin, Maret 16, 2009

145. Mengikis sikap egois menerima kasih Allah

Selasa, 17 Maret 2009

Masa Puasa

Bacaan: Mateus 18, 21 - 35

Kisah perumpamaan Yesus yang disampaikan oleh penginjil Mateus hari ini amat menyentuh hati. Betapa tidak, seorang yang telah mendapat penghapusan utang yang luar biasa besar tidak bisa menghapus hutang yang amat kecil jumlahnya dari seorang saudaranya. Perumpamaan ini memang amat berbicara dalam hidup harian manusia. Bahkan perumpamaan ini bisa kita katakan menyentuh pengalaman amat mendalam yang dimiliki oleh setiap manusia.

Bila kita melihat pengalaman hidup kita dalam hal keagamaan, kita temukan bahwa ada banyak sekali kesalahan yang kita lakukan dalam seluruh perjalan hidup kita hingga saat ini. Kesalahan-kesalahan itu belum pernah menghentikan dan memutuskan kasih Allah kepada kita masing-masing. Kalau kita menilainya secara manusiawi maka kesalahan tersebut sudah menjadi alasan yang layak bagi Allah untuk menghentikan kasihNya kepada kita. Kita telah menerima secara berlimpah pemberian Allah tersebut walau kita tidak pantas menerimanya.

Kenyataan bahwa kita telah menerima banyak dari Allah tidak berbanding lurus dengan apa yang kita berikan kepada orang lain. Dalam hal ini kita hanya merasa diri seharusnya menerima dari Allah. Sementara kecil sekali bahkan hampir tidak ada rasa kewajiban untuk memberikan kepada orang lain. Dengan demikian kita telah terjebak dalam rasa egois yang amat kuat dan berakar: yang penting saya mendapatkan banyak. Orang lain tidak perlu mendapatkan apa-apa dari yang saya miliki.

Sikap egois dalam menikmati kebaikan dan kemurahanhati Allah bukanlah menjadi kehendak Allah menurut kisah perumpamaan injil hari ini. Pengalaman dikasihi Allah tanpa batas mesti menampak juga dalam mengasihi orang lain tanpa batas juga. Di tempat lain Yesus mengatakan "kamu telah menerima secara cuma-cuma, maka berikanlah juga secara cuma-cuma kepada orang lain di sekitar kita".

Mengikis sikap egois dan tertutup dalam hal kasih dan pengampunan tidaklah mudah. Selama masa puasa ini kemampuan ini mesti kita asah dan latih terus menerus agar menjadi sikap, watak setiap orang kristen sejati. Dengan itu kita berlangkah menuju satu perasaan dan satu hati dengan Allah.

Ya Tuhan, jadikanlah aku sehati dan seperasaan denganMu. Dengan demikian aku dapat menampakkan kasih dan pengampunanMu kepada setiap orang yang aku jumpai dalam hidupku. Amin

Copyright © 16 Maret 2009, by Paulus Tolo SVD

Tidak ada komentar: