Kamis, Maret 19, 2009

149. Kerendahan Hati itu Sangat Perlu Dalam Doa

Sabtu, 21 Maret 2009
Masa Puasa

Bacaan : Lk 18, 9-14

Kita disuguhkan satu aspek penting lainnya yang sangat diperlukan dalam doa. Itulah yang ditekankan dalam ajaran Yesus hari ini kepada para muridNya. Lukas dalam Injilnya menyampaikan demikian, "Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai. Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini; aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku. Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini.

Sebuah perumpamaan yang menampilkan ajakan untuk mengutamakan sikap rendah hati dalam doa, selain usaha untuk berkanjang dan setia dalam doa. Memang mudah sekali kita mengikuti cara pandang dan sikap si Farisi dalam hubungan kita dengan Tuhan, ketika merasa bahwa kita adalah orang yang baik di hadapan Tuhan dan karenanya tergoda pula untuk percaya hanya kepada diri kita sendiri. Sebagai akibatnya kita sering menjadi sangat mudah meremehkan orang lain dan lebih dari itu bersikap tanpa belaskasihan kepada sesama.

Bagaimana sebenarnya sikap si Farisi yang dikritik di sini? Rupanya agak jelas bahwa ia ke Bait Allah bukan untuk memohonkan pertolongan dan menyampaikan pujian kepada Allah. Maksud utamanya ke sana bukan untuk memohonkan belaskasihan dan kemurahan Allah. Ia hadir di sana untuk menunjukkan bahwa Ia bukan seperti yang lain. Ia bukan orang berdosa.

Sementara si pemungut cukai sebaliknya masuk ke Bait Allah sambil menyadari ketidak layakannya di hadapan Tuhan. Ia pergi dengan kekosongan, bukan untuk memberikan sesuatu kepada Allah namun untuk meminta sesuatu kepada Allah. Melihat dan mendengarkan isi doanya, kita langsung bisa mengenal bahwa ia membutuhkan pengampunan dan belas kasihan Allah dan mengajak para penengar Yesus untuk mengakui diri sebagai yang lemah dan berdosa. Dan dia inilah yang ditampilkan Yesus sebagai contoh orang beriman, contoh sejati sikap seorang murid ketika menghadap Allah dalam doa.

Perumpamaan Yesus ini mengajak kita sekali lagi untuk mengoreksi sikap dan disposisi kita sebagai muridNya ketika kita berdoa. Dan terutama pada masa Puasa ini, doa yang benar memang bukanlah sebuah upaya ntuk berlomba untuk menunjukkan diri sebagai yag paling benar di hadapan Tuhan. Sikap doa yang pas, bukanlah untuk menunjukkan kehebatan dan kuatnya rasa percaya kita pada diri sendiri, tetapi untuk menyadari betapa dosa kita membutuhkan pengampunan dan belas kasihan Tuhan.

Tuhan Yesus, ada tertulis bahwa yang miskin dan lemah adalah mereka yang selalu mencari Tuhan. Semoga sikap doa kami mencerminkan kerinduan kami kan pengampunanmu dan maksud baik kami untuk bergerak merangkul saudara kami. Amin.

Copyright © 19 Maret 2009 by Ansel Meo SVD

Tidak ada komentar: