Jumat, Desember 05, 2008

44. Masihkah kita Mendoakan Panggilan Untuk Pelayanan?

Sabtu, 06 Desember 2008

Bacaan : Mat 9, 35-10,1.6-8

Pertanyaan sederhana di atas perlu kita ajukan lagi di sini, bukan karena terutama karena adanya kenyataan seperti kurangnya kaum muda untuk mengikuti panggilan khusus untuk menjadi imam dan untuk hidup membiara. Saya ajukan pertanyaan ini lagi terutama karena kebutuhan kita yang tetap urgen akan perlunya mereka yang bersedia terlibat dalam urusan kepentingan publik, berjuang demi kepentingan banyak orang dalam masyarakat. Mungkinkah itu?
Yesus dalam Injil hari ini berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan. Dan ketika melihat orang banyak, hatinya tergerak oleh belas kasihan kepada mereka. Membaca perikop ini dalam konteks kita dewasa ini, pikiran kita tak hanya serta merta tertuju pada banyak misionaris atau bapa Suci yang melakukan banyak perjalanan pastoral, tetapi saya juga ingat para politisi yang pergi berkeliling dari tempat ke tempat, berkampanye menarik suara pendukung dengan mengedepankan berbagai program demi memperbaiki mutu hidup para pendukung mereka.

Rasa-rasanya cita-cita Kerajaan Allah yang diwartakan Yesus sering juga mereka ini dengungkan dalam kunjungan mereka, membuat foto yang berkesan dan pernyataan yang menggugah serta membesarkan hati. Mereka sebenarnya tengah mengikuti ajakan sang Guru. Tetapi ternyata tak semua berhasil membuatnya seperti Yesus.

Kita bertanya, apa yang salah? Mungkin inilah persoalan kunci yang membedakan kedua kelompok itu. Penginjil Mateus hari ini mencatat bagi kita hal ini, "Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Sorga sudah dekat. Sembuhkanlah orang sakit; bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta; usirlah setan-setan. Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma."

Kerajaan Allah adalah sebuah anugerah cuma-cuma yang diterima. Menerimanya selalu mengandung juga tugas untuk memberikannya kembali kepada yang lain dengan cuma-cuma pula, karena keyakinan ganjaran ada pada Dia sang Sumber Kerajaan itu. Dan rupanya inilah yang tidak bisa dibuat oleh para politisi, karena dia sudah menerima segalanya termasuk dukungan mungkin dengan cuma-cuma tetapi dia tidak akan memberikannya secara cuma-cuma. Mengapa? Dia masih ingin mengambil untuk dirinya sendiri.

Kita doakan para politisi dan para penguasa yang mengatur kehidupan bersama, agar sama seperti Yesus, hati mereka juga boleh tergerak oleh belas kasihan dan mengupayakan tindakan politis yang bermanfaat bagi banyak orang dalam berbagai karya kebaikan seperti, pendidikan, kesehatan, kemiskinan dan sebagainya.

Tuhan, kiranya kami semua baik yang bekerja untuk hal rohani maupun yang bekerja di bidang pemerintahan, boleh tergerak oleh belaskasihan dan pada saatnya memberi kembali demi kemajuan banyak orang. Amin.

Copyright © 05 Desember 2008, by Anselm Meo SVD

Tidak ada komentar: