Rabu, Oktober 29, 2008

08. Hati yang Mencintai vs Tradisi Kaku

Jumat, 31 Oktober 2008
Bacaan : Lk 13, 31-35
Kita sudah lihat dalam permenungan sebelumnya, bahwa Yesus tak berlambat dalam upaya menolong dan membebaskan orang dari berbagai belenggu. Bacaan yang kita renungkan hari ini kembali menunjukkan bahwa sikap Yesus yang demikian bersumber dari HATINYA yang mengasihi tanpa batas.
Yesus berkata kepada mereka, “Siapakah di antara kamu yang tidak segera menarik keluar anaknya atau lembunya kalau terperosok ke dalam sebuah sumur, meskipun pada hari Sabat?” Pertanyaan ini diajukan kepada para pendengarNya, yang demi ketaatan kepada sebuah tradisi hari Sabat, telah mengesampingkan kselamatan yang dibutuhkan anak-anak Israel. Itulah yang hendak disentuh Yesus, ketika Ia bertanya, “Diperbolehkankah menyembuhkan orang pada hari Sabat atau tidak?”
Untuk Yesus adalah logis dan tak bisa ditawar-tawar, jika seorang anak yang jatuh ke dalam lubang, dia harus segera dikeluarkan. Mengapa demikian? Karena Ia mencintai. Hati yang mencintai itulah yang menggerakkan Yesus untuk segera bertindak, dan tidak berlambat, atas nama tradisi ataupun berbagai prosedur.
Hati Yesus, Hati Tuhan adalah Hati yang mencinta. Karena gerakan hatiNya inilah, Dia ambil resiko: berani mengeritik tradisi, agama, cara hidup yang mengagungkan keteraturan tetapi kehilangan roh yang memberi kehidupan bagi manusia yang membutuhkan keselamatan.
Kita juga sering berhadapan dengan situasi yang sama. Mendahulukan keselamatan dengan resiko melanggar keteraturan, tradisi, ataukah mengutamakan tradisi sambil membiarkan orang yang membutuhkan bantuan mengalami krisis berkepanjangan bahkan kematian. Adakah hati kita mencintai seperti hati Tuhan? Mari kita buka hati kita dan meminta Tuhan untuk memberinya kekuatan untuk memilih seperti pilihan hatiNya.
Yesus, Tuhan kami,
kiranya hati kami terbuka untuk mencontohi HATIMU
yang mendambakan dan mengupayakan keselamatan manusia.
Amin.
Copyright © 30 Oktober 2008, by Anselm Meo, SVD

Tidak ada komentar: