Minggu, Juni 21, 2009

210. Keluarkanlah Dahulu Balok Dari Matamu

Senin, 22 Juni 2009
Masa Biasa

Bacaan: Matius 7: 1-5

Setiap orang memiliki kemampuan untuk mengeritik, tetapi tak seorang pun yang menghendaki diadili atau dituntut. Mengapa sikap mengadili itu begitu merajalela pun di antara orang-orang Kristen? Berpikir positip tentang orang lain adalah sangat perlu jika kita memang ingin bertumbuh dalam cinta kasih. Dan kebaikan hati dalam mengadili tidak lain merupakan sebuah tugas mulia. Para Rabi Yahudi mengingatkan umat bahwa “dia yang mengadili sesama secara adil akan diadili pula oleh Allah dengan takaran yang sama.” Namun dalam keseharian hidup lebih sering kita menjumpai bahwa begitu mudah mengadili sesama secara tidak adil dan betapa sulit berlaku jujur dalam mengadili. Padahal kita sendiri sebenarnya tahu sungguh bahwa pengadilan yang kita lakukan terhadap sesama umumnya tidak mengungkapkan seluruh kebenaran karena siapakah anak-anak manusia ini yang sanggup menyelami sesamanya secara sempurna? Apalagi kita juga tidak memiliki seluruh akses terhadap fakta, atau terkadang kita hanya mengandalkan pada instink dan alasan-alasan yang tidak masuk akal terhadap orang lain. Singkat kata, adalah lebih mudah menemukan kesalahan sesama daripada kesalahan-kesalahan kita sendiri. “Adalah lebih mudah melihat selumbar dalam mata sesama daripada balok di mata sendiri” (Mt 7: 3).

Dalam Injil hari ini, Yesus mengungkapkan suatu prinsip yang patut kita jadikan acuan untuk menilai kehidupan kita sendiri: “penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur akan dikembalikan kepadamu.” Tuhan mengetahui segala kesalahan kita dan melihat semuanya, pun ketidaksempurnaan dan dosa yang bergelimang dalam hati yang sering tidak kita sendiri menyadarinya. Semisal seorang ayah yang murah hati dan seorang dokter spesialis, Tuhan dengan penuh kesabaran mendekati kita dengan penuh belaskasih dan kerahiman dan merenggut segala kanker dosa yang menempel pada hati kita. Apakah anda dan saya percaya akan belaskasihan dan rahmat Allah? Mohonlah kepada Tuhan untuk mengairi hati kita dengan cinta kebaikan dan belaskasih sehingga kita hanya boleh memiliki ruang untuk kemurahan hati dan kesabaran terhadap sesama kita.

“Oh Bapa, anugerahkanlah kepada kami kerendahan hati yang akan memampukan kami untuk menyadari kebodohan, mengakui kesalahan; mengenali kebutuhan, menyambut segala nasihat dan menerima kemarahan. Bantulah kami selalu untuk lebih tahu bersyukur daripada mengeritik, menaruh simpati daripada membenci, membangun daripada menghancurkan dan berpikir dan sanggup melihat sisi baik sesama daripada keburukannya.” Amin (William Barclai, abad ke-20).

Copyright © 21 Juni 2009, by: P. Paskalis B. Keytimu, SVD

Tidak ada komentar: