Senin, Juni 22, 2009

211. Belum Cukup Kalau Aku Cuma Mengelak Untuk Melukai Sesama

Selasa, 23 Juni 2009
Masa Biasa

Bacaan: Matius 7 : 6. 12-14

Barangkali kita pernah mendengar ungkapan klasik berikut ini: “Jangan menggantung (memakaikan) anting pada moncong babi.” Ungkapan Yesus mengenai “mutiara dan babi” dalam bacaan Injil hari ini sungguh sangat mirip dengan ungkapan tersebut. Namun di sini, perhatian dan penekanan Yesus bukan pada soal eksklusif, melainkan pada soal kemurnian iman yang telah dipercayakan kepada kita oleh Allah, Bapa Yang Mahacinta dan Maha Bijaksana.

Lebih lanjut Yesus berbicara tentang standar hukum dengan menunjukkan kepada kita kesempurnaan cinta kasih – ‘utamakanlah kebaikan sesama dan berikanlah kepada mereka apa yang terbaik yang dapat kita tawarkan demi kebaikan mereka sendiri. Belumlah cukup jika kita hanya berusaha mengelakkan melukai sesama. Kita harus sungguh-sungguh berusaha untuk melakukan hal-hal yang baik untuk sesama kita. Yesus kemudian mengutip beberapa nasihat dari Kitab Perjanjian Lama. Dalam Kitab Mazmur tertulis: “Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak bediri di jalan orang berdosa….tetapi yang kesukaannya ialah Taurat Tuhan” (Mzm 1:1-2). Apabila suatu arah menyimpang dan bercabang-cabang di perjalanan, setiap arah menuntun ke tujuan masing-masing. Hal ini benar khususnya ketika berhadapan dan tengah berada di persimpangan jalan kehidupan yang menuntut kita untuk melakukan suatu pilihan. Dalam hubungan ini, Kitab Suci mengingatkan kita mengenai pilihan yang patut kita tempuh, yakni “pilihlah kehidupan agar engkau dan keturunanmu boleh hidup.” “Pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah” (Yos 24:15). “Sesungguhnya Aku menghadapkan kepada kamu jalan kehidupan dan jalan kematian” (Yer 21:8). Yesus menantang kita dengan pilihan yang sama. Apakah anda dan saya sungguh menyadari pada jalan manakah kita tengah berlangkah dan apakah jalan itu tengah menuntun kita ke tujuan yang benar?

Yesus menyimpulkan ajaran-Nya dengan sebuah peringatan yang sangat penting dan mendesak, yakni kita harus memperlakukan sesama kita dengan cara yang kita harapkan diperlakukan oleh Allah dan sesama kepada kita. Kita bukan saja harus mengelak dari perilaku dan tindakan yang melukai sesama, tetapi juga kita harus secara aktif mempertimbangkan dan memperhatikan kebaikan dan kesejahteraan mereka sebelum bertindak. Dengan melakukan hal-hal ini, kita sesungguhnya memenuhi apa yang Allah tuntut dari pihak kita, yakni mencintai Allah dengan segenap hati, pikiran dan kekuatan, dan mencintai sesama seperti kita mencintai diri kita sendiri. Cinta kasih yang kita persembahkan kepada sesama itu sebetulnya cinta kasih Allah sendiri yang telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita (Rom 5:5). Roh Kudus setiap saat siap untuk membarui kehidupan kita. Apakah kita rindu akan kekudusan dan haus akan api cinta kasih Allah?

Perkenankanlah aku mencintai-Mu, Tuhanku dan Allahku, dan melihat serta mengenali diriku sebagaimana aku adanya – seorang peziarah di dunia ini, seorang Katolik yang dipanggil untuk menghormati dan mencintai semua yang hidupnya saya sentuh, mereka yang patut aku hormati sebagai atasan dan bawahanku, para sahabat dan musuh-musuhku. Bantulah aku mengolah kemarahan dengan sikap kelemah-lembutan, menyambut dengan kedermawanan hati; keseluhan/apatis dengan semangat yang membara. Tolonglah aku untuk tidak hanya memikirkan diriku sendiri tetapi mengulurkan tanganku untuk menjangkau sesamaku tanpa disekati oleh batas apapun” Amin.

Copyright © 22 Juni 2009, by Paskalis B. Keytimu, SVD

Tidak ada komentar: