Selasa, Juni 23, 2009

213. Bagai Orang Bodoh Yang Mendirikan Rumah Di Atas Pasir

Kamis, 25 Juni 2009
Masa Biasa

Bacaan: Matius 7: 21-29

Jika anda dapat meramalkan mengenai ancaman terhadap kehidupanmu dan tentang masalah kehilangan rumah serta segala harta kekayaanmu, akankah anda mengambil tindakan pencegahan yang perlu untuk menghindari bencana tersebut? Kisah Yesus tentang dihalau banjir dan badai menarik minat pendengar yang telah mengetahui akibat-akibat buruk dari bencana-bencana yang datang sering tanpa diawali dengan tanda-tanda peringatan. Tatkala Yesus berbicara tentang para pembangun (tukang bangunan) yang tidak dipersiapkan untuk menghadapi suatu badai kehidupan, Ia sepertinya memiliki pertimbangan terhadap makna suatu ungkapan sederhana ini dalam pikiran-Nya: “Ketika badai datang menghalaui, orang-orang berdosa dihalau pergi sementara orang-orang benar teguh berdiri.”

Hal-hal manakah dari kisah Yesus dalam Injil, yang paling berkesan bagi hidupmu dan hidupku – ya, hidup kita? Jenis pondasi yang kita gunakan untuk membangun kehidupan kita akan sangat menentukan apakah kita dapat bertahan di tengah segala bencana dan penderitaan hidup yang selalu menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan anak-anak manusia ini. Para tukang bangunan biasanya meletakkan pondasi ketika kondisi cuaca dan tanah tengah pada memasuki atau berada pada musim yang tepat. Hal itu melibatkan prediksi awal demi mengetahui sejauhmana pondasi tersebut akan sanggup bertahan menghadapi kondisi-kondisi yang bakal merusakkan. Mendirikan sebuah rumah pada dataran tanah yang riskan akan bahaya banjir, itu sungguh sebuah bencana. Yesus mengawali kisah-Nya dengan sebuah peringatan: “kita mungkin bisa saling berbohong satu terhadap yang lain, tetapi Allah tidak dapat ditipu. Ia melihat hati kita sebagaimana adanya – dengan segala motifnya, maksud-maksudnya, hasrat-hasrat dan pilihan-pilihannya” (bdk Mzm 139: 2). Hanya ada satu-satunya jalan dalam mana ketulusan hati seseorang dapat dibuktikan dan itu cuma lewat praksis konkrit. Kata-kata yang baik tidak pernah dapat menggantikan perbuatan-perbuatan yang baik. Karaktek kita akan ditampakkan lewat pilihan-pilihan sikap yang kita buat, khususnya ketika kita harus memilih antara yang benar dan salan, antara yang baik dan yang jahat. Apakah anda dan saya berbohong atau berusaha menutup-nutupi, manakalah menyadari bahwa kebenaran yang akan disingkapkan menghantar kita kepada penderitaan, terluka dan dipermalukan? Orang yang benar selalu jujur dan dapat dipercaya dihadapan Allah, sesama dan diri sendiri.

Apa yang dapat mencegah kita dari kebohongan dan bencana spiritual? Jika kita menjadikan Tuhan sebagai Batu Karang dan Pondasi kehidupan kita, maka tak akan ada yang sanggup membuat kita gemetar ketakutan dan mampu mencegah kita dari kehadiran dan perlindungan Allah sendiri. Apakah Tuhan dan Sabda-Nya adalah satu-satunya pondasi kehidupanmu?

“Tuhan Yesus, Engkau adalah satu-satunya pondasi yang dapat membuat kita teguh berdiri ketika penderitaan dan bencana mengancam hidup kita. Anugerahkanlah kepada kami kebijaksanaan, kekuatan yang sungguh kami perlukan untuk melakukan apa yang benar dan baik dan menolak apapun yang salah dan bertentangan dengan kehendak-Mu sendiri. Semoga kami boleh menjadi seorang pelaku Sabda-Mu dan bukan melulu sebagai seorang pendengar.” Amin.

Copyright © 23 Juni 2009, by: P. Paskalis B. Keytimu, SVD

Tidak ada komentar: