Minggu, Mei 24, 2009

190. Benang Pokok Hidup

Minggu, 24 Mei 2009
HARI RAYA KENAIKAN TUHAN KITA YESUS KRISTUS

Bacaan : Kis 1:1-11; Ef. 1:17-23; Mrk 16: 15-20

Pada hari ini kita boleh mengenangkan lagi Pesta Yesus Kristus naik ke surga. Kristus yang berasal dari Bapa, sekarang kembali lagi kepada Bapa-Nya. Peristiwa kembalinya Kristus kepada Bapa inilah yang menjadi fokus permenungan kita dalam kotbah ini. Apa arti dan maksud peristiwa ini untuk kita masing-masing?

Pertama-tama perlu ditegaskan bahwa kenaikan Kristus ke surga sama sekali tidak punya hubungan, misalnya, dengan perjalanan para astronaut yang bertolak dari bumi masuk angkasa luar, menuju bulan, Venus atau Mars. Kenaikan Kristus ke surga tidak berpautan dengan arti teknis, pun bukan merupkan suatu adegan pembuktian tentang kuasa-Nya mengatasi gaya berat. Peristiwa yang kita rayakan hari ini mengandung makna yang lain. Ia mau mengungkapkan satu aspek hidup manusia yang amat penting, yakni aspek Vertikal. Kristus kembali kepada Bapa-Nya dari mana Ia sudah berasal.

Karya penebusan Kristus baru selesai kalau mahkota kemenangan sudah dibawa kepada Bapa-Nya. Seluruh hidup-Nya bergantung pada Bapa. Titik tolak ada pada Bapa: Karena Putra Allah turun dari surga dan menjadi manusia. Dalam seluruh hidup-Nya Kristus memelihara hubungan dengan Bapa. Dalam doa-Nya, dalam kotbah dan dalam pikiran Kristus, Bapa memainkan peranan yang sentral dan penting. Sekarang perutusan-Nya mencapi tahap definitif/tahap final, maka Kristus kembali kepada Bapa-Nya. Inilah dimensi Vertikal hidup Kristus: “Allah adalah Awal dan Akhir, Allah adalah Sumber hidup-Nya, Allah adalah tujuan hidup Kristus.

Peristiwa kenaikan Kristus yang kita rayakan pada hari ini justru menekankan aspek vertikal itu dalam hidup kita. Manusia berasal dari Allah dan mengarah kepada Allah. Ini adalah satu unsur amat penting , namun kadang kita lupakan, kita lalaikan atau mungkin kurang kita hiraukan. Dalam hidup ini, kadang-kadang kita bertindak seperti seekor laba-laba. Dia membuat satu sarang yang amat bagus. Setiap hari laba-laba itu berjalan mengitari sarangnya dan melakukan inspeksi. Ia memeriksa segala benang di dalam sarangnya, memperperbaiki di mana perlu, memperkuat yang tampak kusut dan menambah di mana masih dipandangnya kurang atau belum sempurna. Hidupnya sangat teratur dan terjamin. Namun pada suatu hari, ketika sedang melakukan inspeksi ia melihat satu benang, yang ujungnya tidak kelihatan. Benarang itu lurus ke atas. Sejenak ia berpikir, lalu mempertanyakan kegunaan dan fungsi benang tersebut. Dan katanya, benang ini rupanya tidak perlu, benang yang satu ini tampaknya hanya mengganggu pandangan saya dan keindahan sarangku. Serentak dengan itu, ia pun memotong benang tersebut. Apakah yang terjadi? Seluruh sarangnya runtuh. Benang yang dipotongnya itu, ternyata benang pokok/utama yang menjadi penopang seluruh sarangnya. Laba-laba itu terjerat dan terhimpit di dalam sarangnya sendiri. Dan malanglah nasibnya.

Seperti laba-laba itu, kita pun memperhatikan dengan teliti dan memelihara serta merawat dengan penuh tanggung jawab hidup kita. Segala bidang kehidupan mendapat perhatian optimal. Bidang pendidikan kita perhatikan. Bidang kesehatan tak pernah kita abaikan: makan-minum, tidur dan kalau sakit kita berobat. Bidang hidup kekeluargaan juga tak pernah tersisihkan dari perhatian kita. Kita selalu berusaha menjalin relasi dengan orangtua, sanak famili, malah kampung halaman juga senantiasa mendapat inspeksi khusus pada masa dan waktu-waktu tertentu. Semua bidang ini memang sangat penting untuk menjamin kebahagiaan hidup kita dan karena itu tidak pernah absen dari perhatian kita.

Maka pada perayaan hari ini perhatian kita diarahkan kepada benang pokok hidup kita, benang yang menopang seluruh hidup kita, yakni Benang Vertikal yang tegak lurus, menuju ke atas. Memang ujungnya kurang kelihatan, karena ia bermuara dalam tangan Bapa. Bapa yang memegang benang itu dalam tangan-Nya. Mungkin faedahnya kurang jelas, tetapi benang itu adalah benang yang memberi hidup. Segala urusan dan kesibukan kita pada taraf atau tingkat horisontal dapat terlaksana hanya karena adanya benang vertikal itu. Sekiranya kita kurang memelihara benang itu, maka ia akan menjadi lemah, malah bisa putus, sehingga seluruh sarang hidup kita dengan segala bidangnya akan runtuh dan hancur berantakkan dan kita pasti terjerat serta meratapi nasib di dalamnya.

Ada dua sikap yang kurang tepat dan harus kita hindari, yakni sikap Horisontalisme dan Vertikalisme. Kristus sendiri menunjukkan jalan tengah kepada kita. Ia datang ke dunia, hidup dan berkarya di dunia untuk menyelamatkan dunia. Tetapi segala aktivita dan hidup-Nya, sepenuhnya dijiwai dan diresapi oleh Bapa-Nya. Demikian hendaknya hidup kita, dengan segala aktivitanya: sekolah, belajar, kerja di tempat tugas masing-masing, relasi dengan keluarga dan sesama, dan lain-lain, harus digantung pada Benang Vertikal itu, yakni Penyelenggaraan, cinta kasih dan kebaikan Allah.
Add Image

Perayaan hari ini mengajak dan meminta kita untuk tengada ke langit. Kristus meminta dan mengundang kita untuk memandang ke atas dan ingin menyadarkan kita kembali akan Benang Pokok itu. Kita memang ada dalam tangan Allah - Bapa kita. Maka alangkah indahnya kalau kita dengan gagah berani , mau berdoa: “Dalam tangan-Mu ya Bapa, kami percayakan seluruh hidup dan karya kami.” Amin.

Copyright © 24 Mei 2009 by Paskalis B. Keytimu, SVD

Tidak ada komentar: