Senin, Agustus 17, 2009

256. Perlunya Kesetiaan Manusia

Senin, 17 Agustus 2009

Bacaan : Mt. 19, 16-22

Bacaan Injil yang kita renungkan hari ini memberikan kepada kita satu pelajaran yang sangat berharga dan penting, bahwa ketika ada kesetiaan dari pihak manusia, di sana diperlukan juga rahmat Allah untuk menjadikannya sempurna.

Injil hari ini mengisahkan tentang seorang pemuda yang kaya datang kepada Yesus mengajukan kepadanya cara dan jalan untuk mencapai kehidupan kekal. Dan atas pertanyaannya untuk mencari tahu tentang jalan kehidupan itu, Yesus menunjukkan demikian, "Jika engkau ingin masuk ke dalam kehidupan, laksanakanlah segala perintah Allah." Nampak sekali bahwa orang ini punya reputasi cukup baik dalam menjalankan perintah Allah dan memang karenanya ia punya alasan untuk membanggakannya di hadapan Yesus. Dia bertanya lanjut, "Saya sudah melaksanakannya semuanya, apa lagi yang kurang padaku?"

Yesus menunjukkan kepadanya satu hal yang fundamental di sini, yakni kesetiaan manusia tidaklah cukup untuk memperoleh keselamatan yang disediakan Allah. Benar bahwa kesetiaan dari pihak manusia dalam melaksanakan perintah cinta kasih adalah hal fundamental dalam hidup sebagai anak Allah. Ada bahaya yang mengancam dalam sikap dan disposisi bathin si pemuda kaya itu, bahwa dia tak merasa butuh apa-apa lagi, karena 'ia merasa memiliki segalanya' sebagai jaminan hidup kekal. Karena itu rupanya Yesus mengatakan secara tak langsung kepadanya, "Engkau memang tak membutuhkan apa-apa lagi, karena engkau sudah memiliki semuanya secara berlebihan. Yang kurang padamu adalah kenyataan bahwa engkau perlu menjadi miskin dari segala harta duniawi itu, sehingga engkau siap menerima cintakasih Allah yang melampaui segala kekayaan duniawi ini." Makanya Injil melanjutkan kisah ini dengan kata Yesus berikut, "Sekarang, pergilah dan juallah segala yang kaumiliki itu, berikanlah kepada orang miskin dan engkau akan memiliki harta di Sorga. Sesudah itu datanglah dan ikutilah Aku!".

Sebuah episode Injil yang menyentuh kehidupan kita sebagai pengikut Yesus serta menantang cara hidup kemuridan kita. Benar bahwa sebagai murid Yesus hidup kita selalu tertantang oleh Sabda Yesus. Dan hari ini tantangan itu juga menyentuh persoalan kebanggaan akan kesetiaan kita sebagai murid. Kita memang diminta untuk selalu setia dalam hidup sebagai murid Yesus dengan cara menghidupi SabdaNya dari hari ke hari. Tapi nampaknya dari dialog dengan si pemuda kaya itu, kita mengerti bahwa hal itu bukanlah jaminan bahwa kita akan selamat. Kita perlu membuka diri dengan rendah hati akan kehadiran rahmat Allah. Tidak ada jaminan bahwa kita hidup baik dan sempurna. Yang penting juga adalah kesediaan untuk membiarkan rahmat Allah bekerja dengan caranya.

Tuhan Yesus, semoga kami tak puas diri dalam mengikuti Dikau. Ajarilah kami selalu untuk membuka diri bagi rahmatMu ya Tuhan. Amin.

Copyright © 17 Agustus 2009, by Ansel Meo SVD

Tidak ada komentar: