Minggu, Juni 07, 2009

197. Kehidupan Dalam Allah Tritunggal Mahakudus

Minggu, 07 Juni 2009
Hari Raya Tritunggal Mahakudus
Bacaan: Roma 5: 1-5
Masa Paskah telah usai. Berakhirnya masa ini ditandai dengan perayaan Hari Raya Pentekosta. Pada hari ini kita kembali kepada Hari Minggu dalam Masa Biasa. Jika ada tema yang mau diusung dalam Liturgi pada Masa Biasa, barangkali itu adalah bertumbuh dalam kehidupan Kristen. Warna liturgi “hijau” sesungguhnya mau menyingkapkan makna kehidupan dan pertumbuhan itu. Dari sinilah muncul pertanyaan berikut: “Mengapa Gereja memilih untuk kembali kepada Liturgi Masa Biasa dengan merayakan pesta Allah Tritunggal Yang Mahakudus?
Bacaan kedua dari Surat kepada umat di Roma menyiratkan kepercayaan akan Allah Tritunggal Mahakudus ditambah pula petunjuk-petunjukan tentang hal-hal praksis dalam kehidupan harian orang-orang Kristen. Di dalamnya Santu Paulus berbicara tentang seluruh urusan mengenai pembenaran dan keselamatan sebagai memiliki kedamaian di dalam Allah. Berada dalam suatu relasi yang benar dengan Allah Bapa kita merupakan seluruh tujuan kehidupan Kristen. Dan sang rasul para bangsa ini kemudian mengungkapkan bahwa cara untuk mencapai semua ini hanyalah melalui Kristus. Demikian ia menulis: “Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus. Oleh Dia kita juga beroleh jalan masuk oleh iman kepada kasih karuni ini. Di dalam kasih karuni ini, kita berdiri dan bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah” (Rom 5:1-2).
Tujuan kita adalah menjadi satu dengan Allah. Hal ini dicapai melalui Kristus karena di dalam Kristus kita memperoleh akses kepada Bapa. Pengharapan kita adalah untuk mengambil bagian di dalam kemuliaan Allah. Pengharapan ini diberikan oleh iman kita akan Kristus yang membenarkan kita.
Pengharapan untuk mengambil bagian di dalam kemuliaan Allah di masa depan bukan didasarkan pada pemikiran yang sia-sia. Ia didasarkan pada kenyataan bahwa sekarang pun Allah telah memberikan kepada kita jaminan tentang apa yang akan kita alami lewat mencurahkan cinta-Nya ke dalam hati kita. “Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita” (Rom 5:5).
Perlu diingat bahwa cinta Allah dicurahkan di dalam hati kita melalui Roh Kudus. Kehidupan Kristen, karena itu adalah, mustahil tanpa suatu relasi dengan Allah Bapa kita, Putra-Nya Yesus Kristus, Tuhan kita dan Roh-Nya yang Kudus. Inilah kenyataan yang secara mendasar membedakan antara Agama Kristen dengan Agama-Agama lain. Sebaliknya Agama-Agama lain menghadirkan keselamatan dan keilahian semata-mata sebagai urusan antara orang yang percaya dan Allah, Agama Kristen sambil menegaskan hal ini, menambahkan pula bahwa kita memiliki dua Penolong surgawi yang selalu menyertai kita. Pertama, kita memiliki Yesus Kristus yang menyelamatkan kita dan yang memperdamaikan kita dengan Bapa. Dan selanjutnya, kita juga memiliki Penolong yang lain – Roh Kudus yang melanjutkan karya pengudusan kita.
Karya keselamatan itu tidak berakhir pada saat kita percaya akan Kristus dan dibenarkan dihadapan Allah. Kenyataan urusan menjadi seorang Kristen yang benar justru baru dimulai. Sejak saat kita percaya hingga akhir kehidupan kita seharusnya diarahkan sepenuhnya kepada kekudusan, proses menjadi kudus sebagaimana Allah adalah kudus. Dalam hubungan ini, Roh Kudus, yang pesta-Nya kita rayakan pada hari Minggu yang lalu, menjadi pemimpin dan pendamping utama kehidupan kita. Melalui Roh Kudus, cinta Allah dicurahkan di dalam hati kita; melalui Roh Kudus, kita belajar untuk mencintai Allah dan sesama sebagaimana Yesus mengajarkan kepada kita. Sebagaimana kita kembali ke Masa Biasa dan kembali kepada tantangan-tantangan harian hidup sebagai orang-orang Kristen, hendaklah kita tetap mengingat bahwa kita bukanlah sendirian di dalam perjuangan itu. Allah, Bapa kita, menyertai kita, Yesus Kristus, Putra Allah dan Tuhan kita, selalu di samping kita; Roh Kudus, Kekuatan Allah Yang Maha Tinggi, juga selalu menemani kita. Ini adalah pengharapan itu – pengharapan yang tak akan pernah mengecewakan kita. Amin.
Copyright © 30 Mei 2009 by Paskalis B. Keytimu, SVD

1 komentar:

Denis Desmanto mengatakan...

Shalom. Yeshua ( nama Ibrani Yesus, tertulis dalam huruf Ibrani : ישוע ) pernah mengutip satu ayat dari Ulangan 6 : 4 atau yang lebih dikenal oleh orang Yahudi dengan sebutan Shema Yisrael. Ayat tersebut dikutip sebagai jawaban atas pertanyaan dari seorang ahli Torah/ Soferim ( ספרים ) yang menanyakan kepada Yeshua tentang hukum mana yang paling utama dan tercatat di Injil Markus 12 : 28 - 29.

Teks Ibrani Ulangan 6 : 4, " שמע ישראל יהוה אלהינו יהוה אחד. "

Cara membacanya menurut peraturan tata bahasa Ibrani, " Shema Yisrael YHWH ( Adonai ) Eloheinu YHWH ( Adonai ) ekhad. "

Dalam pemahaman Yahudi, kata Shema tidak hanya berarti dengarlah semata, tetapi juga dapat diartikan sebagai taatilah, turutilah atau patuhilah. 🕎✡️🐟✝️🕊️📖🇮🇱