Rabu, Juni 10, 2009

201. Jika Matamu Menyesatkan, Cungkil Dan Buanglah

Jumad, 12 Juni 2009
Masa Biasa

Bacaan: Matius 5: 27-32

Sabda Tuhan pada hari ini, tampak makin keras saja. “Jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, apabila memimpin kamu kepada dosa.” Apa maksud Yesus dengan kata-kata ini? Secara literer, makna kata-kata ini memang sangat menakutkan. Tetapi sesungguhnya, ia membawa kesejukan. Karena Yesus menggunakan ungkapan bahasa yang keras justru untuk memberikan dorongan kepada para murid-Nya untuk memilih kehidupan – suatu kehidupan abadi yang menggembirakan dan membahagiakan bersama Allah – daripada memilih kematian – suatu kematian yang tak berakhir dan terpisah secara total dari komunitas cinta, damai, kegembiraan dan persahabatan dengan Allah. Yesus merakitkan bagi para murid satu-satunya tujuan dalam hidup ini yang nilainya melebihi segala bentuk persembahan dan bertujuan menyelaraskan kehendak kita dengan kehendak Allah dan apa yang menjadi keinginan Yesus bagi keselamatan dan kebahagiaan kita bersama-Nya. Seperti seorang dokter yang berani memisahkan beberapa bagian tubuh yang lagi digerogoti oleh virus yang mematikan, agar melindungi kehidupan seluruh tubuh, demikian sikap yang patut kita pilih yakni, siap dipisahkan dari apa pun yang dapat menyebabkan kita terjerumus ke dalam dosa dan yang tak terelakkan memimpin kepada kematian jiwa.

Yesus mengingatkan kita akan suatu tanggungjawab yakni bahwa kita tidak boleh menjadi penghalang bagi sesama. Jangan melakukan pelanggaran berat atau kejahatan dan jangan pula menunjukkan contoh yang buruk yang mungkin dapat menjerumuskan sesama ke dalam dosa. Mereka yang tengah bertumbuh dalam iman akan mudah sekali terpengaruh bila menyaksikan contoh-contoh yang buruk dari orang-orang yang sudah mulai mengalami kematangan dalam iman. Yesus mengajarkan bahwa kebenaran dan keadilan menuntut jawaban pada setiap situasi dalam hidup demi pemenuhan dan penggenapan hukum Allah, bukan saja secara eksternal tetapi juga secara internal. Yesus berkata bahwa keinginan jahat pertama-tama akan merusak dari hati. Itulah sebabnya dosa perzinahan harus pula pertama-tama dituntaskan dari hati, dan tidak hanya pada emosi tetapi juga pikiran, kehendak dan intensi. Maksud dan ideal Allah sejak dari awal mula bagi pria dan wanita adalah dipersatukan secara tak terbatalkan dalam perkawinan sebagai satu tubuh (Kej 2: 23-24). Ideal tersebut ditemukan dalam kesatuan yang tak terceraikan dari Adam dan Eva. Mereka diciptakan untuk saling melengkapi satu sama lain, dan bukan untuk sesuatu yang lain. Mereka menjadi simbol bagi orang-orang yang akan menempuh jalan tersebut.

Yesus menetapkan suatu ideal luhur dari perkawinan. Ia memberikan rahmat dan kekuatan dari Roh-Nya yang Kudus kepada orang-orang yang mencari untuk mengikuti jalan kekudusan, entah di jalan perkawinan pun mereka yang hidup membujang. Jika kita ingin hidup secara benar sesuai dengan kehendak Allah dalam diri kita, maka kita harus mengetahui dan memahami tujuan dari perintah-perintah Allah untuk kita, dan siap memutuskan untuk setia mentaati Tuhan. Lewat rahmat dan karya Roh Kudus, Tuhan menuliskan hukum-Nya pada hati kita dan memberikan kepada kita kekuatan untuk menghidupi dan menghayati jalan kebenaran dan kekudusan. Apakah anda dan saya percaya akan cinta Allah dan mengizinkan Roh Kudus untuk menaungi kita dengan suatu kehausan akan kekudusan dan keadilan dalam hidup kita?

“Tuhan Yesus, mulailah sebuah karya cinta yang baru di dalam diriku. Tanamkanlah dan bangkitkanlah di dalam diriku sebuah cinta yang agung dan kebenaran. Bersihkanlah pikiranku, keinginanku, dan segala maksud sehingga aku hanya menginginkan apa yang berkenan kepada-Mu dan sesuai dengan kehendak-Mu sendiri. Amin.

Copyright © 10 Juni 2009, by P. Paskalis B. Keytimu, SVD

Tidak ada komentar: