Selasa, Januari 20, 2009

90. Mencari Alasan untuk Mempermasalahkan Kebaikan

Rabu, 21 Januari 2009

Bacaan : Mk 3, 1-6

Seperti biasanya, pada hari Sabath Yesus ke sinagoga untuk berdoa. Agaknya pemandangan biasa jika menemukan orang sakit, orang miskin di tempat keramaian baik di pasar maupun di tempat seperti sinagoga. Begitulah yang terjadi pada saat Yesus memasuki sinagoga ketika itu.

Di sinilah terjadi adegan unik yang agaknya menarik untuk kita simak. Markus melukiskan peristiwanya demikian, "Kemudian Yesus masuk lagi ke rumah ibadat. Di situ ada seorang yang mati sebelah tangannya. Mereka mengamat-amati Yesus, kalau-kalau Ia menyembuhkan orang itu pada hari Sabat, supaya mereka dapat mempersalahkan Dia. Kata Yesus kepada orang yang mati sebelah tangannya itu: "Mari, berdirilah di tengah!" Kemudian kata-Nya kepada mereka: "Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membunuh orang?" Tetapi mereka itu diam saja.

Berhadapan dengan situasi penderitaan si sakit, ada dua sikap yang bertolak belakang. Yang pertama adalah sikap Yesus yang berbelaskasihan, langsung iba hatinya melihat penderitaan orang dan tergerak untuk menolong seraya mengeluarkan orang itu dari penderitaannya, sedang sikap lainnya adalah mereka yang ingin menjadikannya si sakit sebagai obyek guna memuaskan dahaga mereka untuk mempersalahkan Yesus.

Dan Yesus tak gentar sedikitpun. Setia kepada misi perutusanNya, lalu "Ia berkata kepada orang itu: "Ulurkanlah tanganmu!" Dan ia mengulurkannya, maka sembuhlah tangannya itu."

Bagi para penuduhnya Yesus menunjukan arti hari Sabat sejati. Hari yang sedianya diperuntukkan bagi Tuhan sesungguhnya adalah hari yang didedikasikan untuk kehidupan. Dan peristiwa penyembuhan adalah suatu saat kepenuhan hidup yang didambakan si sakit. Ia mengalami pemulihan kehidupan, dan Dia mengalami Allah yang berkarya memberikan kehidupan kepadanya. Jadi Yesus tak melawan arti Sabath, tetapi menunjukkan bahwa belaskasihan dan keselamatan itulah yang justru harus dibawa sebagai warna dasar Sabat kepada manusia.

Memang takkan pernah cukup mendapatkan berbagai alasan untuk mempermasalahkan kebaikan Tuhan. Karena Tuhan pasti memiliki caraNya sendiri untuk mengajarkan umatNya tentang perlunya membawa keselamatan dan cinta kepada orang yang membutuhkan.

Tuhan, kami kagum sekali lagi dengan caraMu menobatkan para lawanMu. Engkau tetap fokus pada misiMu dan mengajarkan lawan-lawanMu tentang pentingnya membawa keselamatan bukan beban kepada yang mebutuhkannya. Amin.

Copyright © 20 Januari 2009 by Ansel Meo SVD

Tidak ada komentar: