Senin, Juli 06, 2009

225. Yang Demikian, Belum Pernah Dilihat Orang Di Israel

Selasa, 07 Juli 2009
Masa Biasa
Bacaan: Matius 9: 32-38
Bantuan dan harapan apa yang dapat anda berikan kepada seseorang yang sedang dilanda pengalaman stress yang kronis? Atau, yang sedang menderita penyakit jiwa dan badan yang belum bisa bahkan tidak dapat disembuhkan? Kita mungkin akan menemukan jawaban-jawaban kita dengan bercermin pada apa yang dilakukan oleh Yesus sebagaimana dikisahkan dalam Injil hari pada hari.
Dalam hidup dan karya-Nya, Yesus sering berhubungan dengan orang-orang yang menderita penyakit-penyakit yang tidak dapat ditolerir oleh lingkungan; entah itu penyakit fisik, emosi, mental atau pun spiritual. Misalnya, seorang bisu yang kerasukan setan, sebagaimana dikisahkan penginjil Matius dalam Injil hari ini. Orang ini dibawa kepada Yesus oleh para sahabatnya dengan harapan agar Yesus dapat membebaskan dia dari penderitaannya. Ia tidak hanya kehilangan kemampuannya untuk berbicara, tetapi juga pikiran dan rohnya dikungkung tak berdaya oleh roh-roh jahat. Dan Yesus segera membebaskan orang itu dari kekuasaan setan yang telah menyiksanya siang dan malam dan memulihkan kesanggupannya untuk berbicara pada waktu yang sama. Mukjizat-mukjizat ini kemudian melahirkan kekaguman pada massa yang menyaksikannya: “Yang demikian, belum pernah dilihat orang di Israel” (Mat 9:33). Yesus menjawabi kebutuhan mereka dan memberikan iman dan harapan hidup baru kepada si bisu.
Tanggapan positip Yesus terhadap kebutuhan si bisu dengan sendirinya menumbuhkan keyakinan dalam diri kita bahwa kapanpun kita mendekatkan diri pada Yesus dengan iman yang berserah-pasrah, Ia pasti segera melakukan tindakan pembebasan dan penyelamatan. Yang dituntut dari pihak kita cumalah kesediaan untuk berpaling kepada-Nya; dan bukannya memikirkan tentang segala macam penyakit yang mendera kehidupan kita; entah itu penyakit tubuh dan jiwa; entah itu beban dosa dan kesalahan yang melumpuhkan atau pun penyiksaan oleh kuasa kegelapan dan ketakutan akan kejahatan yang tak terkendalikan.
Selain kekaguman massa manakala menyaksikan mukjizat-mukjizat yang dilakukan Yesus terhadap orang-orang yang mengakui imannya akan Allah, Santu Matius melukiskan pula cemoohan dari kaum Farisi. Bukankah kita pun sering berhadapan dengan reaksi yang sama dalam keseharian hidup kita? Bahkan terkadanag kita malah mungkin masuk dalam kategori orang-orang yang menaburkan benih fitnah dan cemoohan itu kepada sesama. Orang banyak menyaksikan dengan penuh kekaguman akan karya agung Allah yang dinyatakan Yesus, namun para pemimpin agama menganggapnya mukjizat itu dilakukan dengan kuasa pemimpin tertinggi para setan. Mereka tidak percaya karena mereka monolak untuk mengakui Yesus sebagai Mesias. Gagasan mereka tentang agama begitu sempit dan tertutup untuk menerima Yesus sebagai satu-satunya yang diutus oleh Bapa “untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara, dan merawat orang-orang yang remuk hati, untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan kepada orang-orang yang terkurung kelepasan dari penjara” (Yes 61:1 bdk Mat 11:5). Mereka terlampau terikat terhadap jalan pikiran mereka sendiri sehingga sulit pula untuk mengubahnya. Mereka juga begitu kaku dan keras terhadap hukum-hukum keagamaan sementara itu mengingkari kewajiban-kewajiban yang lebih penting yakni mencintai Allah dan sesama.
Kapanpun Injil dimaklumkan, Kerajaan Allah diwujudnyatakan secara konkrit dan hidup baru dan kebebasan diberikan kepada mereka menanggapi dengan iman. Tuhan menganugerahkan kebebasan kepada semua orang yang berpaling kepada-Nya dengan kepercayaan. Apakah anda membawa kesulitan dan penderitaanmu kepada Tuhan dengan kepasrahan iman dan harapan kokoh bahwa Ia akan membebaskan anda? Tuhan mengundang kita untuk berdoa agar karya pewartaan Injil boleh disebarluaskan ke seluruh dunia, sehingga semua orang boleh menemukan kegembiraan yang sejati dan kebebasan di dalam Yesus Kristus. Bersediahkan anda untuk menjadi duta kasih Yesus kepada sesama?
“Tuhan Yesus, semoga Kerajaan-Mu menjumpai semua orang yang tertekan dan berada dalam kegelapan. Isilah hatiku dengan perasaan belaskasih terhadap orang-orang yang menderita secara mental dan fisik. Gunakanlah aku untuk membawa Khabar Gembira tentang rahmat penyelamatan dan belaskasih-Mu kepada sesama di sekitarku yang sungguh-sungguh membutuhkan cinta penyembuhan dan pengampunan.” Amin.
Copyright@ 06 Juli 2009, by: P. Paskalis B. Keytimu, SVD

Tidak ada komentar: