Kamis, Juli 16, 2009

Pertama Dan Terutama Adalah Mencintai Allah

Senin, 13 Juli 2009
Masa Biasa
Bacaan: Matius 10: 34 - 11: 1
Yesus telah memanggil para murid-Nya untuk suatu karya pelayanan. Ia juga telah mempersiapkan mereka dan akan mengutus mereka untuk mewartakan Kerajaan Allah. Dalam Injil hari ini Yesus menyampaikan secara detail kepada mereka tentang konsekuensi yang harus dihadapi dan diterima dari tugas mereka sebagai pewarta Kerajaan Allah. Tak ada satu pun alasan bagi para murid untuk tidak menjalankan karya pewartaan ini, termasuk alasan karena hubungan atau relasi dengan orang-orang yang paling dikasihi. Menjadi murid Yesus, pertama-tama dan terutama berarti mencintai Allah di atas segala-galanya, melebihi cinta akan ayah dan ibu; cinta kepada saudara dan saudari, pun cinta kepada para anggota keluarga lainnya. Bukankah ini merupakan suatu himbauan yang rasa-rasanya terlampau berat? Siapakah dari para murid Yesus dewasa ini, yang kurang mencintai ayah dan ibunya, pun saudara dan saudarinya? Di mata manusia, hal itu kelihatan paradoks. Tapi itulah artinya menjadi seorang murid Kristus. “Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya” (Mt 10: 39). Penegasan yang lebih radikal lagi, dan mungkin kita tidak ingin untuk mendengarnya. Tapi, ini barulah salah satu tuntutan yang kita jumpai dari Kitab Suci yang menantang kita kepada masalah inti jika kita ingin menjadi seorang murid dan mengikuti langkah-langkah Kristus.
Jika kita hanya memandang pada diri sendiri dan mengandalkan kemampuan diri sendiri, sejujurnya kita akan dihadapkan dengan kesulitan-kesulitan dalam menanggapi tuntutan-tuntutan hidup sebagai murid Yesus. Bercerminlah pada pengalaman para murid Yesus. Mereka menjadi murid-murid Yesus, berdasarkan panggilan Yesus dan bukan atas inisiatip mereka sendiri. Seiring dengan itu, Yesus mempersiapkan mereka. Mereka tidak sendirian, melainkan saling memiliki dan mendukung satu sama lain. Dan terutama karena mereka memiliki Roh Kristus yang setia menyertai mereka dalam menjalankan tugas misioner “mewartakan Kerajaan Allah.” Demikian halnya terjadi atas diri kita. Kita pun bukan sendirian. Kita dipanggil kepada tugas pelayanan itu oleh Yesus sendiri, dan Ia tidak akan meninggalkan kita sendirian tetapi Ia akan mendukung kita dengan kekuatan-Nya dan inspirasi Roh-Nya.
Pengalaman-pengalaman apa saja dalam hidup kita yang membuat kita cenderung untuk tidak menanggapi panggilan Yesus untuk menjadi murid-murid-Nya? Apakah pengalaman-pengalaman itu erat kaitannya dengan relasi kekeluargaan? Atau, berpautan dengan pekerjaan kita, sahabat-sahabat kita, sesama kita? Adakah situasi-situasi yang kurang menguntungkan dalam hidup kita? Yang cenderung menghantar kita masuk ke dalam pengalaman ketakutan dan kecemasan, yang cenderung mendesak kita untuk mengelak?
“Tuhan, tiada mata yang telah melihat; telinga yang telah mendengar dan hati yang telah memahami hal-hal yang telah Engkau siapkan bagi mereka yang mencintai-Mu. Kobarkanlah kami dengan Api Roh Kudus, sehingga kami boleh mencintai Dikau di atas segala-galanya dan dengan demikian boleh menerima ganjaran yang Engkau janjikan kepada kami melalui Yesus Kristus, Tuhan kami.” Amin.
Copyright@ 13 Juli 2009, by: P. Paskalis B. Keytimu, SVD

Tidak ada komentar: