Minggu, Desember 21, 2008

61. Mengagumi Karya Tuhan dalam Pujian

Selasa, 23 Desembre 2008

Lukas 1, 57-66

Injil hari ini berkisah mengenai kelahiran Yohanes Pembaptis dan reaksi anggota keluarga dan juga orang-orang di sekitarnya. Kisah ini merupakan puncak dari lingkaran kisah kelahiran Yohanes Pembaptis yang dimulai dengan penampakan Allah kepada Zakaria di kenisah Yerusalem, pertemuan Elisabeth dengan Maria, kelahiran Yohanes Pembaptis yang di dalamnya juga ada lagu pujian Zakaria. Sejak peristiwa di kenisah Yerusalem, Zakaria menjadi bisu sehingga dia tidak bisa berkata-kata sama sekali.

Namun sejak saat itu, orang-orang di sekitar dan para anggota keluarganya mulai berbisik-bisik mengenai perisitiwa penuh rahasia yang terjadi di dalam keluarga imam dari kelompok Abia ini. Bisik-bisik itu semakin seru ketika Elisabet yang sudah tua itu melahirkan anak laki-laki dan Zakaria yang bisu itu kembali dapat berbicara. Maka lengkaplah kegemparan terhadap pasangan imam yang sudah uzur namun dikarunia anak. Peristiwa-peristiwa ini diliputi oleh berbagai hal ajaib sehingga memang anak yang dilahirkan itu membawa pratanda tertentu yang sampai saat itu belum diketahui secara persis. Makanya orang bertanya-tanya dan menyimpan semuanya dalam hati mereka masing-masing.

Menarik sekali bila kita merenungkan sikap yang ditunjukkan oleh anggota keluarga dan orang-orang di sekitar terhadap peristiwa ini. Zakaria yang bisu selama semua itu terjadi menjadi tanda bahwa dalam berurusan dengan penyelenggaraan ilahi mulutnya mesti dikatupkan untuk lebih banyak mendengarkan, merenungkan dan mendalami rencana Allah dalam dirinya, dalam diri anaknya. Masa bisunya Zakaria menjadi masa penuh rahmat baginya untuk melihat kembali sejarah keselamatan yang terjadi di tengah umat yang dilayaninya selama hidupnya. Dengan demikian sebagai pemimpin umat, jemaat , Zakaria mesti memberikan teladan dalam hal mendengarkan, merenungkan, mendalami karya Allah yang sedang terjadi di tengah umat.

Mesti muncul sikap kagum pada pihak Zakaria sehingga ketika semua hal yang dijanjian terpenuhi ia bisa mewartakan kemuliaan Allah. Hasil masa bisu suci itu muncul dalam bentuk madah pujian. Anggota keluarga dan orang-orang sekitar yang berbisik-bisik menunjukkan perhatian mereka pada peristiwa yang sedang terjadi di tengah mereka. Mereka bertanya-tanya dalam hati mengenai arti dari semuanya itu; sekali satu sikap mendengarkan, merenungkan dan mendalami peristiwa itu. Mereka hanya sampai di situ. Sedangkan Zakaria berlangkah lebih jauh: memadahkan hasil permenungannya, mewartakannya kepada orang lain. Dengan itu orang lain terbantu untuk mengakui karya agung Tuhan di tengah umat.

Tuhan, berilah aku kesanggupan untuk mendengarkan, merenungkan dan memadahkan karya agungMu di tengah umatMu. Amin

Copyright © 21 Desember 2008 by Paul Tolo SVD

Tidak ada komentar: