Rabu, November 12, 2008

22. Selalu Siap Menerima Allah Dalam Hidup

Jumat 14 November 2008
Lukas 17: 26 - 37

Tema tentang selalu siap menyambut Allah sekali lagi ditampilkan hari ini. Pada masa Yesus, keinginan untuk menyambut kedatangan Kerajaan Allah dengan persiapan yang matang memang menjadi tema penting. Karena, saat itulah keadilan Allah dinyatakan kepada Israel dan dunia. Itu sebabnya orang ingin menyambutnya dengan persiapan yang matang. Tetapi yang jadi soal ialah kapan hal itu terjadi dan di mana tempatnya berlangsung?

Terhadap keinginan tahu dari banyak orang tentang kapan Kerajaan Allah itu datang, Yesus tak memberikan jawaban jelas. Hanya satu hal pasti dimintaNya selalu: Bersiaplah senantiasa menyambut kedatangan Kerajaan Allah itu. Bersiaplah selalu menerima Allah dalam hidup. Jangan sampai orang terperanjat. Makanya Yesus bilang hari ini, “Dan sama seperti yang terjadi pada masa Nuh, ... demikian juga seperti yang terjadi di zaman Lot, ... Demikianlah halnya kelak pada hari di mana Anak Manusia menyatakan diriNya.”

Apakah kesamaan yang ditampilkan oleh kejadian pada masa Nuh dan Lot, sehingga diambil sebagai contoh oleh Yesus? Semua mereka yang hidup pada masa itu amat menikmati hidup mereka. Mereka menjalankan pekerjaan mereka dengan setia. Tetapi ada soal besar karena mereka melakukannya dengan sikap seolah-olah mereka tak bergantung pada Allah. Mereka tak peduli Allah dan KerajaanNya. Mereka menikmati kemakmuran hidup mereka, tetapi tenggelam juga dalam kenikmatan hidup yang mengabaikan keadilan sejati sebagaimana dikehendaki Allah. Jadi kelihatannya semuanya berjalan sempurna, hanya saja mereka tak peduli dengan kesiapan jiwanya untuk menghadap Allah. Nah ... pertanyaan penting di sini, untuk apa semuanya itu, kalau tak dapat menyelamatkan jiwa?

Inilah sebuah tantangan untuk hidup beriman di zaman yang serba ada sekarang ini. Kita mesti bertanya, adakah bingkai yang mengitari cara berpikir dan cara bertindak kita sekarang yang punya maksud untuk menyelamatkan jiwa di masa mendatang? Seharusnya ada. Bingkai yang dimaksud itu adalah bekerja dan hidup bersama dengan Allah. Kita menjalankan semuanya secara normal tetapi dengan satu pemikiran: Allah ada dan berkarya dalam diri kita. Kita selalu siap menerima kehadiranNya dalam hidup dan karya kita. Dan bila inilah yang terjadi, maka kemakmuran, kekayaan, kesejahteraan, keserba-ada-an tak pernah akan menutup mata kita terhadap kehadiran Allah dalam keseharian kita.

Tuhan, sebenarnya ketika kami sadar selalu bahwa Engkaulah Emmanuel, Allah yang beserta kami, hidup kami tak akan kami sia-siakan untuk menyangkali kehadiranMu, juga ketika sangat samar-samar kami kenal dalam wajah dunia dan saudara yang menderita. Amin.

Copyright © 12 Nopember 2008, by Anselm Meo, SVD

Tidak ada komentar: