Selasa, Juni 01, 2010

AKU PERCAYA AKAN KEBANGKITAN

Selasa, 2 Juni 2010 Bacaan : Markus 12, 18-27
Ungkapan yang saya pakai sebagai judul renungan ini kita kenal sebagai salah satu rumusan dalam Credo atau Aku percaya, yang secara lengkapnya berbunyi, "Aku percaya akan Roh Kudus, Gereja katolik yang kudus, persekutuan para kudus, kebangkitan badan, kehidupan kekal. Amin"
Injil yang menjadi bacaan liturgi pada hari ini mengarahkan perhatian kita kepada persoalan kebangkitan orang mati, yang sungguh menjadi penghalang dalam relasi Yesus dengan kaum Saduki. Kelompok terakhir ini tak percaya akan kebangkitan, karena itu mereka bertanya kepada Yesus dan memaparkan sebuah contoh yang sesungguhnya hanya menambah anggapan bahwa pikiran mereka hanya sebatas persoalan badan dan kebutuhannya. Yang dilupakan oleh kelompok ini ialah kenyataan bahwa Yesus dalam karyaNya telah melakukan banyak perbuatan besar yang memulihkan keutuhan manusia sebagai makhluk berbadan dan berjiwa. Bukankah ada begitu banyak orang sakit yang fisiknya tak utuh dipulihkan Yesus. Bukankah Ia memberikan kembali keindahan dan kesehatan kepada tubuh manusia yang digerogoti berbagai penyakit dan kelemahan? Bukankah dengan itu Dia juga berkuasa memulihkan keutuhan jiwa manusia? Jadi mendasar sekali apa yang ditegaskan Yesus kepada mereka, bahwa dalam kehidupan baru tak ada lagi soal kawin dan dikawinkan, tetapi keutuhan manusia seluruhnyalah yang dipulihkan. Manusia akan menjadi seperti Allah, sebagaimana intensi penciptaannya oleh Allah, ketika Allah mengatakan, "Marilah kita menjadikan manusia menurut rupa dan citra Kita." Allah selalu konsekwen dengan kehendak dan maksudNya. Ia menciptakan manusia seperti gambaranNya sendiri. Tetapi ketika manusia berdosa, Ia tetap memberikan kesempatan untuk memulihkannya. "Manusia baru akan hidup seperti malaikat Allah, yang memandang wajah Allah siang dan malam". Itulah jiwa yang hidup sempurna di hadapan Allah. Sabda Tuhan dan ungkapan iman kita AKU PERCAYA AKAN KEBANGKITAN sesungguhnya mengajak kita untuk secara positip melihat maksud dan kehendak Allah bagi kita. Bahwa kita dimaksudkanNya untuk keselamatan. Mari kita bekerja untuk memenuhi maksud Allah itu, mengarahkan diri kita kepada keselamatan sejak kita masih di dunia. Tuhan, Kami Kauciptakan untuk keselamatan kekal. Semoga dalam hidup dunia ini kami tak tenggelam dalam karya yang hanya memperhatikan kemakmuran badan yang dapat binasa, tetapi mengusahakan keseimbangan keduanya, kesejahteraan badan dan keselamatan jiwa. Amin.
Copyright © 02 Juni 2010, by Anselm Meo, SVD

Tidak ada komentar: