Senin, Agustus 24, 2009

264. Agar Tidak Melupakan Belaskasihan Allah

Selasa, 25 Agustus 2009

Bacaan : Mt. 23, 23-26

Perikope Injil hari mengajak kita bertemu dengan Yesus yang sedang mengecam para ahli Taurat dan orang Farisi oleh karena sikap dan prinsip mereka yang bertentangan dengan peran yang mereka emban. Semua orang tahu bahwa kelompok yang disebut Yesus ini adalah orang -orang yang sangat berpengaruh dalam kehidupan masyarakat Yahudi masa itu. Mereka adalah para penuntun dan pemimpin spiritual bangsa itu. Mereka mengajarkan orang banyak tentang tuntunan kepada kehidupan baik dalam kehidupan keagamaan maupun dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. Namun satu hal yang mereka abaikan ialah soal belaskasihan. Dan persis inilah yang dikritik Yesus.

Yesus berkata, "Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan kamu bayar, tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan. "

Mengapa belaskasihan itu jauh lebih penting dari pada pelaksanaan tradisi keagamaan? Yesus sesungguhnya kecewa dengan sikap mereka yang dianggap sebagai pemimpin agama Yahudi, orang yang bertugas untuk menggembalakan umat pilihan Allah BapaNya. Mereka terlalu sibuk dengan berbagai aturan kecil dan penjelasannya. Mereka menciptakan berbagai larangan dan perintah, hanya supaya orang kelihatan baik dan kudus secara jasmaniah, tetapi apa yang terpenting yakni jiwa peraturan itu yang mencerminkan belaskasihan dan kasih Allah dilupakan.

Ini sebuah tantangan yang ditujukan buat kita semua yang menamakan diri kita sebagai penuntun, pejabat, pendidik. Jangan sampai dalam berbagai langkah laku kita, kita melupakan jiwa dari segala peraturan dan hukum yakni keadilan, belaskasihan dan kesetiaan. Peraturan yang kita jaga untuk dijalankan tetaplah perlu, tetapi ia harus ditempatkan dalam bingkai keadilan dan belaskasihan yang bertujuan demi kebaikan bersama dan keselamatan manusia.

Tapi agar kita tidak melupakan hal prinsipiil di atas, kita perlu tetap rendah hati dan memohon Tuhan untuk menuntun kita kepada keselamatan dan kehidupan. Ia yang adalah Tuhan yang berbelaskasih, yang adil dan setia, kiranya menuntun kita kepada pelaksanaan hukum dan peraturan yang dijiwai oleh belaskasih, adil dan setia. Amin.

Copyright © 24 Agustus 2009, by Ansel Meo SVD

Tidak ada komentar: