Rabu, Agustus 05, 2009

251. "Guru, Betapa Bahagianya Berada di sini!"

Kamis, 06 Agustus 2009

Pesta Yesus Menampakkan KemuliaanNya

Bacaan : Mk 9, 2-10

Bagi kita yang terbiasa menyaksikan berbagai adegan film, kita tahu pasti bahwa di baliknya selalu memuat trik-trik yang menjadikan film itu enak ditonton. Ada efek cahaya, suara dan lain sebagainya yang dikombinasikan untuk memaksimalkan hasil. Ketika membaca Injil hari ini berkenaan dengan pesta Yesus menampakkan kemuliaanNya, kita disodorkan sebuah episode Injil tentang penampakan Yesus yang selalu membuat kita mengaguminya selalu. Tentu kita tidak sedang bicara tentang adegan film yang diberi tambahan seperti efek cahaya, efek suara, tetapi yang terjadi di sini adalah sebuah kejadian historis yang nyata terjadi dalam hidup Yesus dan pengalaman para muridNya.

Kejadian yang mengagumkan itu memiliki banyak arti dan simbol, baik menyangkut wajah Yesus yang bercahaya, perbincanganNya dengan Moses dan Elia, juga kehadiran hanya tiga saksi dari para muridNya memberikan kepada kita prakiraan tentang bagaimana hidup akhir ketika semua orang yang dipanggil oleh Tuhan dan percaya kepadaNya berada bersama Allah. Kenyataan bahwa ketiga murid ini sebetulnya masih dipenuhi rasa kagum luar biasa oleh perkataan dan perbuatan Yesus beberapa saat sebelum kejadian ini, mereka tambah tercengang menyaksikan bagaimana Yesus menampakkan kemuliaanNya. Itulah sebabnya, tanpa ragu sedikitpun Petrus mewakili mereka menyampaikan kata-kata hatinya yang penuh kekaguman, "Rabi, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia." Dengan ungkapan yang lebih bebas, Petrus ingin mengatakan, "Tuhan biarlah kita tinggal di sini merasakan suasana hidup abadi dalam Tuhan seperti hari ini."

Tapi mereka harus turun ke Yerusalem. Untungnya bahwa pengalaman yang mereka lihat di gunung saat itu pasti berpengaruh sangat besar buat mereka ketika menghadapi saat Yesus menderita dan wafat, walaupun dalam kisah-kisah sengsara, nampaknya hanya Yohanes yang selalu berjaga bersama Tuhan dan Gurunya di kaki salib. Sedangkan Petrus tidak demikianlah kenyataannya, karena kelemahan manusiawinya begitu menonjol sampai ia menyangkal Yesus sang Tuhan dan Gurunya. Namun itulah Petrus yang juga menyatakan ke-Allahan Yesus Gurunya.

Apakah yang dapat kita renungkan bagi hidup kita dari peristiwa Yesus menampakkan kemuliaanNya hari ini? Rupanya kita mesti mendengarkan sekali lagi suara dari langit yang terdengar dalam peristiwa itu. Injil mencatat, ....maka datanglah awan menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengar suara: "Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia." Dan sekonyong-konyong waktu mereka memandang sekeliling mereka, mereka tidak melihat seorangpun lagi bersama mereka, kecuali Yesus seorang diri.

Penegasan yang terdengar dalam peristiwa ini ialah bahwa Bapa memberikan putra yang amat dikasihiNya untuk mengembalikan lagi kepada manusia hak dan martabat sebagai anak-anak Allah. Suara yang telah menyatakan kesalahan Adam dan Eva di taman Firdaus, kini menyatakan bahwa status yang dulu hilang sekarang diperoleh kembali berkat Yesus PutraNya sendiri. Maka untuk mendapatkan status itu dengan sungguh, kita diminta untuk "mendengarkanNya", sebagai satu-satunya Sabda Allah terakhir dan definitif yang diperdengarkan kepada umat manusia.

Dalam perjalanan kita menuju Gunung Tuhan, kita sesungguhnya diberikan bekal yang menguatkan kita selalu, yaitu Roti Hidup yang adalah pemberian diri Yesus sendiri buat kita. Roti yang memberikan kita kekuatan untuk terus menapaki perjalanan menuju puncak Gunung Tuhan untuk menyaksikan Kemuliaan Allah yang sebenarnya. Kendatipun nanti kita harus mengalami kerasnya salib dan penderitaan di Yerusalem kehidupan kita, hendaknya kita tak patah semangat karena Tubuh Tuhan yang kita terima memberikan kita harapan yang pasti untuk menyaksikan sendiri kemuliaan Allah. Karena itulah kitapun pantas untuk bergembira dan menyatakan kepada Yesus Tuhan seperti halnya Petrus hari ini, "Guru, sungguh indah berada di sini bersama Engkau!"

Tuhan Yesus, Guru dan Juru Selamat kami. KemuliaanMu yang Kaunampakkan hari ini di hadapan para muridMU memberikan kami harapan yang kuat untuk tak patah semangat ketika harus memanggul Salib dan menderita. Terimakasih atas SabdaMu dan TubuhMu yang menguatkan kami dalam perjalanan kami mendaki Gunung SuciMu, Tempat Engkau bertakhta mulia bersama para kudusMu. AMIN.

Copyright © 05 Agustus 2009, by Ansel Meo SVD

Tidak ada komentar: