Selasa, Maret 24, 2009

153. Teladan Yang Menyikapi Sabda Tuhan

Rabu, 25 Maret 2009
Hari Raya Khabar Sukacita

Bacaan : Lk 1, 26 - 38

Seperti kebanyakan gadis di desanya, Maria adalah gadis sederhana yang hidup dalam kesunyian dusun Nasareth. Sebagai anggota suatu masyarakat yang peduli dengan hal-hal rohani, ia juga hidup dalam harapan akan Tuhan. Namun yang tak disadarinya sebagai seorang manusia bahwa Tuhan yang diharapkannya itu sesungguhnya tengah memperhatikan, menjaga dan membimbing dia secara sangat khusus, karena ia memang telah dipilih untuk menjadi ibu yang menghadirkan Yesus sebagai manusia di dunia. Tentang hal ini, kita mengetahuinya dari tradisi Gereja dalam ajarannya tentang Maria, Ibu Yesus.

Injil hari ini menegaskan ajaran ini sambil menampilkan satu aspek penting dalam hidup Maria. "Dalam bulan yang keenam Allah menyuruh malaikat Gabriel pergi ke sebuah kota di Galilea bernama Nazaret, kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria. Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata: "Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau." Maria terkejut mendengar perkataan itu, lalu bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam itu. Kata malaikat itu kepadanya: "Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah ..."

Dalam pertemuannya dengan malaikat utusan Tuhan, Maria hadir sebagai seorang yang mendengarkan Sabda Tuhan yang dibawa oleh utusan Allah itu. Ia menerimanya dan Injil masih melanjutkan bahwa Maria menjawab YA, yang berarti kendatipun sadar akan kelemahan manusiawinya, ia dengan bantuan rahmat Tuhan siap menjadi alat untuk menghadirkan Yesus bagi sesamanya. Apa yang terjadi padanya, hampir pasti dihubungkannya sendiri dengan kejadian kunjungan malaikat kepada imam Zakharia. Namun yang berbeda ialah bahwa Maria tak terus tinggal dalam sikap tak percaya tetapi menerima dan percaya bahwa apa yang dikatakan kepadanya adalah dapat dipercaya. Ia mendengar dengan setia Sabda itu, ia merenungkannya dalam hatinya dan ketika diperlukan jawaban dan sikap langsung darinya, ia mengatakan YA. Dan YA Maria inilah menjadi khabar gembira buat dunia, yang oleh Gereja dirayakan sebagai Hari Raya Khabar Sukacita hari ini.

Kisah seperti yang dialami Maria sebenarnya selalu terjadi setiap hari, ketika Sabda Allah diwartakan, ketika Sabda itu didengarkan dan kemudian direnungkan. Seperti kepada Maria, Sabda Allah yang disampaikan kepada kita selalu juga berisi penugasan untuk ditanggapi dan disikapi. Sikap dan tanggapan kita terhadap Sabda itu, kecil atau sederhana sekalipun, selalu memiliki efek terhadap dunia di sekitar kita. Karena itu penting sekali bahwa kita tidak bersikap masa bodoh ketika Sabda Allah dibacakan, didengarkan dan direnungkan. Karena Yesus Sang Sabda Allah menyapa kita dan meminta kita untuk menerimaNya, dan menjadikanNya sebagai hidup kita sediri.

Bila sikap Maria terhadap Sabda Allah yang diwartakan malaikat telah mengubah dunia secara mengagumkan oleh kehadiran Yesus Juruselamat, jawaban dan sikap kita terhadap sabda Tuhan yang dibaca dan direnungkan setiap hari, hendaknya membantu dunia dan lingkungan kita berubah.

Tuhan, BundaMu menjawab, "Aku ini Hamba Tuhan, jadilah padaku menurut perkataanMu!". Itulah sikapnya yang menghadirkan sukacita besar bagi dunia. Semoga kami tak masa bodoh berhadapan dengan setiap saat dan orang yang mewartakan SabdaMu, tetapi mengambil sikap yang tepat dan pantas, demi hadirnya cintakasih yang bisa mengubah wajah dunia kami ini. Amin.

Copyright © 24 Maret 2009 by Ansel Meo SVD

Tidak ada komentar: