Senin, 2 November 2009
Memperingati Para Arwah Kaum Beriman
Kebij 4: 7-15; Yoh 11:17-27
Kemarin kita merayakan pesta semua orang kudus dan pada hari ini kita berkumpul di sini, seturut sebuah tradisi yang indah, untuk mempersembahkan kurban Ekaristi demi mengenangkan dan mendoakan keselamatan jiwa para sama-saudara kita yang telah beralih dari hidup di dunia ini. Doa-doa kita pada sore hari ini dimotivir dan diinspirir oleh misteri komunio para kudus, sebuah misteri yang barusan kita refleksikan secara baru pada hari kemarin, guna memahaminya, menyambutnya dalam hati dan pikiran kita serta menghayati dan menghidupinya secara lebih intensif.
Di dalam komunio ini, kita secara khusus mengingat kembali dengan perasaan hormat yang mendalam para arwah orang-orang beriman. Kita percaya dan yakin bahwa mereka kini hidup bersama Allah yang hidup. Kita mau berdoa bagi mereka semua, membiarkan diri kita dirasuki dan diterangi oleh Sabda Tuhan yang barusan kita dengarkan bersama.
Bacaan pertama, sebuah kutipan dari Kitab Kebijaksanaan (Keb. 4:7-15) telah mengingatkan kita bahwa kehormatan seseorang tidak diukur menurut panjangnya usia dan tidak dihitung menurut jumlah tahun, tetapi didasarkan pada kebijaksanaan dan hidup yang baik, hidup yang jujur dan tak bercelah. Dan jika Allah harus memanggil orang yang benar kepada-Nya, itu merupakan sebuah desain cinta atau rencana kasih baginya. Kematian orang-orang beriman sesungguhnya merupakan suatu undangan untuk mengalami kepenuhan hidup seturut rencana Allah sendiri. Inilah landasan bagi kegembiraan kita meski harus mengalami peristiwa kehilangan dari orang-orang yang kita kasihi. Firman yang juga memberikan penghiburan dan kekuatan yang tak terhingga ialah Sabda Yesus sendiri: “Akulah kebangkitan dan kehidupan. Barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup, sekalipun sudah meninggal. Bagi orang yang percaya tak ada kematian; yang ada hanyalah kehidupan.
Sabda Kehidupan dan Pengharapan ini tentu memberikan penghiburan yang mendalam kepada kita dihadapan misteri kematian. Hari ini Tuhan meyakinkan kita bahwa bapa-ibu dan saudara-saudari kita yang terkasih, bagi mereka kita mendoakannya secara khusus di dalam Misa Kudus ini, beralih dari kematian menuju kehidupan karena mereka telah memilih Kristus, mereka telah menyambut dengan sabar pahit dan manisnya beban kehidupan-Nya; dan mereka telah mengabdikan seluruh diri mereka kepada pelayanan terhadap saudara-saudari Kristus. Oleh karena itu, seandainya mereka harus menjalani masa pemurnian karena kelemahan-kelemahan manusiawi, akan tetap membantu kita untuk berkanjang dalam kerendahan hati, menolong kita untuk tetap setia kepada janji-janji Kristus bagi mereka untuk masuk ke dalam kebebasan anak-anak Allah. Walaupun kepergian mereka meninggalkan duka dalam diri kita, peristiwa kehilangan itu membuat kita bersedih, iman akan kebangkitan akan tetap memberikan kita pengharapan. Dan pengharapan itu merupakan jangkar keselamatan bagi setiap orang yang percaya kepada Kristus.
Lewat kurban Ekaristi yang merupakan pembaruan dan pengulangan dari kurban Golgota, Yesus setiap kali menawarkan jalan menuju keselamatan yang kekal bagi semua orang. Itulah tempat singgahan, tempat istirahat, tempat menimba kekuatan baru untuk bisa berlayar lebih pasti menuju tanah air surgawi. Itulah pula tanjung harapan baik bagi orang Kristen, tempat kita menatap penuh harap akan datangnya saat kepenuhan janji-janji Allah bagi kita.
Kristus adalah Kebangkitan dan Kehidupan adalah pokok pengharapan kita. Dan Kristus yang adalah pokok harapan kita itu adalah Sauh, Jangkar bagi jiwa kita. Dan altar, di mana Kristus sudah dilabuhkan di belakang tabir, adalah tanjung atau pelabuhan yang penuh harapan, yang dengan pasti mengarahkan kita di jalan yang benar menuju surga. Maka lewat altar ini, tanjung harapan iman itu, marilah kita mempersatukan doa-doa kita dan mempersembahkannya kepada Allah Bapa segala kebaikan dan belaskasih, sehingga melalui doa-doa permohoan santara Perawan Maria, dan semoga api cinta Kristus berkenan membersihkan segala ketaksempurnaan saudara-saudarakita dan membarui mereka untuk menyembah dan memuji kemuliaan-Nya. Dan kita pun berdoa agar kita yang masih berziarah di dunia ini, akan selalu mengarahkan mata dan hati kita kepada tujuan pokok yang kita rindukan, rumah Bapa di surga. Amin.
Copyright 2 November 2009, by: P. Paskalis B. Keytimu, SVD