Minggu, 01 Nopember 2009
Pesta Semua Orang Kudus
Bacaan : Why 7, 2-4.9-14; 1 Yoh 3,1-3; Mt 5,1-12
Ketika berjalan-jalan di sekitar Collegio beberapa hari yang lalu, saya sempat melontarkan pertanyaan kepada salah seorang sama saudara saya. "Apa saja yang perlu saya sampaikan berkenaan dengan Pesta Hari Raya Para Orang Kudus?" tanyaku ketika itu. Dan enteng saja dia menjawab, "Akh, gampang saja. Syeringkan saja tentang kenyataan bahwa kita semua dipanggil kepada kekudusan, berangkat dari ajaran dan pemahaman bahwa kita semua adalah anak-anak Allah. Hemat saya jawabannya benar karena bacaan-bacaan hari ini menegaskan kembali tentang hal itu.
Bersama Gereja, kita merayakan hari ini Pesta semua orang Kudus. Siapakah sesungguhnya orang kudus yang kita hormati pada hari ini? Semua orang kudus, tetapi mengapa kita mesti mengenangkan mereka semuanya? Paus Benediktus XVI memberikan kepada kita satu dari sekian banyak jawaban, "Orang kudus yang kita maksudkan bukanlah mereka yang termasuk dalam kasta pilihan paling khusus dalam gereja, tetapi satu kumpulan orang dengan jumlah tak terbatas. Dalam persekutuan orang kudus ini, bukan hanya mereka yang dikenal secara resmi sebagai orang kudus oleh Gereja, tetapi semua orang yang dibaptis dari segala zaman dan segala bangsa. Mereka ini dalam hidupnya selalu dan telah mencari kehendak Allah dengan cinta dan setia. Banyak dari mereka tak kita kenal baik wajah bahkan nama, tetapi dalam iman kita melihat mereka sedang bercahaya bagaikan bintang-bintang yang cemerlang, penuh dengan kemuliaan Allah."
Mengangkat kenyataan bahwa orang yang dipermandikan adalah bagian dari persekutuan para kudus itu, santu Yohanes hari ini justru mengingatkan kita tentang cinta Allah yang membuat kita pantas disebut sebagai anak-anakNya dan memang demikianlah kita sesungguhnya. Katanya, "Lihatlah, betapa besar kasih yang dikarunikan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah.." Untuk Yohanes Rasul, merenungkan kemuliaan para kudus tidak hanya menunjukkan kepada kita tentang tujuan akhir hidup kita sebagai orang pilihan Allah tetapi juga asal dari mana kita datang.
Tetapi apakah kita mesti memisahkan diri dari dunia ini untuk menjadi kudus? Rasanya tidak. Merenungkan kehidupan para kudus, kita diyakinkan bahwa kita bisa mencapai kekudusan lewat keseharian hidup kita. Dan hal itu dinyatakan pula dalam bacaan hari ini. Secara istimewa bacaan Injil yang melukiskan tentang sabda bahagia yang disampaikan oleh Yesus. Sabda Bahagia ini hendaknya tidak kita lihat sebagai syarat yang harus dipenuhi agar orang menjadi sempurna, tetapi hendaknya dipahami sebagai kondisi dasariah yang perlu dalam perjalanan kita menuju Allah. Karena jika tidak, maka kita sesungguhnya berada di jalan lain, dan bukan dalam perjalanan menuju Allah.
Kita berdoa hari ini, semoga para kudus membantu kita dengan doa mereka, agar kita bisa mencontohi mereka yang menghidupkan sabda Bahagia Yesus sebagai prinsip utama yang menemani mereka dalam perjalanan menuju kemuliaan di dalam Allah. Amin.
Copyright© 01 November 2009, by Anselm Meo, SVD
Tidak ada komentar:
Posting Komentar