Kamis, 24 Desember 2008
Vigili Natal
Bacaan: Yes 9:2-4.6-7; Titus 2: 11-14; Lk 2: 1-6
Akhirnya Natal itu hadir sekarang dan di sini. Selama empat Minggu kita setia dalam penantian sambil berdoa demi datangnya berkat-berkat Natal. Pada hari ini, ya pada malam ini, para malaikat membawa khabar baik tentang kegembiraan besar bagi seluruh umat: "Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus Tuhan di kota Daud." Kelahiran Kristus membawa kegembiraan besar dan damai bagi dunia, bagi seluruh umat manusia.
Natal telah mengumandangkan kegembiraan kepada kita, dan itu benar, tapi bagaimana kegembiraan itu menjadi bagian yang tak terpisahkan dari hidupku? Saya kira, itulah pertanyaan yang sangat penting saat ini untuk kita masing-masing. Sekalipun Allah telah memaklumkan kegembiraan kepada seluruh dunia, namun kita tahu, ada begitu banyak orang di antara kita di dunia ini yang tidak merasakan aliran rahmat kegembiraan itu, banyak dari antara kita yang belum tahu tentang bagaimana menimba kegembiraan itu dan menghayatinya sebagai bagian dari hidupnya sendiri.
Pertanyaan kita adalah "Bagaimana kegembiraan Natal itu menjadi kegembiraan kita sebagai pribadi? Memang lebih mudah untuk menjelaskan tapi sungguh berat untuk mempraktekkannya. Walaupun demikian saya ingin menjelaskan kegembiraan ini dengan meminjam kata JOY yang digunakan oleh masyarakat di negerinya Pangeran Charles.
JOY kata Bahasa Inggris yang berarti gembira. Ada tiga huruf yang membentuk kata JOY. Pertama, J, kemudian O dan terakhir Y. J berarti Jesus, O untuk Others dan Y untuk You. Dengan demikian JOY artinya YESUS, SESAMA, ANDA. Maka untuk sungguh-sungguh mengalami kegembiraan itu dalam hidup, pertama-tama kita perlu menempatkan Yesus di atas segala-galanya, lalu berusaha mempersilakan sesama sebelum anda mempersilakan dirimu sendiri. Inilah resep untuk Kegembiraan. Itulah pula caranya kita mengubah Kegembiraan Natal kepada dunia ke dalam suatu kegembiraan pribadi dalam hidup kita sekarang dan selalu.
Sebagaimana kita telah mendengarkan cerita Natal, kini saatnya untuk menaruh perhatian kepada interaksi yang terjadi di antara umat di lingkungan kita masing-masing. Apakah anda senantiasa berusaha mendahulukan Yesus dan sesama, atau, anda lebih tertarik pada upaya mendahulukan diri sendiri? Kita akan menemukan bahwa mereka yang mempraktekkan: mendahulukan Yesus, sesama, lalu diri sendiri adalah orang-orang yang sungguh-sungguh mengalami Damai dan Kegembiraan itu, ketimbang orang-orang yang lebih berminat untuk mendahulukan diri sendiri. Berikut ini ada beberapa contoh yang coba direfleksikan berdasarkan peristiwa dari Kitab Suci.
Di satu pihak, kita tahu bahwa cukup banyak warga Betlehem menolak Yosef dan Maria di tengah dinginnya malam, sementara mereka menikmati hangatnya malam di rumah mereka masing-masing. Di sana ada pula Herodes yang ingin mengamankan dirinya sebagai raja dengan mengeluarkan perintah untuk membunuh Yesus dan anak-anak lain yang tak berdosa. Orang-orang ini tidak pernah memperoleh pengalaman kegembiraan dari kabar baik.
Pada sisi yang lain, para gembala rela meninggalkan segala milik mereka, domba-dombanya, melewati semak-semak karena ingin menghormati Yesus. Ada pula tiga raja atau orang-orang bijak dari Timur yang meninggalkan keamanan hidup di tanah airnya dan rela melakukan suatu perjalanan panjang yang berbahaya menuju Yerusalem demi menyembah bayi Yesus yang baru lahir sekaligus mempersembahkan kado kepada-Nya. Mereka adalah orang-orang yang menerima kemurahan Allah, orang-orang yang mengalami dalam hatinya Damai dan Kegembiraan Sejati Natal.
Maka, hendaklah kita mengikuti contoh-contoh baik dari mereka dengan selalu menempatkan Yesus dan Sesama sebelum diri sendiri dan dengan ini kegembiraan Natal akan selalu bersama kita. Amin.
Copyright © 22 Desember 2008 by Paskalis Berkmans, SVD