Sabtu, 11 Juli 2009
Pesta Santu Benedictus Abas
Masa Biasa
Bacaan: Matius 10: 24-33
Ketika Yesus memaklumkan Kerajaan Allah, Ia berhadapan dengan pihak opsisi dan orang-orang yang setia kepada ajaran-Nya. Ia mengingatkan murid-murid-Nya bahwa mereka pun akan melewati pengalaman tersebut jika mereka ingin hidup dan mewartakan Kerajaan Allah. Sebagaimana Yesus harus memikul Salib-Nya karena dosa-doa kita, demikian juga murid-murid-Nya harus memikul salib mereka masing-masing dan bukannya mengelakkannya.
Himbauan Yesus ternyata menggentarkan hati para murid. Injil hari ini mengidentifikasi dua model ketakutan, antara lain “ takut akan tuduhan palsu dan penghukuman, di satu pihak; dan takut akan kehancuran dan kematian badaniah. Para murid telah menjadi saksi tentang akal bulus para pemimpin Yahudi. Mereka ahli dalam strategi menutupi fakta, ahli tentang seluk-beluk bersaksi palsu dan ahli dalam membakar semangat orang-orang yang tidak berdosa untuk berpihak kepada mereka dan menentang Yesus. Singkatnya, mereka ahli dalam menutupi kebenaran dan pandai untuk merayakan suatu kebohongan. Semua hal ini mengitari pikiran para murid dan merasuki hati mereka yang berbuntut pada kecemasan bahkan ketakutan.
Yesus tahu tentang apa yang tengah menghantui pikiran dan merasuki hati murid-murid-Nya. Karena itu, Ia meneguhkan mereka dengan menunjukkan cara untuk mengatasi ketakutan, yakni agar para murid tidak memusatkan perhatian pada kenyataan sekarang dan di sini, tetapi segalanya harus diarahkan kepada kedatangan Kerajaan Allah. Kata-kata-Nya kepada para murid-Nya: “Janganlah kamu takut terhadap mereka, karena tidak ada sesuatu pun yang tertutup yang tidak akan dibuka, dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi yang tidak akan diketahui” (Mt 10: 26). Berhadapan dengan kenyataan-kenyataan ini, Yesus meminta para murid-Nya untuk berpaling kepada diri-Nya yang telah mengalahkan kematian dan bangkit dengan mulia. Ini juga menjadi tanda dan bukti bahwa kedok kebohongan dibuka dan ditelanjangi, kebenaran bersinar cemerlang dan keadilan ditegakkan. “Janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka” (Mt 10: 28).
Ketakutan merupakan suatu daya yang maha dahsyat. Ia dapat membimbing kita ke dalam suasana panik dan pusing tujuh keliling atau ia dapat memacu iman dan tindakan. Takut akan Allah merupakan penangkal/pencegah kepada ketakutan akan kehilangan diri sendiri. “Aku telah mencari Tuhan dan Ia menjawab aku; dan melepaskan aku dari segala kegentaranku. Takutlah akan Tuhan, hai orang-orang-Nya yang kudus, sebab tidak berkekurangan yang takut akan Dia. Marilah anak-anak, dengarkanlah aku, takut akan Tuhan akan kuajarkan kepadamu” (Mzm 34: 5.10.12). Takut akan Allah akan membimbing kita kepada kematangan iman, kebijaksanaan dan pengadilan yang benar dan akan membebaskan kita dari tirani dosa, kejahatan dan tipu muslihat setan.
“Tuhan Yesus, adalah kegembiraanku dan merasa terhormat menjadi murid-Mu. Berikanlah aku kekuatan dan keteguhan hati untuk bersaksi sekalipun harus menghadapi tantangan, kesulitan dan penderitaan di jalan pelayanan. Semoga aku tetap setia menjadi saksi kegembiraan Injil kepada sesamaku.” Amin.
Copyright@ 11 Juli 2009 by: P. Paskalis B. Keytimu, SVD