![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEguoxGeuJN3MzYhri9PD3IZ2M-ukuIOO_JZYcv9hy9bp0JjVZwo73i8oYQil27Od04dQZli4l0m94Z5wKMIIw-89KWTu3niJEXwC9XpRhjQh2AGVFV__CUc4-MER7gXr-KN-U5mNSR26xwT/s400/10.bmp)
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh_VwGT5AVX07KfxhenFFt4alaMzzZ3Nyz_Thnc5tAAMqgLxiYODQAG0DHCrAuEupZfCDmxhtXRaHTI6lY5GcKblhtXbFNkz23tXx9pNwynC_yijStSrDeRZUcoLAXVKeX_SJP0-FoBXSZ2/s400/15.bmp)
Dalam kisah ini Yohanes melukiskan ketegangan yang semakin tinggi antara orang Yahudi dan Yesus dari Nasareth. Yohanes melukiskan ketegangan sekian rupa sehingga nampak bahwa yang terjadi adalah persaingan jumlah pengikut. Para pemimpin agama Yahudi melihat bahaya kehilangan pengikut di antara orang Yahudi. Sudah banyak orang yang berbalik dan menjadi percaya kepada Yesus. Bila ini berlangsung terus maka akan terjadi kekerasan fisik antara para pengikut agama Yahudi dan para pengikut Yesus. Dengan demikian orang Roma akan datang menyerang orang Yahudi yang sedang saling berkelahi itu sehingga musnahlah orang Yahudi seluruhnya. Untuk mencegah hal itu terjadi, pemimpin muda yang sedang naik daun ini, Yesus dari Nasareth dibunuh saja.
Itulah jalan pikiran yang disampaikan oleh Kaifas, Imam Agung yang sedang berkuasa pada masa Yesus. Jelaslah bahwa di mata pemimpin agama Yahudi masa itu, Yesus menjadi batu sandungan bagi ketenangan mereka selama ini. Yesus dijadikan kambing hitam atas berkurangnya para pengikut pemimpin agama Yahudi. Dari jalan pikiran agama mereka Yesus dari Nasareth itu memang pemuda luar biasa. Tapi mereka tidak sampai pada kesimpulan bahwa Yesus memang Anak Allah karena melakukan berbagai tanda bahwa Mesias telah datang.
Ketika bangsa Indonesia sedang hangat-hangatnya memasuki hari-hari penting untuk menentukan pilihan Wakil Rakyat dan Pemimpin Negara, kisah Yesus ini memberikan banyak inspirasi. Persaingan pengaruh atau pengikut amat nampak pada saat kampanye. Setiap orang akan berusaha menyingkirkan pesaingnya dengan berbagai cara.
Kisah Yesus menjadi nyata dan berbicara banyak pada saat ini. Kita bisa melihat bahwa kisah Yesus adalah kisah kita. Satu hal pasti bahwa demi memiliki dan mempertahankan pengaruh atas banyak orang, orang bisa mengorbankan apa saja, bahkan menghilangkan sesama manusia, orang-orang sebangsa.
Tuhan Yesus, kisah hidupMu adalah kisah kami. Semoga aku menjadi sadar bahwa apa yang aku sering menjadi pelaku dalam kisahMu itu yang terjadi pada masa ini dalam bentuk yang lain. Amin.
Copyright © 03 April 2009 by Paulus Tolo, SVD
Dari bacaan Injil hari ini, kita mesti bertanya, mengapa orang Yahudi begitu membenci Yesus? Apakah yang telah dibuat Yesus? Atau apakah Yesus memang berbuat jahat terhadap mereka? Kebencian mereka kepada Yesus bukanlah karena Ia melakukan sesuatu yang buruk terhadap mereka, tetapi karena Ia memberikan kesaksian dalam kata dan dalam perbuatanNya tentang kebenaran, yang untuk mereka sungguh-sungguh tak bisa mereka terima. Pewartaan dan ajaran Yesus menelanjangi praktek-praktek keagamaan mereka, yang kelihatannya bagus tetapi di dasarnya menyembunyikan segala praktek ketidakadilan kepada yang lemah, miskin dan orang asing.
Itulah yang dikedepankan Yesus dalam Injil hari ini, sebagaimana Yohanes melukiskannya, "Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu." Jawab mereka: "Kami adalah keturunan Abraham dan tidak pernah menjadi hamba siapapun. Bagaimana Engkau dapat berkata: Kamu akan merdeka?" Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa. Dan hamba tidak tetap tinggal dalam rumah, tetapi anak tetap tinggal dalam rumah. Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamupun benar-benar merdeka."
Perdebatan tentang kebebasan oleh karena orang Yahudi adalah keturunan Abraham dijawab Yesus dengan cara menunjukkan bahwa apa yang dibuat Abraham yakni percaya dan hidup dalam kebenaran yang diterimanya dari Allah sama sekali tidak dijalankan oleh orang Yahudi masa itu. Kemerdekaan sejati yang Yesus tunjukkan adalah terletak dalam kesetiaan kepada apa yang dilakukan Abraham. Bahwa Abraham percaya kepada Allah dan Abraham menghidupkan praktek keadilan kepada siapapun yang hidup bersama dia. Nah, jika orang Yahudi mengklaim bahwa mereka sungguh anak Abraham dan karenanya bebas, seharusnya tampak dalam kenyataan hidup mereka. Justru inilah yang gagal mereka tunjukkan kepada dunia di sekitar mereka dan kepada Yesus.
Sebuah pelajaran untuk kita masa ini. Kepercayaan dan kesetiaan kita kepada Allah yang menghendaki kebaikan bagi kita seharusnya terus kita tunjukkan juga pada saat kesulitan dalam hidup dan dalam iman. Kalau kita setia kepada Allah dan wartaNya hampir pasti kita akan dibebaskan pada saat mengalami kelusitan da tantangan. Persis inilah yang ditunjukan oleh orang Kristiani pada awal masa kekristenan, yang tahan terhadap penindasan, penganiayaan. Mengapa? Karena mereka menemukan bahwa kebenaran dan kemerdekaan sejati memang hanya ada dalam Allah yang mengasihi mereka.
Lebih dari itu, cara terbaik untuk menghidupkan kebenaran sejati itu ialah dengan mengasihi seperti Kristus dan Bapa mengasihi kita. Karena demikian kataNya hari ini, "Jikalau Allah adalah Bapamu, kamu akan mengasihi Aku, sebab Aku keluar dan datang dari Allah. Dan Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, melainkan Dialah yang mengutus Aku.
Tuhan Yesus, ajarilah kami semua para pngikutMu untuk mengashi lebih sungguh siapapun yang kami jumpai dan hidup bersama kami. Hanya dengan cara demikianlah kami membuktikan bahwa kami memiliki Bapa sebagai Allah kami yang sama dan Engkau adalah Tuhan kami. Amin.
Copyright © 30 Maret 2009 by Ansel Meo, SVD
Memang tidak gampang menunjukkan bahwa sengsara Yesus adalah jalan menuju kemuliaanNya. Tetapi dari penggalan Injil Yohanes yang kita renungkan hari ini hubungan itu rasanya tak sulit ditemukan. "Maka kata Yesus: "Apabila kamu telah meninggikan Anak Manusia, barulah kamu tahu, bahwa Akulah Dia, dan bahwa Aku tidak berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri, tetapi Aku berbicara tentang hal-hal, sebagaimana diajarkan Bapa kepada-Ku. Dan Ia, yang telah mengutus Aku, Ia menyertai Aku. Ia tidak membiarkan Aku sendiri, sebab Aku senantiasa berbuat apa yang berkenan kepada-Nya." Setelah Yesus mengatakan semuanya itu, banyak orang percaya kepada-Nya.