Senin, 29 Juni 2009
Hari Raya Santu Petrus Dan Santu Paulus Rasul
Kis 12:1-11; 2Tim 4:6-8.17-18; Mt 16: 13-19
Persatuan/kesatuan adalah kekuatan. Inilah pikiran utama yang mungkin lagi mewarnai benak kita saat ini - ketika kita berkumpul bersama untuk mengucapkan syukur kepada Allah atas anugerah kedua rasul agung, Santu Petrus dan Santu Paulus. Pada jamannya, keduanya tidak begitu akur dalam mengemban misi yang dipercayakan Kristus. Ada banyak alasan yang mendasarinya. Petrus dipanggil langsung oleh Yesus dan diserahkan “kunci Kerajaan Surga (Mt 16: 16-18). Setelah Yesus naik ke Surga, Petrus langsung mengambil alih otoritas kepemimpinan atas para rasul sesuai dengan janji Kristus sendiri. Ada lagi keunikan yang satu ini, entah dalam bentuk patung atau pun gambar kudus, Petrus selalu ditampakkan dengan memegang kunci di tangannya. Sementara Paulus barangkali tidak pernah bertemu dengan Yesus dari muka ke muka. Apalagi ia pernah sebagai seorang penganiaya pengikut-pengikut Kristus. Pertobatannya justru terjadi karena ia mengalami penglihatan dalam suatu perjalanan menuju Damaskus. Inspirasi dan dan model pemakluman Injil didasarkan pada pengalaman penglihatan juga pengalaman karismatisnya. Ia dilukiskan dalam patung atau gambar-gambar kudus atau dengan pedang atau buku di tangannya. Singkatnya, kedua rasul agung ini dalam banyak hal berbeda secara menyolok. Petrus lebih dijuluki sebagai rasul bagi bangsa Yahudi sementara Paulus dikenal dengan sebutan rasul bagi kaum kafir. Paulus pernah beradu argumentasi secara terbuka dengan Petrus tentang apakah orang-orang Kristen Yahudi boleh duduk makan bersama dengan orang-orang Kristen yang berasal dari kaum kafir (Gal 2).
Santu Petrus dan Santu Paulus, de facto, memiliki perbedaan sepanjang masa hidup mereka, namun keduanya memiliki kesamaan dalam hal kematian mereka. Keduanya menyerahkan hidupnya ke pangkuan Bapa di Surga sebagai martir-martir di kota yang sama di Roma sekitar tahun 64-67 A.D. Gereja perdana mengenali keduanya sebagai dua pilar utama dari Gereja Kristus. Kenyataan ini lalu diabadikan dalam gambar-gambar kudus di mana Petrus di tempatkan di sisi kanan dan Paulus di sisi kiri. Dengan menempatkan keduanya dalam satu gambar, bersatu demi Gereja Kristus, Gereja sesungguhnya mengirimkan pesan kepada putra-putrinya dewasa ini bahwa mereka semua pun seharusnya dipersatukan kendati ada perbedaan entah sebagai individu pun karena perbedaan tempat, dalam membentuk satu Gereja Allah.
Pada zaman Gereja perdana memang ada kecenderungan untuk membentuk semacam fraksi-fraksi (tentu tidak sebanyak dengan fraksi-fraksi yang kita kenal di DPR. Ada Golkar, atau PDIP, PAN, PPPK dll), dan setiap fraksi mengklaim untuk mengikuti salah satu pemimpin dari para rasul atau para misionaris. Inilah salah satu alasan mengapa Paulus menulis Surat Pertama kepada umat di Korintus. Umat Korintus terpecah-pecah sebagai pengikut-pengikut Paulus, atau Petrus atau juga pengikut-pengikut Apolos. Dalam nada yang keras Santu Paulus mengingatkan mereka bahwa pemimpin-pemimpin manusia, semuanya sama dalam hal status, yakni sebagai hamba-hamba dari satu-satunya Kristus. Karena itu, Kristus seharusnya menjadi fokus perhatian umat dan bukan pada pemimpin-pemimpin manusia. “Karena itu, janganlah ada orang yang memegahkan dirinya atas manusia, sebab segala sesuatu adalah milikmu: baik Paulus, Apolos, maupun Kefas, baik dunia hidup maupun mati, baik waktu sekarang maupun waktu yang akan datang, semuanya kamu punya. Tetapi kamu adalah milik Kristus dan Kristus adalah milik Allah” (1Kor 3:21-23).
Pemisahan di antara para pengikut Kristus merupakan masalah yang dihadapi di zamannya Paulus. Perpisahan dan perpecahan itu juga kini dialami oleh pengikut-pengikut Kristus di zaman yang makin canggih bahkan serba canggih ini. Seperti orang-orang Kristen di Korintus, demikin juga orang-orang Kristen dewasa ini, dibagi-bagi, entah di bawah otoritas absolut dari John Calvin, atau Jon Wesley atau pun Paus Benedictus XVI. Kita semua semisal jari-jari yang lemah yang tidak dapat merangkul satu terhadap yang lain dan mempersatukan ke dalam satu kekuatan. Keterpecahan orang-orang Kristen merupakan sebuah skandal yang melemahkan kesaksian Kristiani kepada dunia. Bagaimana Gereja-Gereja Kristen mewartakan cinta kasih dan kesatuan, pengampunan dan rekonsiliasi kepada dunia sementara mereka sendiri hidup dalam perpecahan, tidak sanggup saling mengampuni dan berdamai?
Malah perpecahan itu terlihat dan terjadi di dalam dinding Gereja yang sama. Ada celah perpecahan yang tampak dengan jelas. Setelah dua ribuan tahun Gereja Kristen berdiri, masih saja terlihat kelompok-kelompok umat Allah yang memberi label pada kelompoknya sebagai konservatif atau liberal. Konservatif adalah mereka yang mengidentifikasi dirinya dengan otoritas institusional dari Santu Petrus, berperang melawan yang liberal; dan liberal adalah kelompok yang mengidentifikasikan dirinya dengan visi karismatis Santu Paulus, berperang melawan yang konservatif. Lewat mengikat-satukan pesta Santu Petrus dan Santu Paulus, Gereja sebetulnya mengundang kita semua, putra-putrinya untuk melihat melampaui pemisahan konservatif - liberal dan menemukan suatu kesatuan dan persatuan yang lebih mendalam di dalam Kristus. Gereja Kristus membutuhkan wadas/batu karang kepemimpinan Santu Petrus juga vitalitas/daya hidup penglihatan karismatis Santu Paulus. Kesatuan Kristiani, seperti kesatuan Santu Petrus dan Paulus, bukan kesatuan dalam keseragaman melainkan kesatuan dalam perbedaan. Hari ini Gereja mengingatkan kita bahwa meskipun sebagai individu pun sebagai komunitas-komunitas ada yang lebih condong kepada gaya Santu Petrus dan yang lainnya lebih memilih gaya Santu Paulus, namun kita seharusnya tidak membiarkan pemisahan dan perpecahan di antara kita, karena kita semua adalah pertama, terutama adalah pengikut-pengikut dari satu Tuhan, Yesus Kristus dan putra-putri dari satu Allah, Bapa kita.
"Tuhan Yesus, aku mengakui dan percaya bahwa Engkau adalah Kristus, Putra Allah yang hidup. Engkau adalah Tuhanku dan Penyelamatku yang telah membebaskan aku dari tirani dosa dan beban kesalahan. Buatlah imanku semakin kokoh seperti iman kedua rasul agung-Mu, Santu Petrus dan Paulus dan anugerahkanlah kepadaku keberanian untuk bersaksi tentang Dikau kepada sesama sehingga mereka pun boleh datang untuk mengenal Dikau sebagai Tuhan dan Penyelamat. Anugerahkanlah kepadaku kedalaman pemahaman akan rahmat pewahyuan untuk menyelami keanekaan kebenaran Kristiani. Dengan rendah hati aku mengakui bahwa aku tak dapat sampai kepada kepenuhannya dengan usahaku sendiri tetapi harus membiarkan Engkau menuntun aku dengan tangan-Mu yang kudus.” Amin.
Copyright © 28 Juni 2009, by: P. Paskalis B. Keytimu, SVD