Jumad, 26 Juni 2009
Masa Biasa
Bacaan: Matius 8: 1-4
Seorang konsultan kesehatan ketika melakukan supervisi pada Fakultas Kesehatan, berceritera kepada para mahasiswa dan mahasiswi sebagai berikut. Ada seorang wanita yang tengah menderita kanker payudara pada stadium III. Tumor itu terus bertumbuh dan dari waktu ke waktu semakin menyebabkan penderitaannya bertambah berat. Namun wanita tersebut tidak pernah mau berkonsultasi dengan dokter guna mendapatkan perawatan dan pengobatan. Ia dirundung oleh perasaan malu dan dibenaknya selalu terbayang pikiran bahwa ia hanya akan menyita waktu dan kesibukan dokter karena de facto kondisinya makin memprihatinkan. Pikirnya, dokter tidak akan sanggup menyembuhkannya. Ketika usai membentangkan sikap wanita tersebut dalam menghadapi penderitaannya, sang konsultor lalu mengingatkan para mahasiswa dan mahasiswi untuk bersikap pro-aktif bila berhadapan dengan pasien-pasien yang dengan mudah merasa malu bila menghadapi penyakit-penyakit yang ganas seperti kanker. Ia menghimbau para mahasiswa dan mahasiswi untuk selalu pekah dan sigap membantu para pasien dengan pola perilaku seperti wanita tersebut.
Pola perilaku kita pun tidak jauh berbeda dengan wanita dalam ceritera di atas dalam berhubungan dengan Allah. Kita tidak suka mendekati Allah atau kita merasa dan berpikir bahwa Allah akan mengurangi dan menghalau dari kita persoalan dan kesulitan yang suka kita hadapi atau yang gemar kita lakukan. Tapi ini sesungguhnya suatu pola pikir yang sangat berbahaya, yang dihimbau oleh Injil hari ini untuk dihalau dari kehidupan kita sebagai orang-orang beriman. Ucapan syukur si penderita kusta barangkali tidak dilakukan berdasarkan cara berpikir demikian, namun ada sesuatu yang baik dan indah daripadanya yang patut kita contohi, yakni keberanian dan kepercayaan dirinya dalam mendekati Yesus. “Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku” (Mt 8:2). Dan apa yang terjadi? Yesus langsung menanggapi atau tanpa ragu-ragu menjawabi permohonannya. “Aku mau, jadilah engkau tahir” (Mt 8: 3). Kita semua membutuhkan untuk dibersihkan, dimurnikan dan disembuhkan oleh Kristus. Kita semua memikul luka-luka dosa dan aneka beban kesalahan. Yesus adalah satu-satunya Pribadi yang dapat memurnikan dan membersihkan kita. Dan itu tampak jelas dari kisah Injil hari ini, suatu janji akan penyambutan yang hangat dan penuh cinta.
Kita mengalami pemurnian dan pembersihan atas dosa dan kesalahan kita dari Kristus secara mengagumkan lewat Sakramen Pengakuan. Melalui rahmat Sakramen ini kita dapat mengalami secara langsung sentuhan penyembuhan, pemurnian dan pembersihan dari Kristus sendiri. Melalui Sakramen tersebut kita dapat merasakan cinta dan belaskasih yang nyata dan hidup dari Kristus. Untuk itu, kita perlu bertumbuh dalam kepercayaan diri dan siap mendengarkan Tuhan yang berkata: “Aku mau, jadilah engkau tahir dan merasakan dalam hati kita kegembiraan penyembuhan dan pengampunan Allah.
“Tuhan Yesus, dengan, dan melalui Roh Kudus, semoga aku terus berusaha untuk bertumbuh dalam pengetahuan, pemahaman dan kebijaksanaan bahwa hanya dalam cinta-Mu aku disembuhkan, dibaharui dan diampuni.” Amin.
Copyright © 24 Juni 2009, by: P. Paskalis B. Keytimu, SVD
Tidak ada komentar:
Posting Komentar