Hari raya ini dibuat untuk menghormati St. Yosef, Suami Santa Perawan Maria. Suatu hari raya penting untuk melihat peranan Santu Yosef dalam sejarah kesalamatan umat manusia. Perikop yang digunakan untuk perayaan ini diambil dari kisah asal usul dan kelahiran Yesus, Juruselamat kita. Penginjil Mateus menempatkan kisah ini untuk menunjukkan betapa St. Yosef mempunyai peranan penting dalam menjaga kesinambungan garis keturunan raja dalam diri Yesus. Dengan itu identitas Yesus sebagai raja mempunyai dasar ketika dilihat dari garis keturunannya.
Berkenaan dengan hari raya St. Yosef ini, perikop ini menunjuk sisi lain dari pribadi St. Yosef sebagai seorang yang memiliki jiwa besar untuk masuk dalam satu urusan yang sama sekali ia tidak ketahui atau malah melampaui daya pikirnya. Dia mesti menerima seorang anak yang bukan hasil perkawinan manusiawi dengan Maria. Menjaga citra Allah yaitu manusia baru yang hadir walau bukan merupakan hasil dari kehendak sendiri merupakan nilai tinggi dari pribadi St. Yosef. Sebab hal ini membawa banyak konsekuensi lanjutan.
Menjaga, memelihara dan menjamin keberlangsungan hidup dari manusia baru merupakan tantangan baru untuk kita pada masa sekarang. Hal ini disebabkan oleh sekian banyak peristiwa yang menunjukkan bahwa manusia, gambaran Allah, diinjak-injak martabatnya. Malah lebih sedih lagi dimusnahkan secara keji. Peristiwa-peristiwa tersebut yang hampir setiap hari dilaporkan terjadi di mana-mana mengundang kita untuk melihat dalam diri St. Yosef inpirasi, kekuatan untuk mengambil tindakan nyata melindungi dan menjamin hidup sekian banyak manusia terutama yang lemah dan tak berdaya.
Masa puasa menjadi kesempatan juga untuk memurnikan kembali arah hidup kita. Kita diajak untuk terus menerus menempatkan nilai penghargaan atas martabat manusia sebagai nilai yang patut kita perjuangkan. Mulai dalam keluarga, kelompok basis sampai pada tingkat yang paling luas: masyarakat dunia.
Ya Tuhan, semoga kebajikan yang ditunjukkan oleh St. Yosef, menyemangati saya dalam perjuangan membela martabat manusia di manapun saya jumpai. Amin.
Copyright © 18 Maret 2009 by Paulus Tolo SVD
Perikop injil hari ini ada salah satu kutipan dari kotbah di bukit yang Yesus sampaikan kepada orang banyak yang mengikuti Dia. Dalam kutipan ini Yesus memperkenalkan diri kepada orang banyak. Cara mengajar Yesus dan cara dia menafsir hukum Musa membuat orang banyak yang mendengarkannya berpendapat bahwa Yesus akan menghilangkan keberadaan hukum Musa. Yesus membaca cara berpikir orang banyak ketika ia mengatakan "Janganlah kamu menyangka bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi". Jelas bahwa Yesus tahu apa yang sedang ada dalam pikiran para pendengarnya.
Kutipan ini diangkat pada masa puasa untuk membantu umat kristiani memahami siapakah Yesus dan perutusannya di dalam dunia. Semua yang tertulis dalam hukum Taurat dan kitab para nabi menunjuk pada dirinya. Hukum Taurat dimaksudkan untuk menjadi pedoman bagi orang Israel agar hidup sesuai dengan apa yang dikehendaki Allah. Demikian pun juga para nabi terus menerus mengajak orang Israel untuk selalu mengikatkan diri pada Allah.
Dengan mengungkakan hal tersebut kepada orang banyak Yesus mau mengajak mereka untuk menerima Yesus sebagai Musa baru dan Nabi baru yang mengajak Israel sekali lagi untuk kembali bersatu dengan Allah. Pemenuhan terjadi ketika semua orang menemukan kembali jalan yang sesungguhnya untuk bersatu lagi dengan Allah. Yesuslah yang menunjukkan jalan tersebut kepada orang Israel.
Identitas diri Yesus dan misinya seperti ini mesti kita miliki dalam masa puasa ini. Jalan hidup dan penderitaan Yesus yang kita renungkan selama masa puasa ini merupakan pemenuhan dari hukum Taurat dan kitab para nabi. Kita diajak oleh sabda hari ini untuk menerima Yesus sebagai pedoman yang membawa kita kepada Allah.
Tuhan Yesus, semoga saya menerima Engkau sebagai pedoman dalam perjalanan menuju tanah terjanji: hidup bersatu dengan Allah Tritunggal Mahakudus. Amin
Copyright © 15 Maret 2009, by Paskalis B. Keytimu, SVD