Minggu, 14 Desember 2008
Minggu III Adventus
Yes 61:1-2.10-11; 1Tes 5:16-24; Yoh 1:6-8.19-28
Di antara kewajiban-kewajiban Kristiani yang diabaikan oleh orang-orang Kristen adalah Kewajiban untuk Bergembira. Sama seperti Sabda Allah yang mengajak kita untuk percaya dan mencintai, demikian halnya dengan kewajiban (ajakan) untuk bergembira. Pada Minggu ke-3 Adven ini, Gereja mengingatkan kita akan kewajiban yang sering terlupakan ini.
Minggu III Adven biasanya dikenal dengan "Minggu Gaudete". Gaudete adalah kata bahasa Latin, yang berarti "Bergembira." Inilah perintah yang secara langsung diambil dari Surat Pertama Santo Paulus kepada jemaat di Tesalonika, sebagaimana dipilih untuk bacaan kedua dalam Liturgi pada Hari Minggu ini: "Bergembiralah Selalu" (1Tes 5:16). Ini merupakan suatu perintah positif, satu-satunya yang diharapkan tetap kita pegang erat-erat pada segala waktu dan dalam segala keadaan hidup kita. Ini bukan merupakan suatu perintah situasional yang hanya kita genggam erat ketika segala sesuatu berjalan baik dalam hidup kita.
Perintah untuk bergembira, sama seperti perintah-perintah Allah lainnya memiliki kadar menuntut. Memang terasa berat, sulit untuk bergembira justru pada saat beban tengah menindih punggungmu. Berat dan berat sekali. Tetapi, setidaknya petunjuk-petunjuk praktis yang ditawarkan Santo Paulus berikut ini dapat menjadi penuntun pelaksana.
Santo Paulus mengawali suratnya dengan menceritakan apa yang harus kita buat pada segala waktu kehidupan kita. "Bergembiralah selalu, berdoalah tanpa henti, bersyukurlah dalam segala situasi apa pun, sebab inilah kehendak Allah di dalam Kristus bagimu" (1Tes 5:16-18). Pada segala waktu dan dalam keadaan apa pun hidup ini, kita harus bergembira, berdoa dan mengucap syukur. Sebagai pengikut-pengikut Kristus kita tahu bahwa kehidupan di dunia ini tidak selalu menyenangkan, pengharapan kita sebagai umat Kristen Katolik bukan hanya pada kehidupan di sini, di bumi ini. Itulah sebabnya mengapa kita diajak untuk BERGEMBIRA, tidak hanya pada saat-saat yang menyenangkan tetapi juga di saat-saat gelisah resah tak berdaya dan kepahitan menyelimuti hidup kita, sebagaimana Yesus telah melewati-Nya.
Lebih lanjut, Santo Paulus menunjukkan apa yang tidak perlu kita buat, apa yang seharusnya kita elakkan dengan segala perhitungannya. "Janganlah padamkan Roh dan janganlah anggap rendah nubuat-nubuat. Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik. Jauhkanlah dirimu dari segala jenis kejahatan" (1Tes 5:19-22). Ia meminta kita untuk mengaktifkan dan memelihara bagian spiritual dari kehidupan kita. Sebagai manusia kita memiliki suatu kehidupan badaniah dan rohaniah. Kita mungkin lebih banyak menaruh perhatian pada yang badaniah, dan kurang memberi perhatian pada yang rohaniah. Lihat saja cara kita mempersiapkan pesta Natal. Kita lebih peduli dan luangkan begitu banyak waktu untuk dekorasi di rumah kita daripada membersihkan hati-jiwa kita. Kita lebih sibuk menyiapkan kado-kado untuk sanak keluarga dan sahabat-sahabat kita daripada mempersembahkan diri kita sendiri sebagai kado kepada Allah.
Selanjutnya Santo Paulus menunjukkan bagaimana cara kita mewujudkan ideal kehidupan sebagai putra-putri Allah karena untuk itulah Allah memanggil kita. Ini bukanlah sesuatu yang kita gapai hanya dengan kekuatan kehendak atau usaha-usaha manusiawi meluluh. "Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita. Ia yang memanggil kamu adalah setia, Ia juga akan menggenapi-Nya" (1Tes 5:23-24).
Kekudusan hidup yang disuarakan Santo Paulus pada masa Adven ini adalah Kehidupan Allah sendiri di dalam kita. Dialah Allah yang memungkinkan semuanya itu tercipta di dalam diri kita. Tugas kita ialah mengatakan YA kepada Allah, menyerahkan diri secara total kepada-Nya. Memang tidak gampang untuk menghidupi suatu kehidupan yang selalu memancarkan kegembiraan anak-anak Allah, tetapi Dia yang memanggil kita kepada kepenuhan hidup adalah Dia yang selalu menjawabi apa yang Ia perintahkan. Allah adalah setia, dan Allah akan melakukan hal itu di dalam diri kita. Adakah sesuatu yang terlupakan? Ya, beradalah sesuai kehendak dan perintah Allah sendiri di dalam kamu. Amin
Copyright © 22 Nopember 2008, by Paskalis Berkmans, SVD.