Copyright © 06 Pebruari 2009 by Anselm Meo SVD
Copyright © 06 Pebruari 2009 by Anselm Meo SVD
Menarik sekali apa yang dilukiskan oleh Markus dalam Injil hari ini. Pada awalnya Markus mengisahkan reaksi Herodes dan orang banyak atas karya-karya dan pengajaran Yesus. Kemudian Markus memberikan keterangan mengenai mengapa sampai Herodes memiliki pandangan bahwa Yohanes Pembaptis telah bangkit kembali dan berkarya. Alasan pandangan Herodes ini adalah bahwa Yohanes telah dibunuh dengan alasan tidak kehilangan muka di hadapan para undangan dan sumpah yang diucapkan.
Herodes memberikan pandangannya mengenai Yesus dengan bertolak dari pengalamannya yang kurang bagus berkenaan dengan Yohanes Pembaptis. Dengan demikian Herodes menafsir siapakah Yesus berdasarkan pengalaman pahitnya masa lalu sehingga ia tidak sanggup masuk dalam diri Yesus sendiri. Herodes hanya sampai pada tingkat mengenal adanya kesinambungan isi pewartaan dan kekuatan-kekuatan yang dimiliki oleh Yohanes Pembaptis dan Yesus dari Nasareth. Bisa jadi Herodes juga menafsir peristiwa Yesus berdasarkan pandangan bangsa Romawi waktu itu mengenai kemungkinan penjelmaan kembali jiwa orang yang telah mati untuk membalas dendam atas perlakuan buruk yang dialami selama hidup. Kalau penafsiran yang terakhir ini ia miliki maka dengan demikian Herodes rupanya takut berhadapan dengan Yesus yang menurutnya adalah penjelmaan Yohanes Pembaptis. Kasian sekali, Herodes hanya sampai pada titik ini saja, tidak melampauinya.
Bagi kita yang hidup pada jaman sekarang pengalaman Herodes bisa juga menjadi pengalaman kita. Kita seringkali menafsir pewartaan menurut apa yang kita alami sebelumnya. Bila pengalaman baik yang kita miliki maka kita dengan mudah menerima pewartaan mengenai Kerajaan Allah. Sebaliknya kalau kita mengalami hal yang buruk maka kita sulit menerima pewartaan tentang kerajaan Allah itu. Apalagi kalau pewartaan itu menyentuh perbuatan buruk yang pernah kita lakukan sebelumnya maka kita akan menafsirkan macam-macam: entah rahasia sudah dibocorkan secara sepihak, entah pewarta telah bersekongkol dengan orang yang menginginkan kejatuhan.
Kita mesti belajar untuk terbuka terhadap isi warta tentang Kerajaan Allah yang akan menghasilkan kedamaian hati dan ketenangan hidup.
Tuhan berikanlah aku rahmatMu untuk membiarkan diriku disinari oleh terang SabdaMu dan menerimaMu dengan hati yang tulus. Amin
Tuhan Yesus, semoga kami tetap yakin bahwa pewartaan Injil di dunia modern ini masih tetap memiliki Engkau sebagai sumber kekuatan satu-satunya. Amin.
Copyright © 04 Pebruari 2009 by Anselm Meo SVD
Kisah karya Yesus yang disampaikan oleh penginjil Markus hari ini memang menyedihkan. Seorang pewarta yang sudah harum namanya di berbagai tempat, malah ditanggapi dengan sikap menganggap remeh oleh orang-orang seasal. Yesus tidak jengkel atau marah. Markus mencatat perasaan Yesus atas sikap yang ditunjukkan oleh orang-orang sekampungnya: "Ia merasa heran atas ketidakpercayaan mereka". Apakah ungkapan yang dipakai oleh Markus untuk menghaluskan apa yang sebenarnya terjadi dalam hati Yesus?
Pengalaman Yesus merupakan sesuatu yang amat umum ditemukan oleh para pewarta Sabda kapan dan dimanapun. Kalau kita melihat seluruh perjalanan hidup Yesus, akan nampak bahwa reaksi Yesus atas sikap para anggota keluarga dan kampung halamannya manjadi gambaran umum penolakan manusia atas pewartaan Yesus. Di dalam kasus orang sekampung dan anggota keluarga ini, mereka menyatukan antara isi pewartaan dan pribadi Yesus sendiri. Karena Yesus berasal dari keluarga yang biasa-biasa maka pewartaanya pun ditolak juga.
Seorang pewarta yang sejati memang menunjukkan kesatuan antara apa yang diwartakan dan pribadi orang tersebut. Dengan demikian kemungkinan akan ditolak besar sekali. Bukan hanya penolakan atas isi pewartaan tapi juga pribadi orang tersebut. Reaksi yang mesti dimiliki oleh seorang pewarta sejati adalah reaksi yang Yesus tampilkan: tidak marah, tidak mengutuk.
Tuhan Yesus, jadikanlah hatiku seperti hatimu terutama ketika aku mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugas pewartaan yang engkau percayakan kepadaku. Amin
Copyright © 02 Pebuari 2009 by Anselm Meo SVD